Praktik Patron-Klien Dalam Relasi Sosio-Ekonomi Masyarakat Nelayan Desa Umbele, Sulawesi Tengah

M FATHI MUJADIDI, Prof. Dr. Pujo Semedi Hargo Yuwono, M.A.

2022 | Skripsi | S1 ANTROPOLOGI BUDAYA

Kehidupan nelayan sebagai masyarakat pesisir sering kali tertubruk dengan kenyataan bahwa mereka melakukan penghidupan di lingkungan laut yang keras dan tidak nyaman, seperti yang terjadi juga pada masyarakat nelayan di Desa Umbele, Sulawesi Tengah. Hambatan-hambatan tersebut memaksa mereka untuk membentuk suatu relasi dalam komunitas mereka yang menciptakan pola asimetris antara bos sebagai pemberi dan mereka sendiri sebagai penerima. Hubungan seperti itu berkali-kali dianggap sebagai inti permasalahan kemiskinan dan keterbelakangan, yang rawan terjadi eksploitasi. Namun, di Desa Umbele kasusnya tidak selalu seperti itu. Penelitian ini mencoba menjawab dua pertanyaan inti, yaitu mengapa hubungan keterikatan antara nelayan dengan bos terus langgeng, serta bagaimana peran pihak nelayan dan bos dalam kegiatan melaut dan kehidupan sehari-hari. Kedua pertanyaan tersebut dijawab melalui lima puluh hari penelitian dengan metode etnografi observasi-partisipatoris dan wawancara semi terstruktur dengan nelayan dan bos sebagai informan utama, serta aktor lain seperti anggota keluarga, pedagang, dan perangkat desa untuk mendukung data dengan informasi tambahan. Penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun nelayan terikat pada hubungan dengan bos mereka sebagai pilihan yang rasional, aspek kultural dalam moralitas merekalah yang membantu merekatkan dan memperkuat ikatan tersebut. Lebih jauh, hierarki yang ada dapat ditembus dan menunjukkan bahwa terdapat fleksibilitas yang hadir melalui persaingan antara bos sebagai penyedia dan nelayan itu sendiri. Hubungan antara aktor-aktor tersebut membantu ikatan patron-klien untuk terus terjadi, dan dapat dilihat sebagai cara untuk membuka peluang tidak hanya untuk para nelayan, tetapi juga masyarakat desa.

The life of fishermen in coastal communities often crumbled with the fact that they are fulfilling their livelihood in a harsh and uneasy sea environment, it is in fact what happened in the society of fisherman at Umbele Village, Central Sulawesi. Those obstacles forced them to make a form of relation within the community, creating an asymmetrical pattern between their boss as their provider and themselves as a receiver. Such relations many times were considered as the core of their problems on poverty and underdevelopment. But in Umbele Village, the case was not always like that. This research tries to answer two core questions, on why there is a perpetual bound on the asymmetric relation between the boss and the fisherman, and how they play their roles in each part of their positions. Both questions were answered with fifty days of research and fieldwork through data collection using ethnographic methods such as participatory-observation and semi-structured interviews with fishermen and bosses as the main informants, as well as other actors such as their family members, traders, and village apparatus to support with additional informations. This research shows that even though fishermen are bound to the relation with their boss as a forceful rational choice, it is the cultural aspect of morality in their community that helps glued and strengthen the bond. Furthermore, the so-called hierarchy can be penetrated and shows that it also has the value of flexibility with competition amongst providers and fishermen themselves. Such relation between those actors helps the patron-client ties to perpetuate, and can be seen as a way to enable not just the fishermen, but the whole community as well.

Kata Kunci : patron-klien, masyarakat nelayan, ekonomi moral dan rasional, resiprositas