Laporkan Masalah

ANALISIS SOSIAL DAN USAHA TAMBAK UDANG VANAME DI DESA KETAWANGREJO KECAMATAN GRABAG KABUPATEN PURWOREJO

MINAR TRININGSIH, Ir. Hery Saksono, M.A.

2022 | Skripsi | S1 MANAJEMEN SUMBERDAYA AKUATIK

Penelitian ini mendeskripsikan profil usaha tambak udang vaname di Desa Ketawangrejo dan menganalisis kondisi sosial ekonomi petambak udang vaname di Desa Ketawangrejo. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Responden dipilih dengan metode snowball sampling dengan kriteria responden merupakan petambak yang berasal dari Desa Ketawangrejo. Hasil penelitian menunjukkan kegiatan budidaya udang vaname di Desa Ketawangrejo dimulai sejak tahun 2010 di lahan perhutani dan lahan negara. Sistem budidaya yang digunakan adalah sistem budidaya intensif. Banyaknya siklus produksi dalam satu tahun adalah dua hingga tiga kali. Pakan yang digunakan adalah pakan buatan. Kendala yang dihadapi dalam proses budidaya adalah menurunnya kualitas air laut dan kesulitan mengendalikan penyakit yang menyerang udang. Hasil analisis sosial menunjukkan rata-rata petambak berumur 42 tahun dan tingkat pendidikan rata-rata adalah SMA. Usaha tambak udang menjadi jenis pekerjaan pokok dan menjadi sumber pendapatan utama. Sebelum menjadi petambak, 33% respondem merupakan petani, 33% merupakan buruh, 10% menjadi penambang pasir, dan 34% bekerja di sektor lainnya. Jumlah tanggungan keluarga rata-rata pemilik dan buruh tambak adalah 3 orang. Biaya investasi yang dibutuhkan untuk tambak berukuran rata-rata 2.592 m2 adalah Rp111.681.667, dengan banyaknya siklus produksi dua kali dalam satu tahun, padat tebar rata-rata 90 ekor/ m2 dan umur pemeliharaan rata-rata 90 hari biaya variabel yang dibutuhkan adalah Rp204.735.000per tahun. Hasil panen rata-rata per tahun sebesar 5.550 kg dengan ukuran rata-rata 60. Dengan harga jual Rp70.000 maka pendapatan per tahun petambak adalah Rp171.045.417.

This research aimed to descript the white-leg shrimp farm profile and analyse the social-economic condition of white-leg shrimp farmers at Ketawangrejo Village. This qualitative research uses a descriptive method with data collection through observation, interviews, and documentation. Selected respondents are collected using the snowball sampling method. Selected respondents must be a native of Ketawangrejo Village. The results showed that white-leg shrimp cultivation activities in Ketawangrejo began in 2010 on Perhutani land and ground government. The cultivation used an intensive cultivation system. The number of production cycles in one year is two-three times. The feed used is artificial feed. The obstacles faced in the cultivation process are the declining quality of seawater and the difficulty of controlling diseases that attack shrimp. The results of the social analysis show that the average age of the farmers is 42 years old also the average education level is high school. Shrimp farming business is the main type of work and the main source of income. Before becoming farmers, 33% of respondents were farmers, 33% were laborers, 10% were sand miners, and 34% worked in other sectors. The investment cost required for ponds with an average size of 2.592 m2 is Rp204.735.000 per year. The average yield per year is 5.550 kg with an average size of 60. With a selling price of Rp 70.000, the income per year for farmers is Rp171.045.417.

Kata Kunci : biaya, budidaya, Desa Ketawangrejo, sosial, vaname

  1. S1-2022-430487-abstract.pdf  
  2. S1-2022-430487-bibliography.pdf  
  3. S1-2022-430487-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2022-430487-title.pdf