Laporkan Masalah

"Maria, Bunda Siapa?": Praktik Governmentality dan Wacana Indonesianisasi Gereja Katolik di Masa Reformasi dalam Devosi Maria Bunda Segala Suku di Keuskupan Agung Jakarta

HERIBERTUS SATRIO W, Evi Lina Sutrisno, S.Psi., M.A., Ph.D.

2022 | Skripsi | S1 POLITIK DAN PEMERINTAHAN

Penelitian ini berangkat dari fenomena kemunculan praktik devosi kepada Maria di Keuskupan Agung Jakarta yang terpusat kepada representasi visual dari figur Maria dalam simbol dan ornamen yang mencerminkan keindonesiaan dengan nama “Maria Bunda Segala Suku” pada tahun 2018. Penulis memandang fenomena ini sebagai pertanda dari adanya upaya sebagian umat Katolik dalam menampilkan kembali atau mempertahankan keindonesiaan secara mandiri sebagai reaksi atas dinamika internal dari praktik keagamaan yang umum terjadi pada umat Katolik di Keuskupan Agung Jakarta serta perkembangan situasi sosial-politik yang terjadi di Indonesia pasca Reformasi terutama selama beberapa tahun terakhir. Hanya saja, timbul pertanyaan lebih lanjut tentang pilihan, cara-cara dan seberapa jauh upaya mempertahankan keindonesiaan melalui representasi visual dari figur Maria sebagai Bunda Segala Suku itu benar-benar dapat diterima oleh umat Katolik pada umumnya. Maka dari itu, penulis melalui penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang dinamika mempertahankan wacana Indonesiansiasi Gereja Katolik dalam Devosi Maria Bunda Segala Suku di Keuskupan Agung Jaakrta di masa Reformasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini mengadopsi dan menggabungkan perspektif teoritik Foucault mengenai governmentality dan perspektif teoritik Homi K Bhabha mengenai hibriditas dan mimikri ke dalam satu kerangka teoritik. Perspektif pertama diadopsi untuk menyelidiki rasionalitas dibalik upaya merepresentasikan keindonesiaan secara visual melalui figur Maria Bunda Segala Suku sebagai strategi manufakturisasi subjek, sedangkan perspektif kedua diadopsi untuk menganalisis perubahan makna dan wacana yang terkandung serta penerimaan dan resistensi terhadap representasi visual dari figur Maria dalam Devosi Maria Bunda Segala Suku.

This research departs from the phenomenon of the emergence of the practice of devotion to Mother Mary in the Archdiocese of Jakarta, which is centered on the visual representation of Mother Mary in symbols and ornaments that reflect Indonesianess under the name “Maria Bunda Segala Suku” in 2018. The author views this phenomenon as a sign of an effort by some Catholics to represent or defend Indonesianness independently, as a reaction to the internal dynamics or religious practices that are common among Catholics in the Archdiocese of Jakarta and the development of the socio-political situation that occurred in Indonesia after 1998 Reformation, especially in the last few years. However, further questions arise about the choices, ways, and how far the efforts to maintain Indonesianness through visual representation of Mother Mary as “Maria Bunda Segala Suku” can be well-received by Catholics in general. Hence, this research aims to explain the dynamics of maintaining the discourse of Catholic Church’s Indonesianization in the Devosi Maria Bunda Segala Suku of Archdiocese of Jakarta during the Reformation period. To achieve this goal, this research combines Foucault’s theoretical perspective on governmentality and Homi K Bhabha’s theoretical perspective on hybridity and mimicry into one theoretical framework. The first perspective was adopted to investigate the rationality behind the effort to visually represent Indonesia through the figure of Maria Bunda Segala Suku as a strategy to manufacturing subject, while the second perspective was adopted to analyze the changes in meaning and discourse contained as well as acceptance and resistance to the visual representation of Mother Mary in Devosi Maria Bunda Segala Suku.

Kata Kunci : Governmentality, Indonesianisasi, Hibriditas, Mimikri, Devosi, Gereja Katolik

  1. S1-2022-367038-abstract.pdf  
  2. S1-2022-367038-bibliography.pdf  
  3. S1-2022-367038-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2022-367038-title.pdf