Analisis Risiko Rantai Pasok Ikan di Tempat Pelelangan Ikan Pantai Baron Kabupaten Gunungkidul

YASINTA MUSFIROH, Suadi, S.Pi., M.Agr.Sc., Ph.D.

2022 | Skripsi | S1 MANAJEMEN SUMBERDAYA AKUATIK

Analisis risiko pada rantai pasok ikan penting dilakukan karena komoditas perikanan yang dihasilkan memiliki nilai ekonomis yang tinggi, tetapi mudah rusak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komoditas ikan yang didaratkan di TPI Baron berdasarkan jenis/kelompok dan volume produksi, mengetahui sumber risiko pada tiap aktor, dan mengetahui tindakan pencegahan untuk mengurangi risiko rantai pasok ikan di tiap aktor. Pengambilan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan kuesioner pada bulan Januari sampai Februari 2022. Responden dibagi dalam empat kelompok, yaitu nelayan, pengecer dari luar dan dalam area Pantai Baron, dan pengepul. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode FMEA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan tongkol menjadi komoditas dengan produksi ikan secara rata-rata tertinggi di TPI Baron pada tahun 2020- 2021, yaitu sebesar 38.022 kg. Produksi ikan tertinggi pada bulan Oktober sebesar 37.171,4 kg. Penyebab risiko tertinggi pada nelayan, pengecer area Baron, pengecer luar area Baron, dan pengepul secara berurutan adalah tidak ada sistem lelang (nilai RPN 586), TPI yang sempit (nilai RPN 318), tidak ada sistem lelang (nilai RPN 630), dan ikan yang dibeli di TPI rusak (nilai RPN 299). Upaya perbaikan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain memperbaiki sistem jual beli ikan yang terdapat di TPI Baron sehingga tercipta suatu harga yang stabil, melakukan renovasi TPI dengan memperluas area TPI agar proses transaksi jual beli menjadi lebih nyaman, penguatan sistem pelelangan untuk stabilitas harga ikan, dan menjual ikan sesegera mungkin sehingga menghindari kerusakan cepat ikan yang dihasilkan.

The importance of risk analysis in the fish supply chain can be attributed to the high economic value of the perishable fisheries commodities. This study intends to identify the types/groups of fish commodities that were produced at TPI (fish auction) Baron, identify the source of risk that has the greatest impact on each actor, and identify the preventive actions that can be taken to lower the risk of the fish supply chain in each actor. Data were collected using observation, interviews, and questionnaires during January to February 2022. Respondents were divided into four groups: fishermen, retailer from auction area and out of village, and collectors (larger scale retailer). Data analysis was performed using the FMEA method. The research revealed that at TPI Baron in 2020–2021, mackerel tuna had the highest average fish production with 38,022 kg. The month of October saw the largest fish production, at 37.171,4 kg. The sources of the highest risk for fishermen, retailers inside and outside Baron, collectors were no auction system (RPN value 586), narrow wide of TPI (RPN 318), and no auction system (RPN value 630), and fish purchased at TPI are damaged (RPN value 299). To reduce risk factors, certain actions are required, such as improving the fish buying and selling process in TPI Baron to establish a stable price, remodeling TPI by expanding the TPI area to make the buying and selling transaction process more comfortable, bolstering the auction system for fish price stability, and selling fish as soon as it is practical to prevent the fish from undergoing rapid damage.

Kata Kunci : produksi, rantai pasok, risiko, RPN, tempat pelelangan ikan