Laporkan Masalah

INTEGRASI METODE SPATIAL MULTI CRITERIA EVALUATION DAN WEIGHTED LINEAR COMBINATION (SKORING) UNTUK EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KAKAO DALAM MENDUKUNG KEBERLANJUTAN USAHA MIKRO KECIL COKLAT DESA NGLANGGERAN, KECAMATAN PATHUK, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

ANTONIUS WAHYU W, Dr. Ngadisih, STP, M.Sc., Muhamad Khoiru Zaki, S.P., M.P., Ph.D.

2022 | Skripsi | S1 TEKNIK PERTANIAN

Tujuan utama penelitian ini adalah menetapkan kelas kesesuaian lahan kakao Desa Nglanggeran. Evaluasi lahan kakao dilakukan dengan memanfaatkan metode Spatial Multi-Criteria Evaluation dan Weighted Linear Combination (Skoring) dengan menggunakan parameter evaluasi lahan, seperti: curah hujan, kelerengan, temperatur, pH tanah, tekstur tanah, kandungan bahan organik tanah, dan parameter ekonomi. Alat yang digunakan untuk penelitian yaitu seperangkat komputer, ArcGIS 10.3, kamera drone (DJI Phantom 4 Pro V2), peralatan laboratorium untuk menganalisis jenis tanah, dan sekop & ring sampler untuk pengambilan sampel tanah. Bahan yang diperlukan dalam penelitian yaitu sampel tanah dari 10 titik kebun kakao yang ada di Desa Nglanggeran untuk menentukan tekstur, kandungan bahan organik dan pH tanah. Selain itu diperlukan, shapefile peta Desa Nglanggeran dan data DEMNAS , data suhu dan curah hujan, tabel kriteria kesesuaian lahan kakao dan skoring kesesuaian lahan kakao, serta data ekonomi seperti jarak dari jalan akses kebun dan jarak dari pusat ekonomi. Terdapat tiga area prioritas untuk dievaluasi yaitu kebun, semak, dan tegalan. Pembagian kelas, pembobotan, dan skoring dari setiap parameter yang digunakan secara umum disesuaikan dengan kelas parameter yang dimiliki oleh daerah yang diamati. Hasil yang didapatkan yaitu sebagian besar wilayah di Desa Nglanggeran merupakan daerah dengan kelas kesesuaian yang baik yaitu sangat sesuai (S1) dengan persentase 14,9% luas wilayah desa, sesuai (S2) dengan persentase 30,1% luas wilayah desa, dan sesuai marginal (S3) dengan persentase 19,1% luas wilayah desa. Sedangkan untuk kelas kesesuaian tidak sesuai (N) sebesar 0,4% luas wilayah desa. Hal yang menyebabkan adanya daerah yang tidak sesuai (N) untuk ditanami kakao di Desa Nglanggeran dikarenakan tingkat kelerengan lahan yang curam, nilai pH tanah yang rendah, dan tekstur tanah yang kurang sesuai di daerah tersebut. Arahan rekayasa yang disarankan untuk meningkatkan potensi kesesuaian lahan berdasarkan hasil evaluasi yaitu dengan pembuatan lereng dinamis dengan kakao sebagai tanaman utama, pemberian pupuk kendang dan kompos, serta penambahan kapur/magnesium untuk meningkatkan nilai pH tanah.

The main objective of this study was to determine the land suitability class for cocoa in Nglanggeran Village. Cocoa land evaluation was carried out using the Spatial Multi-Criteria Evaluation and Weighted Linear Combination (Skoring) methods using land evaluation parameters, such as: rainfall, slope, temperature, soil pH, soil texture, soil organic matter content, and economic parameters. The tools used for the research are a computer set, ArcGIS 10.3, a drone camera (DJI Phantom 4 Pro V2), laboratory equipment for analyzing soil types, and a shovel & ring sampler for soil sampling. The materials needed in the study were soil samples from 10 cocoa plantation points in Nglanggeran Village to determine texture, organic matter content and soil pH. In addition, the Nglanggeran Village map shapefile and DEMNAS data, temperature and rainfall data, tables of cocoa land suitability criteria and cocoa land suitability scoring, as well as economic data such as the distance from the garden access road and the distance from the economic center are needed. There are three priority areas to evaluate, namely gardens, shrubs, and fields. Class division, weighting, and scoring of each parameter used are generally adjusted to the parameter class owned by the observed area. The results obtained are that most areas in Nglanggeran Village are areas with a good suitability class, namely very suitable (S1) with a percentage of 14.9% of the village area, according to (S2) with a percentage of 30.1% of the village area, and according to marginal (S3) with a percentage of 19.1% of the village area. Meanwhile, for the inappropriate suitability class (N) it is 0.4% of the village area. The thing that causes an unsuitable area (N) for cocoa cultivation in Nglanggeran Village is due to the steep slope of the land, the low pH value of the soil, and the unsuitable soil texture in the area. Suggested engineering directions to increase the potential for land suitability based on the evaluation results are by making dynamic slopes with cocoa as the main crop, applying drum fertilizer and compost, and adding lime/magnesium to increase the pH value of the soil.

Kata Kunci : Spatial Multi-Criteria Evaluation, Weighted Linear Combination, skoring, kakao, evaluasi kesesuaian lahan