Laporkan Masalah

Negotiating Gender Construction: the Practice of Uang Panaik and Romantic Love in Buginese Wedding Ritual

RAFIKA SYAHDINA, Dr. Samsul Maarif; Dr. Katrin Bandel

2022 | Tesis | MAGISTER AGAMA DAN LINTAS BUDAYA

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana Uang Panaik dinegosiasikan melawan konstruksi gender melalui cinta romantis dan budaya yang hibrid. Penelitian ini fokus pada tradisi Uang Panaik yang dipraktikkan oleh masyarakat Bugis sebagai salah satu persyaratan pernikahan. Subjek penelitian ini adalah dua pasangan yang menjalani hubungan cinta sebelum pernikahan dengan ekspresi cinta yang berada dalam batasan etika agama Islam. Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, pertama adalah mengkaji sumber tertulis dan yang kedua adalah melakukan wawancara terhadap 11 informan. Data-data kemudian dibandingkan untuk melihat persamaan atau perbedaan antara praktek ritual pernikahan Bugis tradisional yang tertulis dan pengalaman para subjek. Data-data kemudian dianalisis menggunakan metode kualitatif dengan teori cinta romantis oleh Eva Illouz dan teori hibriditas oleh Homi K Bhabha. Dengan menggunakan teori cinta romantis dan hibriditas, penelitian ini mendiskusikan tentang hubungan antara praktek Uang Panaik dengan cinta romantis sebagai budaya yang hibrid. Penelitian ini berpendapat bahwa praktik Uang Panaik dalam ritual pernikahan masyarakat Bugis telah direkonstruksi dan berbeda dari cara tradisional oleh karena praktek Uang Panaik ditantang oleh keterlibatan hubungan cinta romantis yang terjadi sebelum pernikahan (pacaran). Oleh sebab itu, proses negosiasi Uang Panaik melawan konstruksi gender terjadi dalam budaya yang hibrid dengan cinta romantis yang dibatasi dengan etika agama.

This research aims to examine how Uang Panaik, the required amount of money to finance a wedding ritual/party, is negotiated against gender construction through romantic love and hybrid culture. This research focuses on Uang Panaik tradition that is practiced by Buginese as one of the requirements of a marriage. The main subjects of this research are two couples who experienced a love relationship before their marriage with love expression within the boundary of Islamic rules and their relatives. The data collection was done in two ways, the first was was examining textual sources relevant to the topic and the second was through interviewing 11 informants. The data were then compared in order to see the similarity and difference between the written traditional practice of Buginese wedding ritual and the experience of the subjects. The data were analyzed by using qualitative methods with romantic love theory by Eva Illouz and hybridity theory by Homi K Bhabha. By using the theory of romantic love and hybridity, this research observes the relation between the tradition of Uang Panaik and romantic love as a hybrid culture. This research argues that the practice of Uang Panaik in Buginese wedding ritual has been reconstructed differently from the traditional ways as the practice of Uang Panaik tradition is challenged by the involvement of romantic love relationships that happened before marriage (courtship, pacaran). Thus the process of negotiating Uang Panaik against gender construction happened in a hybrid culture together with romantic love bounded by religious ethics.

Kata Kunci : Uang Panaik, romantic love, hybrid culture, Buginese wedding ritual

  1. S2-2022-449893-abstract.pdf  
  2. S2-2022-449893-bibliography.pdf  
  3. S2-2022-449893-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2022-449893-title.pdf