Laporkan Masalah

Peran Domestik yang Seksis (Studi Pengalaman Beban Ganda Perempuan Pekerja di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Menggunakan Analisis Intersectionality)

ISSROTUL QOMARIA, Milda Longgeita Pinem, Ph.D

2022 | Tesis | MAGISTER PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN

Penelitian ini di latar belakangi oleh keresahan penulis terhadap keluhan para perempuan pekerja yang mengalami beban ganda. Salah satu penyebab beban ganda yakni stigma bahwa perempuan bertanggungjawab terhadap pekerjaan domestik (mengurus rumah dan anak). Pekerjaan domestik merupakan pekerjaan rutin yang dikerjakan setiap hari tanpa hari libur. Idealnya pekerjaan tersebut bisa dikerjakan bersama, namun faktanya perempuan lebih banyak mengerjakan daripada laki-laki. Penelitian ini menggunakan pendekatan intersectionality (Kimberly Crenshaw, 1989) yang menekankan bahwa perempuan memiliki tingkat permasalahan yang berbeda sesuai dengan identitas yang dimiliki. Aspek identitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu identitas sosial ekonomi dan tingkat kesadaran kritis perempuan. Metode yang digunakan yaitu feminis interview dengan teknik purposive sampling. Penelitian ini merupakan hasil pengalaman 8 perempuan yang berasal dari daerah Kulon Progo dan Sleman, Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukan ada 3 level pengalaman beban ganda perempuan yakni beban ganda berat, sedang dan ringan. Beban ganda berat ketika perempuan lebih banyak mengerjakan pekerjaan domestik sendiri dan ia merupakan pencari nafkah utama keluarga. Beban ganda sedang ketika perempuan mampu menggunakan jasa pihak ketiga untuk mengerjakan sebagian pekerjaan domestik (laundry, catering, dan sebagainya) dan pihak laki-laki mengerjakan pekerjaan domestik apabila ada instruksi. Beban ganda ringan ketika perempuan memiliki Asisten Rumah Tangga (ART), sehingga pekerjaan domestik hanya dilakukan ketika ART ijin. Selain itu, pihak laki-laki lebih terbuka dalam mengerjakan pekerjaan domestik. Berdasarkan hasil penelitian, faktor terpenting dalam meringankan beban ganda yakni membangun kesepakatan bahwa pekerjaan domestik adalah tanggungjawab bersama bukan hanya salah satu pihak.

This study was set up by the author's concern regarding complaints from working women experiencing double burden. One factor leading to double burden is the stigma that women are responsible for domestic work (taking care of the house and children). Domestic work refers to routine work that is done every day with no break. Ideally this kind of work can be done or completed together. This study employed an intersectionality approach (Kimberly Crenshaw, 1989) which put emphasis that women have different levels of problems in relation with their identity. The identity aspects discussed in this study were the socio-economic identity and the level of critical awareness of women. The implemented method was feminist interview with purposive sampling technique. This study depicted the experience of 8 women from Kulon Progo and Sleman regions. The results showed that there were 3 levels of women double burden experience, categorized into heavy, moderate, and light. The heavy double burden refers to the condition when women do most of the domestic work themselves and they are the main breadwinners for the family. The moderate double burden is when women are able to use third party services to do some domestic work (laundry, catering, etc.) and men do domestic work when instructed to do so. The light double burden refers to when women have a domestic helper (ART), with all domestic work are normally done by said person. In addition, men are more open in doing domestic work. Based on the results, the most important factor in alleviating the double burden is to build an agreement that domestic work is viewed as shared responsibility.

Kata Kunci : Beban Ganda, Peran Domestik, Kesetaraan Gender, Intersectionality

  1. S2-2022-449226-abstract.pdf  
  2. S2-2022-449226-bibliography.pdf  
  3. S2-2022-449226-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2022-449226-title.pdf