Pameran Kolonial dan Dampak Sosial di Kota Semarang 1911-1918
YULI EKO BASUKI, Dr. Arif Akhyat, M.A.
2022 | Skripsi | S1 SEJARAHSemarang bukanlah kota metropolitan besar seperti Batavia dan Surabaya. Namun, pada tahun 1914, Kota Semarang telah menyelenggarakan pameran kolonial yang berskala internasional untuk pertama kali di Asia. Pameran ini juga bertepatan dengan peringatan 100 tahun penyerahan Hindia Belanda dari Inggris. Selain itu, peristiwa ini adalah ketika Eropa mulai mengalami serangkaian perang yang kemudian dikenal sebagai perang dunia 1. Kondisi kota yang menyimpan sejumlah masalah dan perang dunia tidak membuat pameran ditunda atau dibatalkan. Pameran menimbulkan tanda tanya yang besar, baik pada orang-orang Bumiputera bahkan pada orang Eropa sendiri. Metode penelitian sejarah digunakan untuk melihat keberlangsungan pameran dan kondisi kota pra, saat, hingga pasca pameran. Semarang dapat dikatakan mengalami gejolak yang luar biasa pada dekade kedua abad ke-20. Peristiwa berskala mikro hingga besar turut mengiringi dinamika kota saat itu. Hasil temuan dari kajian ini ialah pameran dilaksanakan oleh golongan pengusaha dengan peserta yang mayoritas bergerak dibidang industri. Pameran yang dimimpikan oleh sang arsitek menjadi perpaduan Belanda-Hindia Belanda pupuslah karena kesalahan tata kelola didalamnya. Kritikan tentang kegagalan pameran bergema dalam surat kabar. Sementara itu, permasalahan kota yang tidak pernah selesai dan pihak berwenang yang lamban semakin memperparah kondisi kota.
Semarang is not a big metropolitan city like Batavia and Surabaya. However, in 1914, the City of Semarang organized an international colonial exhibition for the first time in Asia. This exhibition also coincides with the 100th anniversary of the surrender of the Dutch East Indies from the British. In addition, this event was when Europe began to experience a series of wars known as world war I. The condition of the city which had many problems and world war I did not make the exhibition postponed or canceled. The exhibition raise questions, both for the natives and even for the Europeans themselves. The historical research method was used to see the ongoing of the exhibition and the condition of the city before, during, and after the exhibition. Semarang can be said to have experienced extraordinary turmoil in the second decade of the 20th century. The micro to large-scale events also accompanied the dynamics of the city at the time. The findings of this study are that the exhibition is held by a group of entrepreneurs with the majority of participants engaged in the industry. The exhibition that the architect dreamed of being a fusion of the Dutch-Dutch East Indies disappeared due to mismanagement in it. Criticism of the exhibition's failure echoed in the newspapers. Meanwhile, the city's unresolved problems and sluggish authorities further aggravated the city's condition.
Kata Kunci : Pameran Kolonial, Semarang, Masalah Perkotaan