STUDI KASUS KONSERVASI KAWASAN BINTARAN DI KOTA YOGYAKARTA, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
FILDZA SHEEARLY N S, Dr. Daud Aris Tanudirjo, M.A.
2022 | Skripsi | S1 ARKEOLOGIKawasan Bintaran merupakan kawasan yang ditetapkan sebagai salah satu bagian dari KCB Pakualaman yang memiliki status zona penyangga sesuai Kep. Gub. DIY No.186/KEP/2011. Sebagai zona penyangga, kawasan ini merupakan wilayah pelindung dari zona inti yang dapat dimanfaatkan secara terbatas. Namun, kenyataannya perkembangan Kawasan Bintaran kini semakin berkembang menjadi zona perdagangan dan jasa, serta zona perumahan dengan kepadatan tinggi. Keadaan ini menyebabkan Kawasan Bintaran terancam dengan perkembangan yang kurang terkendali sehingga membahayakan statusnya sebagai zona penyangga Kawasan Cagar Budaya Pakualaman. Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari upaya konservasi yang tepat agar fungsi zona penyangga KCB Pakualaman bagi Kawasan Bintaran tetap dapat dipertahankan. Penelitian yang merupakan penelitian kualitatif deskriptif ini dilakukan dengan studi pustaka dan observasi lapangan untuk dapat mengetahui keadaan saat ini dan nilai-nilai pentingnya. Hasilnya digunakan sebagai data dasar dalam merencanakan konservasi kawasan ini sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Arahan konservasi yang diperoleh dari penelitian ini adalah menetapkan Kawasan Bintaran sebagai wilayah perencanaan khusus. Selanjutnya, dilakukan revitalisasi dengan melalui proses zonasi sebagai upaya konservasi pada skala meso, dan penataan bangunan pada skala mikro. Kegiatan revitalisasi ini juga melibatkan masyarakat sebagai pemeran penting.
The Bintaran area is an area designated as one part of the Pakualaman cultural area with the status of a 'buffer zone' according to the Decree of the Governor of DIY No.186/KEP/2011. Due to its status as a buffer zone, this area is allocated as a protection zone for the core zone whose utilization is controlled. However, in reality, Bintaran area is now growing veri rapidly into a trade and service zone, as well as a high-density residential zone. This situation causes the Bintaran area to be threatened with uncontrolled development, thus endangering its status as a buffer zone for the Pakualaman Cultural heritage Area. This research is intended to find the right conservation efforts for Bintaran area, so that is function as the buffer zone of the Pakualaman cultural heritage area can be maintained. This research, was conducted based on a document study and field observations to find out the current situation and its important values. The results are used as basic data in planning the conservation policy of this area in accordance with statutory regulations. This study shows that in Bintaran area there are actually a number of important attributes that characterize the Pakualaman cultural area. Therefore, it deserves more than an ordinarily buffer zone and should be more protected. Considering the results of this study, it can be suggested thet the Bintaran area should be designated a special planning area where land use and spatial use must be arranged specifically according to its important values. An integrated zoning system should be applied as one of the revitalization efforts at its meso-spatial-scale while for the micro-scale it is necessary to apply strict regulations for building arrangement. In the entire revitalization process, the community, as the most important stakeholders. Should be involved actively.
Kata Kunci : Bintaran, Konservasi Kawasan, Pakualaman, UU Cagar Budaya, Nilai Penting, Area Perencanaan Khusus/Bintaran, Area Conservation, Pakualaman, Significance Values, Special Planning Area