Laporkan Masalah

Perilaku Sosial 'Nyampah' pada Masyarakat Sub-urban di Desa Dayeuh, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

MIYARSIH, Prof. Dr. Suharko, S.Sos., M.Si. (Ketua Tim/Dosen Pembimbing); Fina Itriyati, M.A. Ph.D. (Penguji I); R Derajad Sulistyo Widhyharto, S.Sos., M.Si. (Penguji II)

2022 | Skripsi | S1 SOSIOLOGI

Jumlah sampah di Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya, hal demikian seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di suatu wilayah. Namun ironinya, peningkatan jumlah sampah tersebut masih diimbangi dengan maraknya perilaku sosial 'nyampah' yang dilakukan masyarakat. Perilaku sosial 'nyampah' atau membuang sampah secara sembarangan yang dilakukan secara kolektif oleh masyarakat di wilayah perkotaan maupun sub-urban merupakan isu yang problematis, mengingat umumnya wilayah tersebut merupakan wilayah padat penduduk dengan komposisi masyarakat yang heterogen. Terlebih kondisi demikian masif diimbangi dengan beragam keterbatasan yang ada terutama terkait keterbatasan ruang. Tak ayal mengapa persoalan sampah menjadi momok tersendiri bagi masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan dan sub-urban dibanding dengan masyarakat yang tinggal di wilayah pedesaan. Sebagaimana dengan maraknya fenomena sampah liar yang cukup banyak dijumpai di wilayah Desa Dayeuh, Kecamatan Cileungsi yang merupakan wilayah sub-urban industri dengan kepadatan penduduk yang tinggi serta karakteristik sosial-budaya masyarakatnya yang beragam. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana perilaku sosial 'nyampah' di Desa Dayeuh tersebut dapat terbentuk serta hal-hal apa saja yang menyebabkan perilaku tersebut masih tetap eksis, subur dan melekat dengan kehidupan masyarakat hingga saat ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan etnografi, yang mana data diperoleh dari berbagai informan yang berasal dari berbagai elemen masyarakat, baik yang merupakan penduduk lokal maupun pendatang dan yang tinggal di kawasan perumahan maupun kawasan pedesaan atau perkampungan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan teori struktural konstruktif terutama terkait konsep habitus yang dicetuskan oleh Pierre Bourdieu dan konsep habitus ekologis yang dicetuskan oleh Debbie Kasper. Konsep habitus tersebut yang kemudian dijadikan sebagai pisau analisis utama dalam memahami proses terbentuk dan suburnya perilaku sosial 'nyampah' yang dilakukan masyarakat di Desa Dayeuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat habitus yang berbeda dalam menangani sampah antara masyarakat yang tinggal di kawasan perumahan dengan masyarakat yang tinggal di kawasan perkampungan. Yang mana, perilaku sosial 'nyampah'marak terjadi di kawasan perkampungan Desa Dayeuh sebenarnya berakar dari habitus atau kebiasaan lama masyarakat, khususnya masyarakat lokal yang tinggal di kawasan perkampungan berupa menangani sampah dengan cara dibuang di kebun atau lahan kosong untuk kemudian dibakar terutama pada masa sebelum wilayah Desa Dayeuh berubah secara masif menjadi wilayah sub urban industri. Perilaku sosial 'nyampah' tersebut kemudian semakin eksis dan subur hingga saat ini, yang mana marak dipraktikkan secara kolektif oleh masyarakat baik lokal maupun pendatang terutama yang tinggal di kawasan perkampungan sebagai dampak konteks sosial-historis dan budaya saat ini yang ditandai dengan munculnya habitus ekologis yang bersifat menentang, masifnya gejala NIMBY, dan menjamurnya TPS ilegal di Desa Dayeuh.

The amount of waste in Indonesia tends to increase every year, this is in line with the increasing number of residents in a region. But ironically, the increase in the amount of waste is still balanced with the rampant social behavior of 'garbage' or 'nyampah' by the community. The social behavior of 'nyampah' or littering that is carried out collectively by people in urban and sub-urban areas is a problematic issue, considering that generally these areas are densely populated areas with a heterogeneous composition of society. Moreover, such massive conditions are offset by various existing limitations, especially related to space limitation. There is no doubt why the waste problem is a scourge for people living in urban and sub-urban areas compared to people living in rural areas. As with the rampant phenomenon of illegal waste which is quite often found in the area of Dayeuh Village, Cileungsi District, which is an industrial sub-urban area with a high population density and diverse socio-cultural characteristics of the community. The purpose of this study is to analyze how the social behavior of 'nyampah' in Dayeuh Village can be formed and what things cause this behavior to still exist, fertile and attached to people's lives to this day. The method used in this research is qualitative with an ethnographic approach, in which data is obtained from various informants who come from various elements of society, both local residents and immigrants and who live in residential areas or rural areas or villages. The data obtained were then analyzed using constructive structural theory, especially related to the concept of habitus proposed by Pierre Bourdieu and the concept of ecological habitus proposed by Debbie Kasper. The concept of habitus is then used as the main analytical knife in understanding the process of forming and thriving social behavior of 'nyampah' carried out by the community in Dayeuh Village. The results of the study indicate that there are different habits in handling waste between people who live in residential areas and people who live in rural areas. Which is, the 'nyampah' social behavior that is rife in the village area of Dayeuh Village is actually rooted in the habitus or old habits of the community, especially local people who live in the village area in the form of handling waste by throwing it in the garden or vacant land to be burned, especially in the pre-industrial period before Dayeuh Village was changed massively into an industrial sub-urban area as now. This 'nyampah' social behavior has continued to exist and thrive to this day, which is widely practiced collectively by both local and immigrant communities, especially those living in rural areas as a result of the current socio-historical and cultural context which is marked by the emergence of an ecological habitus that antagonistic, the massive symptoms of NIMBY, and the proliferation of illegal dumping in Dayeuh Village.

Kata Kunci : Kata kunci: perilaku sosial, 'nyampah', sub-urban, industri, habitus, perkampungan

  1. S1-2022-430843-abstract.pdf  
  2. S1-2022-430843-bibliography.pdf  
  3. S1-2022-430843-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2022-430843-title.pdf