Konstruksi Tubuh Pascakolonial dalam Novel Persiden Karya Wisran Hadi

LASTRY MONIKA, Prof. Dr. Faruk, S.U.

2022 | Tesis | MAGISTER SASTRA

Sistem matrilineal di Minangkabau dianggap memiliki ketahanan yang kuat oleh sebagian peneliti karena mampu bertahan dari pergolakan peristiwa-peristiwa sejarah seperti Perang Padri, masa penjajahan kolonial, hingga peristiwa lain setelahnya. Akan tetapi, tampilan yang berbeda dihadirkan oleh Wisran Hadi melalui Persiden ketika sistem kekerabatan itu berhadapan dengan tatanan yang semakin modern. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengungkap konstruksi tubuh pascakolonial di dalam novel beserta konteks yang melatarbelakangi hadirnya konstruksi tersebut. Konstruksi tubuh diuraikan menggunakan kerangka teoritis politik keruangan yang dikemukakan oleh Sara Upstone, terutama konsep ruang mengenai tubuh. Dalam teorinya, tubuh oleh Upstone dapat dilihat sebagai situs kolonisasi terbesar yang dapat memunculkan resistansi. Hasil analisis menunjukkan bahwa masyarakat dalam sistem matrilineal di Minangkabau yang diwakilkan melalui keluarga Rumah Bagonjong mengalami dislokasi dari ruang adatnya sendiri. Tubuh-tubuh berhadapan dengan eksploitasi kapitalis melalui jaringan global yang berdasarkan perspektif Upstone dikategorikan sebagai neo-kolonial kontemporer. Hal itu berimplikasi pada keterbatasan ruang bagi masyarakat untuk merayakan identitas dan adat matrilinealnya. Dislokasi yang dialami tubuh beserta ruang adat tersebut tidak hanya dapat dilihat sebagai bentuk kelalaian menjalankan tradisi dalam tatanan yang semakin modern. Akan tetapi, dislokasi yang terjadi juga merupakan proses panjang dari pertemuan sistem matrilineal dengan kekuatan budaya lain yang telah berlangsung sejak lama. Wisran tidak menawarkan alternatif untuk hal itu selain menampilkan chaos yang terjadi. Hal itu dapat pula dianggap sebagai repons pascakolonial karena tidak memunculkan hierarki dan kekuatan absolut baru.

The matrilineal system in Minangkabau considered to have strong endurance by some researcher because able to survive from the throes of historical events like the Padri War, colonial era, until another events afterwards. However, a different look was presented by Wisran Hadi through the President when that kinship system is faced with an more modern order.Therefore, this research aims to uncover postcolonial body construction in the novel along with the context behind the emergence of construction. Body construction outlined using the theoretical framework of spatial politics proposed by Sara Upstone, especially the concept of space regarding the body. In her theory, the body by Upstone could be seen as the largest colonization site that could give rise to resistance. The results of the analysis show that people in a matrilineal system in Minangkabau, who was represented through the Rumah Bagonjong family, experienced dislocation from theirs own traditional space. Bodies face exploitation capitalists through a global network based on Upstone's perspective categorized as contemporary neo-colonial. This has implications for limited space for people to celebrate identity and matrilineal traditional. The dislocation experienced by the body and the traditional space is not can only be seen as a form of negligence in carrying out traditions in order more modern. However, the dislocation that occurs is also a process the length of the matrilineal system encounters with other cultural forces that has been going on for a long time. Wisran doesn't offer an alternative to that besides showing the chaos that happened. It can also be considered as postcolonial response for not giving rise to hierarchies and new absolute powers.

Kata Kunci : matrilineal, konstruksi, tubuh, pascakolonial, dislokasi