Pengaruh Penambahan Ion Logam Trivalen Terhadap Proses Sakarifikasi Limbah Kulit Singkong Menggunakan Galur Mutan Streptomyces bungoensis InaCC A489 ST 3-12
ALMIRA BHANUWATI, Dr. Dian Anggraini Suroto, S.T.P., M.P., M.Eng.; Dr. Ria Millati, S.T., M.T.
2022 | Skripsi | S1 TEKNOLOGI PANGAN DAN HASIL PERTANIANSakarifikasi merupakan proses penting dalam berbagai industri yang dilakukan untuk mendegradasi karbohidrat kompleks menjadi gula sederhana. Metode sakarifikasi enzimatik terkenal lebih disukai, sebab enzim bekerja lebih spesifik sehingga tidak menghasilkan produk yang tidak diharapkan dan ramah lingkungan. Namun, sakarifikasi menggunakan enzim dan sumber karbon komersial membutuhkan biaya tinggi. Biaya tersebut dapat berkurang dengan menggantikan sumber karbon komersial dengan sumber karbon yang murah seperti limbah kulit singkong serta penggunaan bakteri Streptomyces pada sakarifikasi untuk mengantikan penggunakan enzim komersial karena bakteri ini dapat mensekresikan aneka macam enzim selulolitik. Hasil sakarifikasi dapat ditingkatkan menggunakan ion logam trivalen. Oleh karena itu, tujuan utama dari penelitian ini adalah menyingkapi potensi penambahan ion logam trivalen terhadap proses sakarifikasi. Pada penelitian ini, galur mutan Streptomyces bungoensis InaCC A498 ST 3-12, dipakai untuk sakarifikasi kulit singkong dengan penambahan enam konsentrasi ion logam yang berbeda (AlCl3 5 mM, FeCl3 5 mM, AlCl3 10 mM, FeCl3 10 mM, AlCl3 20 mM, FeCl3 20 mM). Konsentrasi gula reduksi dianalisis setiap 24 jam selama lima hari berturut-turut. Konsentrasi gula reduksi mencapai titik maksimum (27,15 mg/ml) setelah lima hari sakarifikasi dengan penambahan ion logam AlCl3 20 mM. Dengan demikian, AlCl3 20 mM merupakan ion logam trivalen terbaik pada proses sakarifikasi menggunakan S. bungoensis InaCC A498 ST 3-12 dan limbah kulit singkong untuk menghasilkan gula reduksi pada tingkat optimal.
Saccharification is an important process in various industries to degrade complex carbohydrates into simple sugars. Enzymatic saccharification method is preferred because it does not produce the unexpected product and is environmentally friendly. However, saccharification using enzymes and commercial carbon sources is expensive. These costs can be reduced by replacing commercial carbon sources with cheap carbon sources such as cassava peel waste and using Streptomyces bacteria in saccharification to replace the use of commercial enzymes because these bacteria can secrete various cellulolytic enzymes. The saccharification yield can be increased using trivalent metal ions. Therefore, the main objective of this study was to uncover the potential of adding trivalent metal ions to the saccharification process. In this study, the mutant strain Streptomyces bungoensis InaCC A498 ST 3-12, was used for saccharification of cassava peels with the addition of six different metal ion concentrations (AlCl3 5 mM, FeCl3 5 mM, AlCl3 10 mM, FeCl3 10 mM, AlCl3 20 mM, FeCl3 20 mM). Reducing sugar concentration analysis every 24 hours for five consecutive days. Maximum point reducing sugar concentration reached (27.15 mg/ml) after five days of saccharification with the addition of AlCl3 20 mM ion. Thus, AlCl3 20 mM was the best trivalent metal ion in the saccharification process using S. bungoensis InaCC A498 ST 3-12 in cassava peel waste to produce reducing sugars at optimal levels.
Kata Kunci : limbah kulit singkong, ion logam trivalen, selulase, Streptomyces