Laporkan Masalah

Narasi Islam dalam Dongeng Queer Tuturan Transaktivisme Antarmedia Digital dalam Akun Instagram & Twitter Amar Alfikar

DWI OKTALINA LESTARI, Prof. Dr. Wening Udasmoro, S.Sn., M.Hum., DEA

2022 | Tesis | MAGISTER KAJIAN BUDAYA DAN MEDIA

Muslim konservatif menciptakan diskriminasi terhadap transpria. Amar Alfikar sebagai seorang transpria muslim mengalami diskriminasi gender dan seksualitas. Alfikar menggunakan media sosial untuk menyebarluaskan dan menantang ideologi dominan berupa transaktivisme digital dengan memproduksi dan mereproduksi ajaran Islam inklusif. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk melihat bentuk praktik transaktivisme digital, bagaimana narasi Islam inklusif digunakan sebagai perlawanan dan mengapa narasi Islam inklusif dipilih untuk tuturan antarmedia yang bekerja dalam transaktivisme digital di media sosial Amar Alfikar. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis wacana multimodalitas dari Gunther Kress dan Theo van Leeuwen, transaktivisme digital Tobias Raun, konsep interseksionalitas Kimberle Crenshaw, dan konsep kapital kultural Pierre Bourdieu. Korpus kajian berupa 12 foto dari media sosial Alfikar. Studi menunjukkan bahwa pertemuan wacana Islam queer dengan agensi aktivisme muslim melahirkan profesionalisasi aktivis. Meskipun transaktivisme digital berupaya inklusif, praktik ini masih terjebak dalam narasi modernitas dan neoliberalisme yang mengutamakan pendidikan tinggi dan penghormatan. Langkah Amar Alfikar men-queer- kan narasi Islam semata-mata untuk kepentingan rekognisinya di publik.

The conservative muslim creates discrimination towards transmen. Amar Alfikar as a muslim transman experiences gender and sexuality discrimination. Alfikar uses his social media to disseminates and challenges the dominant ideology in the form of digital transactivism by producing and reproducing inclusive Islamic teaching. According to this, the study aims to see the digital transactivism practices, to see how inclusive Islam narration is used as counter-narrative, and to see the reason why inclusive Islam narration is choosen for transmedia storytelling that works in digital transactivism in Amar Alfikar's social media. The analysis was carried out using multimodality discourse analysis from Gunther Kress and Theo van Leeuwen, Tobias Raun's digital transactivim, Kimberle Crenshaw's intersectionality concept, and Pierre Bourdieu's capital cultural concept. The corpus study is 12 photos from Alfikar's social media. The study shows that the meeting of queer Islamic discourse with Muslim activism agencies gave birth to the professionalization of activists. Although digital transactivism seeks to be inclusive, this practice is trapped in the narrative of modernity and neoliberalism that prioritizes higher education and homage. Amar Alfikar's step to queer the Islamic narrative is solely for the sake of his recognition in the public.

Kata Kunci : Politik Penamaan, Transpria, Transaktivisme Digital, Tuturan Antarmedia

  1. S2-2022-449991-abstract.pdf  
  2. S2-2022-449991-bibliography.pdf  
  3. S2-2022-449991-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2022-449991-title.pdf.pdf