Laporkan Masalah

RESISTENSI ORANG RIMBA TERHADAP IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERDAYAAN PEMERINTAH DI TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS JAMBI

RINA ASTARIKA, Partini; Endang Sulastri

2021 | Disertasi | DOKTOR PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PEMBANGUNAN

Orang Rimba merupakan Komunitas Adat Terpencil (KAT) yang hidup secara tradisional di kawasan hutan Bukit Dua Belas. Bagi Orang Rimba, hutan Bukit Duabelas merupakan sumber ekonomi dan sumber identitas, karena itu dinamika kehidupan mereka tidak dapat dipisahkan dari hutan. Saat ini Orang Rimba terbagi atas dua kelompok besar yaitu : (1) kelompok yang masih bertahan dalam hutan disebut Orang Rimba Dalam, (2) kelompok yang sudah mulai menetap dan menempati pemukiman pemerintah dibedakan atas Orang Rimba Bediom dan Orang Rimba Berkampung. Berbagai program pemberdayaan telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan Orang Rimba namun dapat dikatakan sama sekali tidak menyentuh kehidupan komunitas Orang Rimba. Konsep dan target yang menjadi tujuan pemerintah yang hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi dengan norma standar yang berlaku umum, menegaskan dengan sangat jelas bahwa aspek sosio kultural Orang Rimba tidak menjadi bagian penting dari indikator pembangunan. Perbedaan orientasi sosio kultural komunitas Orang Rimba dengan target yang hendak diraih pemerintah melalui program-program pembangunan jelas tidak memungkinkan keduanya bisa berjalan berdampingan. Hal inilah yang kemudian menyebabkan Orang Rimba melakukan resistensi terhadap berbagai program-program pemerintah. Berangkat dari permasalahan tersebut, rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah "bagaimana awal perjumpaan Orang Rimba dengan konservasi dan program pembangunan? Upaya apa saja yang sudah dilakukan pemerintah (pusat dan daerah), swasta serta LSM dalam memberdayakan Orang Rimba di TNBD. Bagaimana implementasi program pemberdayaan yang dilakukan pemerintah serta faktor penyebab terjadinya resistensi Orang Rimba terhadap program pemberdayaan pemerintah, serta menawarkan konsep alternatif pemberdayaan yang sesuai untuk Orang Rimba. Program pemberdayaan di bidang pemukiman, pendidikan, kesehatan dan ekonomi yang bersumber dari pemerintah, menjadi fokus utama penelitian ini. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif etnografi dengan menggunakan pendekatan ekologi, sosiologi, dan ekonomi untuk mengkaji program pemberdayaan pemerintah dan Orang Rimba di TNBD. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam kepada pihak-pihak terkait yaitu (Orang Rimba di TNBD, Pemda Jambi, BTNBD, LSM, dan Swasta), menggunakan teknik observasi lapangan, dan studi literatur. Penelitian ini menemukan bukti bahwa kebijakan pemerintah yang dibungkus melalui program-program pemberdayaan dinilai gagal dalam memajukan Orang Rimba, sehingga menyebabkan resistensi Orang Rimba terhadap program. Resistensi ini terjadi karena beberapa faktor antara lain : (1) Adanya ketidak tepatan program pemberdayaan terhadap Orang Rimba, karena pemerintah tidak memperhatikan way of life Orang Rimba. (2) Adanya ketidak benaran program pemberdayaan karena tidak adanya dialog atau negosiasi antara pemerintah dan Orang Rimba, dan (3) Adanya ketidak jujuran program, baik itu ketidak jujuran yang dilakukan pemerintah maupun Orang Rimba sendiri yang terkadang memanfaatkan situasi. Tiga alasan inilah yang membuat program-program pemberdayaan pemerintah mengalami kegagalan sehingga Orang Rimba melakukan resistensi. Untuk itu konsep pemberdayaan yang dusulkan pemerintah untuk Orang Rimba adalah dengan menawarkan konsep people centered, participatory, empowering dan suistenable.

Orang Rimba are Remote Indigenous Community who live traditionally in the Bukit Duabelas forest area. For the Orang Rimba, the forest of Bukit Duabelas is a source of economy and a source of identity. Currently the Orang Rimba are divided into two major groups, namely: (1) the group that still survives in the forest is called the Orang Rimba Dalam, (2) the group that has begun to settle and occupy government settlements is divided into the Orang Rimba Bediom and the Orang Rimba Berkampung. Various empowerment programs have been carried out by the government to improve the welfare of the Orang Rimba but it can be said that they have not touched the lives of the Orang Rimba. The concepts and targets that are the government's goals, which are only oriented towards economic growth with generally accepted standard norms, emphasize very clearly that the socio-cultural aspects of the Orang Rimba are not an important part of the development indicators. The difference in the socio-cultural orientation of the Orang Rimba make causes Orang Rimba to resist various government programs. Based on these problems, the formulation of the problem proposed in this research is "how did the Orang Rimba meet with conservation and development programs? What efforts have been made by the government (central and regional), the private sector and NGOs in empowering the Orang Rimba in TNBD. How is the implementation of the empowerment program carried out by the government and the factors causing the resistance of the Orang Rimba to the government's empowerment program, as well as offering an alternative concept of empowerment that is suitable for the Orang Rimba. This research is an ethnographic qualitative research using ecological, sociological, and economic approaches to examine government and Orang Rimba empowerment programs in TNBD. Data were collected through in-depth interviews with related parties, using field observation techniques, and literature studies. This study found evidence that government policies wrapped up through empowerment programs were considered to have failed in advancing the Orang Rimba. This resistance occurs due to several factors, including: (1) The existence of an inappropriate empowerment program for the Orang Rimba, because the government does not pay attention to the way of life of the Orang Rimba. (2) There is an untruth in the empowerment program because there is no dialogue or negotiation between the government and the Orang Rimba, and (3) There is dishonesty in the program, whether it is dishonesty by the government or the Orang Rimba themselves who sometimes take advantage of the situation. These three reasons have made the government's empowerment programs fail so that the Orang Rimba resist. For this reason, the concept of empowerment proposed by the government for the Orang Rimba is to offer the concept of people centered, participatory, empowering and sustainable.

Kata Kunci : Orang Rimba, program pemberdayaan, resistensi, konsep pemberdayaan

  1. S3-2021-389981-abstract.pdf  
  2. S3-2021-389981-bibliography.pdf  
  3. S3-2021-389981-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2021-389981-title.pdf