Laporkan Masalah

Hubungan Antara Sudut ANB dan W Pada Maloklusi Skeletal Orang Indonesia

MADE DELIA INTAN R, drg. Christnawati, M.Kes., Sp.Ort.(K); drg. Yanuarti Retnaningrum, Sp.Ort.(K)

2022 | Skripsi | S1 KEDOKTERAN GIGI

Ketepatan dalam menegakkan diagnosis maloklusi merupakan hal penting dalam penentuan rencana perawatan ortodonti. Sudut ANB sering digunakan untuk menegakkan diagnosis maloklusi skeletal, Sudut W merupakan metode terbaru untuk menegakkan diagnosis maloklusi skeletal menggunakan titik yang stabil. Orang Indonesia sebagian besar terdiri dari ras Mongoloid yang memiliki profil jaringan keras cenderung lebih cembung dibandingkan ras Kaukasoid. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari hubungan antara sudut ANB dan W pada maloklusi skeletal kelas I, II, dan III orang Indonesia. Penelitian cross sectional ini dilakukan pada 73 sefalogram lateral orang Indonesia yang terdiri dari 30 maloklusi skeletal kelas I, 12 maloklusi skeletal kelas II, dan 31 maloklusi skeletal kelas III. Kriteria subjek penelitian yaitu usia 18 – 25 tahun, memiliki gigi permanen lengkap hingga molar kedua, tidak memiliki kebiasan buruk seperti night grinding, tongue thrusting, thumb sucking, dan nail bitting. Pengukuran dilakukan menggunakan aplikasi DBSWIN dan dilanjutkan dengan analisis korelasi Product Moment Pearson. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara sudut ANB dan W pada maloklusi skeletal orang Indonesia (p < 0.05). Kesimpulan penelitian ini adalah semakin besar sudut ANB maka semakin kecil sudut W pada maloklusi skeletal kelas I, II, dan III orang Indonesia.

The accuracy of diagnosing a malocclusion is an important thing for treatment planning. ANB angle is a popular measurement for diagnosing skeletal malocclusion, W angle is a new measurement which uses stable points. Most Indonesian belongs to Mongoloid race which have more prominent hard tissue profile than Caucasoid race. The aim of this study is to learn about the relation between ANB and W angle of Indonesian in skeletal class I, II, and III malocclusion. This cross sectional study was conducted on 73 Indonesian lateral cephalograms, consisting of 30 skeletal class I malocclusion, 12 skeletal class II malocclusion, and 31 skeletal class III malocclusion. The criterias of the subject are 18 – 25 years old, had a complete permanent teeth until secondary permanent molar, didn’t have bad habits such as thumb sucking, night grinding, tongue thrusting, and nail bitting. Data were measured by DBSWIN and analyzed by Product Moment Pearson correlation test. The result showed a negative significant relation between ANB dan W angle in skeletal malocclusion of Indonesian (p < 0.05). Conclusion of this study is the greater ANB angle, the smaller W angle on skeletal class I, II, and III malocclusion of Indonesian.

Kata Kunci : sudut ANB, sudut W, maloklusi skeletal, orang Indonesia, sefalogram lateral

  1. S1-2022-423936-abstract.pdf  
  2. S1-2022-423936-bibliography.pdf  
  3. S1-2022-423936-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2022-423936-title.pdf