Laporkan Masalah

Kasus Gigitan Ular di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2019 dan 2020

MUHAMAD YUSRIL AL FAQIH, Donan Satria Yudha, S.Si., M.Sc.

2022 | Skripsi | S1 BIOLOGI

Kasus gigitan ular dikategorikan sebagai neglected tropical disease oleh World Health Organization (WHO). Hingga saat ini baru terdapat tiga penelitian yang telah merekam kasus gigitan ular di Indonesia. Belum terdapat penelitian mengenai kasus gigitan ular di Provinsi DI Yogyakarta, terutama di Kabupaten Gunungkidul. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola spasial dan frekuensi kasus gigitan ular serta jenis ular yang paling sering menggigit manusia di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2019 - 2020. Data kasus gigitan ular diperoleh dari RSUD Wonosari. Analisis spasial menggunakan point pattern analysis untuk memperoleh pola spasial kasus gigitan ular. Hasil menunjukkan bahwa terdapat 61 kasus gigitan ular di Kabupaten Gunungkidul yang terdiri dari 33 kasus pada tahun 2019 dan 28 kasus di tahun 2020. Kasus gigitan ular tahun 2019 lebih banyak terjadi pada bulan Januari hingga Maret, sedangkan pada tahun 2020 tidak terdapat perbedaan jumlah pada kedua musim. Jumlah kasus gigitan tertinggi ditemukan di Kecamatan Saptosari pada tahun 2019 dan tersebar di 4 kecamatan pada tahun 2020. Peta Heatmap Kernel Density menunjukkan beberapa titik-titik hotspot terjadinya kasus gigitan ular pada tahun 2019 dan 2020. Garis kurva fungsi G, F, dan K Ripley pada tahun 2019 menunjukkan kasus gigitan ular berpola mengelompok dan pada tahun 2020 menunjukkan pola menyebar. Jenis ular yang menyebabkan kasus gigitan di Kabupaten Gunungkidul teridentifikasi sebanyak 4 spesies, dengan Trimeresurus albolabris merupakan spesies yang paling banyak menyebabkan kasus gigitan baik di tahun 2019 maupun 2020. pada tahun 2019, frekuensi kasus gigitan lebih tinggi pada musim hujan. Sedangkan pada tahun 2020, frekuensi kasus gigitan lebih seimbang pada kedua musim.

Snakebite cases are categorized as neglected tropical diseases by the World Health Organization (WHO). Only three studies that recorded snakebite cases in Indonesia. There has been no research on snakebite cases in Special Region of Yogyakarta, especially in Gunungkidul Regency. The aim of this research is to determine the spatial pattern and frequency of snakebite cases in Gunungkidul Regency during 2019-2020, and to determine species of snakes that most frequently bite humans in Gunungkidul Regency in 2019-2020. Data of snakebite cases were obtained from Wonosari General Hospital. Data were analyzed using point pattern analysis to obtain spatial patterns of snakebite cases. The results showed that there were 61 snakebite cases in Gunungkidul Regency, consisting of 33 cases in 2019 and 28 cases in 2020. Snakebite cases in 2019 were more occured from January to March, while in 2020 there is no difference between dry season and rainy season. The highest number of cases was found in Saptosari District in 2019 and spread across 4 districts in 2020. The Kernel Density Heatmap shows several hotspots for snakebite cases in 2019 and 2020. G, F, and K Ripley function curve lines showed that snakebite cases in Gunungkidul Regency in 2019 had a clustered distribution pattern meanwhile snakebite cases have a random distribution pattern. There are four identified snake that caused snakebite cases in Gunungkidul Regency, and Trimeresurus albolabris was the only species that caused the most bite cases. The frequency of snakebite cases was higher in the rainy season. Whereas in 2020, the frequency of bite cases is balanced between two season.

Kata Kunci : gigitan ular, Gunung Kidul, analisis spasial, point pattern analysis, Trimeresurus albolabris

  1. S1-2022-411712-abstract.pdf  
  2. S1-2022-411712-bibliography.pdf  
  3. S1-2022-411712-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2022-411712-title.pdf