Laporkan Masalah

PERBANYAKAN JAMUR MIKORIZA ARBUSKULAR MENGGUNAKAN TIGA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA SEBAGAI TANAMAN INANG

Fathimah Zahra, Ir. Donny Widianto, Ph.D.; Prof. Dr. Ir. Sebastian Margino

2022 | Skripsi | S1 MIKROBIOLOGI PERTANIAN

Penggunaan jamur mikoriza arbuskular sebagai pupuk hayati diketahui memberikan banyak manfaat bagi jagung. Saat ini varietas jagung hibrida memenuhi lebih dari setengah lahan jagung yang ada di Indonesia. Luas lahan jagung hibrida ini membuka potensi sebagai lahan produksi perbanyakan jamur mikoriza arbuskular. Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui potensi varietas jagung hibrida dalam perbanyakan spora jamur mikoriza arbuskular. Tiga varietas jagung hibrida yang digunakan yaitu jagung hibrida BISI-18, Syngenta NK7328 SUMO, dan Pioneer P32 SINGA. Tiga inokulan yang digunakan yaitu Glomus sp. isolat sawit, Glomus sp. isolat lada, dan Rhizhopagus sp. isolat sawit. Perbanyakan dilakukan dengan metode kultur pot menggunakan medium zeolit. Benih jagung dikecambahkan selama seminggu kemudian dipindahkan ke media tanam sekaligus inokulasi spora sebanyak 45 spora di rumah kaca selama 12 minggu. Pemenuhan hara dengan pupuk ZA, SP 36, dan KCL. Sebelum panen, tanaman dibiarkan tanpa penyiraman selama dua minggu. Pengamatan perbanyakan spora jamur mikoriza arbuskular menggunakan metode penyaringan basah sekaligus pengamatan mikroskop menunjukkan hasil secara berurutan oleh varietas Syngenta 8 spora/100 gram, Pioneer 7 spora/100 gram, dan Bisi 6 spora/100gram. Pengamatan mikroskop rerata infeksi akar tertinggi pada varietas BISI-18 sebesar 18% oleh Rhizophagus sp. Berdasarkan hasil penelitian, perbedaan varietas jagung hibrida dengan inokulan spora tidak menunjukkan adanya pengaruh nyata, sehingga dapat disimpulkan bahwa varietas jagung yang berbeda tidak mempengaruhi hasil perbanyakan jamur mikoriza. Inokulan spora pada jagung hibrida paling baik ditunjukkan oleh Rhizophagus sp.

The application of arbuscular mycorrhizal fungi as biofertilizer is known to provide many benefits for maize. Hybrid maize land covers more than half of the maize land in Indonesia. This hybrid maize area opens potential as a production area for arbuscular mycorrhizal fungi. It is necessary to conduct research to determine the potential of hybrid varieties for spore propagation. Three varieties used were BISI-18, Syngenta NK7328 SUMO, and Pioneer P32 SINGA hybrid maize. Three inoculants used were Glomus sp. palm isolate, Glomus sp. pepper isolates, and Rhizhopagus sp. palm isolate. Propagation was by pot culture method using zeolite. Seeds were germinated for a week and then transferred to the planting medium, and 45 spores were inoculated in a greenhouse for 12 weeks. Fulfillment of nutrients with ZA, SP-36, and KCL. Before harvesting, the plant is left without water for two weeks. Observation of spore propagation of arbuscular mycorrhizal fungi by wet sieving method and microscopic observation showed results sequentially for the varieties Syngenta 8 spores/100 grams, Pioneer 7 spores/100 grams, and Bisi 6 spores/100 grams. Microscopic observation of the highest root infection rate in the Bisi variety showed that it was 18% by Rhizophagus sp. Based on the results, the difference between hybrid maize varieties and spore inoculants did not show any significant effect, so it can be concluded that different maize varieties did not affect the propagation of mycorrhizal fungi. Spore inoculants in hybrid maize were best shown by Rhizophagus sp.

Kata Kunci : Jamur Mikoriza Arbuskular, perbanyakan spora, varietas jagung hibrida