korupsi berkelanjutan (perpetual corruption) pada era desentralisasi (studi korupsi sebagai pertautan desentralisasi dan masyarakat prismatik pada aras lokal Lombok NTB).

IWAN TANJUNG SUTARNA, Dr. Subando Agus Margono, M.Si, Agus Heruanto Hadna M.Si

2022 | Disertasi | DOKTOR MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PUBLIK

Penelitian ini berjudul korupsi berkelanjutan (perpetual corruption) pada era desentralisasi (studi korupsi sebagai pertautan desentralisasi dan masyarakat prismatik pada aras lokal Lombok NTB). Dua diskursus yang melatari. Pertama, desentralisasi tidak hanya menciptakan perubahan strukur lokal, tetapi turut menciptakan peluang terjadinya korupsi pada aras lokal. Kedua, Perubahan struktur lokalitas menciptakan struktur prismatik yang menjadi ciri masyarakat transisi. Desentralisasi dan struktur masyarakat prismatik dalam bacaan disertasi ini sebagai pertautan yang memungkinkan (enabling) bagi terciptanya korupsi berkelanjutan (perpetual corruption). Dua diskursus tersebut menjadi latar teoretik sekaligus praksis dalam membaca dan menemukan makna dibalik realitas korupsi berkelanjutan (perpetual corruption) pada aras lokal. Argumentasi utama adalah desentralisasi menjadi dalil baru korupsi karena nilai partikularisme dan universalisme berjalan beriringan pada birokrasi. Desentralisasi yang dicirikan oleh perubahan struktur politik dan elite capture memberi corak bagi masyarakat transisi terutama pada aspek jejaring politik dan sosial untuk melanggengkan korupsi. Masalah pokok dalam penelitian ini adalah apakah desentralisasi menyebabkan korupsi berkelanjutan (perpetual corruption) pada aras lokal? Untuk menjawab dan menjelaskan permasalahan penelitian ini, digunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus bercorak multikasus. Bertujuan menangkap makna dibalik realitas korupsi berkelanjutan (perpetual corruption), berdasarkan kasus-kasus korupsi yang tergolong sebagai grand corruption. Wawancara mendalam kepada aktor-aktor yang secara langsung terlibat atau mengetahui berbagai fenomena korupsi yang menjadi studi kasus dalam penelitian ini. Temuan penelitian menunjukkan korupsi berkelanjutan (perpetual corruption) pada aras lokal Lombok sebagai akibat pertautan desentralisasi dan struktur prismatik. Tercermin dalam struktur sosial berciri polikomunal, di birokrasi tercermin dalam bentuk bauran dua nilai (universalisme dan partikularisme). Bauran tersebut memungkinkan elit penguasa mereproduksi korupsi pada era desentralisasi. Penelitian ini juga menemukan struktur prismatik enabling bagi pengungkapan kasus korupsi sebagai akibat dari persaingan elit pada aras lokal. Kata Kunci: Korupsi, Pendekatan Neo-klasik, Desentralisasi, Teori Masyarakat Prismatik,

The current research is titled perpetual corruption in the decentralization era (a study on corruption as a link between decentralization and prismatic society at the local level in Lombok, West Nusa Tenggara). There are two underlying discourses. First, decentralization not only created change in the local structure, but it also contributed to creating opportunities for corruption to take place at the local level. Second, change in the local structure resulted in a prismatic structure, which is a defining characteristic of society in transition. Decentralization and prismatic social structure discussed in this dissertation are seen as a link enabling perpetual corruption. These two discourses serve as both theoretical and practical backdrops when attempting to examine and find the meaning behind the reality of perpetual corruption at the local level. The main argument is that decentralization is a newly identified cause of corruption on account of particularism and universalism values running in parallel within the bureaucracy. Decentralization, characterized by change in political structure and elite capture, leads to a pattern among society in transition, particularly in the aspects of social and political networks for perpetuating corruption. The main issue raised in this study is does decentralization cause perpetual corruption at the local level? In order to address and explain this issues, the qualitative method with a multi case study approach was used. The method was used to capture the meanings behind the reality of perpetual corruption based on corruption cases that are categorized as grand corruption. In-depth interviews were carried out with actors who were directly involved in or know about various corruption incidences examined in the research. Research findings indicate that perpetual corruption at the local level in Lombok is the result of a link between decentralization and prismatic structure. This is reflected in its poly-communal social structure, in the bureaucracy it is reflected in the mix of two values, i.e., universalism and particularism. Such a mix of values allowed the ruling elite to reproduce corrupt practices during the decentralization era. The current research also found that the prismatic structure made it possible to uncover the fact that the examined corruption cases were caused by rivalry among the elites at the local level.

Kata Kunci : Corruption, Neo-classical Approach, Decentralization, Prismatic Society Theory