Laporkan Masalah

MAWAS OTONOMI MASYARAKAT LOKAL DALAM PENGEMBANGAN WISATA PETUALANGAN BAHARI DI PERAIRAN LAUT PULAU AMBON

M RIZALI UMARELLA, Prof. Dr. M. Baiquni, M.A.

2022 | Disertasi | DOKTOR ILMU GEOGRAFI

Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengkarakteristikkan makna mawas otonomi bagi masyarakat lokal dalam pengembangan wisata petualangan bahari di perairan laut Pulau Ambon, dan 2) Menyusun kerangka pengembangan wisata petualangan bahari sea kayaking di Perairan Laut Pulau Ambon berdasarkan mawas otonomi masyarakat lokal menggunakan SIGPP (Sistem Informasi Geografis dan Pendekatan Partisipatif). Penelitian ini dianalisis menggunakan pendekatan kualitiatif dengan paradigma partisipatif berdasarkan fenomenologi interpretif hermeneutika, yang bersandar pada refleksi kritis dan memori para informan. Informan dalam penelitian ini dipilih secara bertujuan (purposive) menggunakan strategi snowball untuk mendapatkan data yang lebih kaya. Selanjutnya dilakukan observasi lapangan, wawancara mendalam, FGD, catatan lapangan reflektif, pengumpulan dokumen dan teknik visual terhadap para informan dalam proses integrasi data ke dalam SIGPP. Data yang diperoleh kemudian dikoding dan diinterpretasi secara kualitatif. Hasil penelitian ini mendapatkan karakteristik makna mawas otonomi dari tiga tema utama yaitu penciptaan ruang, kebijaksanaan, dan rekonstruksi dari pengalaman diri. Penciptaan ruang terdiri dari menilai diri sendiri, inisiasi kontribusi dan dukungan teknologi. Kebijaksanaan terdiri dari usaha mengorganisir diri dan kolaborasi pemangku kepentingan. Rekonstruksi terdiri dari merefleksikan pengalaman diri dan mengembangkan keadaan kritis. Pemanfaatan SIGPP telah menjadi alat pemberdayaan yang dapat diadopsi untuk pengembangan wisata, khususnya wisata petualangan bahari. Proses SIGPP telah menghasilkan informasi tingkat kesulitan sea kayaking dengan kriteria sangat mudah hingga sangat susah. Jalur petualangan bahari sea kayaking di Perairan Laut Pulau Ambon saat Musim Timur yaitu Batu Kuda ke Morella, Batu Kuda ke Natsepa dan Hutumuri, Hukurila ke Natsepa, dan Morella ke Asilulu. Jalur pada Musim Barat yaitu Morella ke Batu Kuda, Asilulu ke Pulau Tiga, dan Asilulu ke Morella. Kerangka pengembangan wisata yang dihasilkan terdiri dari model pengembangan, posisi kompetitif, analisis SWOT, prinsip pembangunan, strategi manajemen, pendirian produk, marketing, pembangunan berkelanjutan, rencana implementasi, standar guest house, dan petunjuk bagi pengelola. Penelitian lanjutan dapat diupayakan untuk menguraikan dampak yang timbul setelah implementasi wisata petualangan bahari sea kayaking di Perairan Laut Pulau Ambon

This study aims to 1) characterize the meaning of sense of autonomy for local communities in marine-based adventure tourism development in Ambon Island Sea Waters, and 2) Develop a framework for developing sea kayaking marine-based adventure tourism in Ambon Island Sea Waters based on the local community sense of autonomy using PAGIS (Participation Approach and Geographic Information System). This study was analyzed using a qualitative approach with a participatory paradigm based on hermeneutic interpretive phenomenology, which relies on critical reflection and memory of the informants. Informants in this study were selected purposively using a snowball strategy to obtain richer data. Furthermore, field observations, in-depth interviews, FGDs, reflective field notes, document collection and visual techniques were carried out on informants in the process of integrating data into PAGIS. The data obtained were then coded and interpreted qualitatively. The results of this study obtained the characteristics of the meaning of autonomy insight from three main themes, namely the creation of space, wisdom, and reconstruction of self-experience. Space creation consists of self-assessment, initiation of contributions and technology support. Wisdom consists of selforganizing efforts and stakeholder collaboration. Reconstruction consists of reflecting on one's own experiences and developing a critical state. Utilization of PAGIS has become an empowerment tool that can be adopted for tourism development, especially marine-based adventure tourism. The PAGIS process has produced information on the difficulty level of sea kayaking with very easy to very difficult criteria. Sea kayaking adventure routes in Ambon Island during the East Season are Batu Kuda to Morella, Batu Kuda to Natsepa and Hutumuri, Hukurila to Natsepa, and Morella to Asilulu. The route in the West Season is Morella to Batu Kuda, Asilulu to Pulau Tiga, and Asilulu to Morella. The resulting tourism development framework consists of a development model, competitive position, SWOT analysis, development principles, management strategy, product establishment, marketing, sustainable development, implementation plans, guest house standards, and instructions for managers. Further research can be sought to describe the impacts that arise after the implementation of sea kayaking marine adventure tourism in Ambon Island Sea Waters.

Kata Kunci : sense of autonomy, marine-based adventure tourism, PAGIS, tourism development framework

  1. S3-2022-422638-abstract.pdf  
  2. S3-2022-422638-bibliography.pdf  
  3. S3-2022-422638-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2022-422638-title.pdf