Laporkan Masalah

ANALISIS NEGASI DALAM BAHASA JERMAN DAN BAHASA INDONESIA

KURNIA SUCI HASTIN A, Dr. Tri Mastoyo Jati Kesuma, M.Hum

2022 | Tesis | MAGISTER LINGUISTIK

Negasi dalam bahasa Jerman memiliki bentuk dan struktur dalam kalimat yang berbeda dengan bahasa Indonesia. Perbedaan ini dapat menimbulkan kesulitan bagi pemelajar bahasa Jerman yang berbahasa ibu bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menjabarkan bentuk serta struktur kalimat negasi dalam bahasa Jerman dan bahasa Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk membandingkan kedua hal tersebut menggunakan teori kontrastif. Dalam proses analisisnya, masing-masing bahasa dideskripsikan secara terpisah dan terperinci, baik bentuk maupun struktur kalimatnya. Setelah ditemukan bagaimana pola dalam masing-masing bahasa, bentuk dan struktur kalimat tersebut kemudian diperbandingkan. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa negasi dapat dinyatakan melalui permarkah negasi dan morfem terikat. Bahasa Jerman memiliki permarkah negasi dengan kelas kata adverbia, pronomina, dan verba, sedangkan bahasa Indonesia memiliki permakah negasi dengan kelas kata adverbia dan verba. Bahasa Jerman memiliki pemarkah negasi morfem terikat berupa sufiks dan suffixioid sedangkan bahasa Indonesia tidak. Dalam struktur kalimatnya, pemarkah negasi dalam kedua bahasa dapat berada pada posisi mana saja dalam kalimat, mengikuti kata yang dimarkahinya. Permarkah negasi berada sebelum kata yang dimarkahi, kecuali yang memarkahi verba pada bahasa Jerman. Dalam bahasa Jerman, pemarkah negasi yang memarkahi verba terletak di belakang verba. Pelengkap yang muncul pada pemarkah negasi yang memarkahi nomina dalam bahasa Jerman muncul diantara pemarkah negasi dan nomina, sedangkan dalam bahasa Indonesia muncul di belakang nomina. Permakah verba negasi dalam bahasa Jerman berada pada posisi fungsi kedua dalam kalimat, sedangkan bahasa Indonesia berada pada sebelah kanan subjek. Posisi verba pada kedua bahasa akan berubah ketika bertemu dengan modal.

Negation in German has a different form and structure in sentences from Indonesian. This difference can cause difficulties for German learners who speak Indonesian as their mother tongue. This study aims to describe the form and structure of negative sentences in German and Indonesian. In addition, this study also aims to compare the two using contrastive theory. In the process of analysis, each language is described separately and in detail, both in terms of form and structure. After finding how the patterns in each language, the form and structure are then compared. Based on the results of the study, it can be seen that negation can be expressed through negation markers and bound morphemes. German has negation markers with adverb, pronoun, and verb word classes, while Indonesian has negation markers with adverb and verb word classes. German has bound morpheme negation markers in the form of suffixes and suffixioid, while Indonesian does not. In the sentence structure, the negation marker in both languages can be in any position in the sentence, following the word it marks. The negation mark comes before the marked word, except for those that mark verbs in German. In German, the negation marker that marks the verb is after the verb. Complements that appear in negation markers that mark nouns in German appear between negation markers and nouns, while in Indonesian they appear after nouns. The negation verb in German is in the second function position in the sentence, while in Indonesian it is to the right of the subject. The position of the verb in both languages will change when it meets the modal.

Kata Kunci : negasi, kontrastif, bahasa Jerman, bahasa Indonesia

  1. S2_2022_467082_abstract.pdf  
  2. S2_2022_467082_bibliography.pdf  
  3. S2_2022_467082_tableofcontent.pdf  
  4. S2_2022_467082_title.pdf