Laporkan Masalah

Pengembangan Model Eksis (Edukasi Kesehatan Seksual Disabilitas) sebagai Upaya Meningkatkan Pengetahuan dan Mencegah Masalah Perilaku Seksual Remaja Disabilitas Intelektual

ATIEN NUR CHAMIDAH, Prof. Dr. dr. Elisabeth Siti Herini, Sp.A.(K); Sri Hartini, S.Kep., Ns., M.Kes., Ph.D.; Prof. Dr. Dra. Mumpuniarti, M.Pd.

2022 | Disertasi | DOKTOR ILMU KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

Latar belakang: Kesenjangan antara perkembangan kognitif-psikososial dan kematangan fisik-seksual menyebabkan risiko munculnya masalah perilaku seksual pada remaja disabiitas intelektual (DI). Risiko tersebut diperberat dengan rendahnya tingkat pengetahuan kesehatan seksual remaja DI. Intervensi berupa pendidikan kesehatan seksual diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan kesehatan seksual serta mencegah terjadinya masalah perilaku seksual pada remaja DI. Tujuan penelitian: Mengembangkan model edukasi kesehatan seksual serta mengetahui pengaruh model tersebut terhadap pengetahuan kesehatan seksual dan perilaku seksual remaja DI. Metode penelitian: Penelitian ini menggunakan mixed method dengan desain exploratory sequential. Tahap pertama adalah kualitatif berupa asesmen kebutuhan pengembangan program yang hasilnya digunakan untuk memberikan intervensi pada tahap kuantitatif. Partisipan penelitian pada tahap kualitatif terdiri dari 10 guru SLB, 6 orang tua atau wali murid, dan 1 wakil kepala sekolah. Sampel tahap kuantitatif berjumlah 31 remaja DI pada kelompok intervensi dan 30 remaja DI pada kelompok kontrol. Intervensi diberikan oleh 7 orang guru yang sebelumnya mendapatkan pelatihan program Eksis. Kelompok intervensi memperoleh program Eksis selama 5 minggu, sedangkan kelompok kontrol memperoleh pembelajaran pengembangan diri sesuai jadwal sekolah. Pengambilan data pretest dilakukan 1 minggu sebelum intervensi diberikan, sedangkan data posttest diambil 1 minggu setelah intervensi selesai diberikan. Analisis data pada tahap kualitatif berupa content analysis. Analisis data yang digunakan pada tahap kuantitatif adalah uji Wilcoxon, Independent t-test, dan Mann-Whitney. Regresi linear digunakan untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap perubahan pengetahuan kesehatan seksual dan perilaku seksual pada remaja DI. Integrasi data kualitatif dan kuantitatif dilakukan pada tingkat desain, metode, dan interpretasi. Hasil: Pada tahap kualitatif diperoleh 4 tema, yaitu masalah perilaku seksual remaja DI, upaya yang dilakukan guru dan orang tua untuk mengatasi masalah perilaku seksual remaja DI, model pendidikan kesehatan seksual untuk remaja DI, dan dukungan sekolah dalam implementasi program pendidikan kesehatan seksual untuk remaja DI. Hasil tersebut digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan model Eksis dengan metode integrasi berupa building data. Pelatihan untuk guru yang dilakukan pada awal tahap kuantitatif diperoleh hasil terdapat peningkatan rerata pada nilai posstest. Setelah dilakukan intervensi terdapat peningkatan pengetahuan kesehatan seksual remaja DI yang lebih tinggi pada kelompok intervensi dan program Eksis menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap hal tersebut. Tidak terdapat perbedaan perilaku seksual pada kedua kelompok dan tidak ada variabel yang terbukti berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja DI. Kesimpulan: Model program Eksis terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan seksual remaja disabilitas intelektual usia 15 sampai dengan 18 tahun, namun belum memberikan pengaruh pada perubahan perilaku seksual.

Background: The gap between cognitive-psychosocial development and physical-sexual maturity causes the risk of developing sexual behavior problems in adolescents with intellectual disabilities (ID). This risk is exacerbated by DI adolescents' low level of sexual health knowledge. Sexual health education intervention is expected to increase knowledge of sexual health and prevent sexual behavior problems in adolescents with ID. Objective: To develop a sexual health education program and analyze the effects in improving knowledge of sexual health and preventing sexual behavior problems in adolescents with ID. Methods: This study used the mixed method with an exploratory sequential design. The first stage was qualitative to assess the program development needs. Results of this stage were implemented as an intervention at the quantitative stage. Participants at the qualitative stage were 10 special education teachers, 6 parents or guardians of students, and a vice principal. The sample for the quantitative stage was 31 adolescents with ID in the intervention group and 30 adolescents with ID in the control group. The intervention was implemented by 7 teachers who acquire training before they start the program. The first group received the Eksis program for 5 weeks, while the control received self-development learning as scheduled by the school. The pretest data were collected 1 week before the intervention was given, while the post-test data were taken 1 week after the intervention. Content analysis was applied to analyze data in the qualitative stage while the Wilcoxon test, Independent t-test, and Mann-Whitney were operated in the quantitative stage. Linear regression was applied to determine the most influential factors on changes in sexual health knowledge and sexual behavior in adolescents with ID. The integration of qualitative and quantitative data was performed at the design, method, and interpretation levels. Results: Four themes were obtained in the qualitative stage, namely sexual behavior problems in adolescents with ID, teachers' and parents' efforts to overcome the problems, the sexual health education model for adolescents with ID, and school support in implementing sexual health education programs. These results were developed as the components of the Eksis model using the building data integration method. Results showed that training of trainers increases teachers' scores in the post-test score. There were differences in the knowledge of sexual health of adolescents with ID as indicated by a higher change in scores in the intervention group compared to the control group. The implementation of the Eksis program is the most influential factor in increasing the knowledge of sexual health of DI adolescents. There was no difference in sexual behavior between the two groups, and no one factor influenced the sexual behavior. Conclusion: The Eksis program is effective in increasing sexual health knowledge of adolescents with intellectual disabilities aged 15 to 18 years old, however, it has not yet influenced sexual behavior.

Kata Kunci : pendidikan kesehatan seksual, pengetahuan seksual, perilaku seksual, remaja disabilitas intelektual

  1. S3-2022-435353-abstract.pdf  
  2. S3-2022-435353-bibliography.pdf  
  3. S3-2022-435353-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2022-435353-title.pdf