HUBUNGAN BILIK MATA DEPAN YANG DANGKAL DENGAN PERUBAHAN MORFOLOGI SEL ENDOTEL KORNEA PADA GLAUKOMA PRIMER SUDUT TERTUTUP KRONIK

IWAN SOEBIJANTORO, Prof. dr. Marsetyawan Soesatyo, HNES., MSc, Ph.D

2021 | Disertasi | DOKTOR ILMU KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

Tujuan : mengetahui hubungan antara densitas sel endotel kornea (ECD) dan sudut bilik mata depan (BMD) pada kasus glaukoma sudut tertutup kronis. Perubahan morfologi bilik mata depan yaitu sudut yang dangkal didapatkan berikatan dengan penurunan outflow dan peningkatan tekanan intraokular (TIO) pada GPSTp kronik. Metode : Penelitian dilakukan di RS Mata JEC. Subjek penelitian berusia <75 tahun, dengan tekanan intraokular >21mmHg dan derajat sudut bilik mata depan grade 2 atau kurang berdasarkan klasifikasi Van Herick. Anterior segment optical coherence tomography (AS-OCT) digunakan untuk menilai sudut bilik mata depan (BMD;sudut). Noncontact specular microscope digunakan untuk mengukur parameter kornea yaitu densitas sel endotel kornea (ECD;sel/mm2), koefisien variasi (CV;mikron). Tekanan intraokular (TIO) diukur dengan Goldmann applanation tonometry (GAT). Pemeriksaan lapang pandang dengan visual field analyzer. Hasil Penelitian : Didapatkan hubungan antara sudut BMD dan TIO terkoreksi (r=0,282;p=0,05) dengan korelasi negatif lemah, bermakna secara statistik, yaitu korelasi pada sudut BMD =< 15 dengan TIO terkoreksi didapatkan r=0,435; p=0,03 dengan korelasi negatif lemah, bermakna secara statistik, dan didapatkan juga korelasi yang bermakna antara TIO terkoreksi dengan penipisan RNFL yaitu r=-0,411 dan p=<0,01. Penelitia berupaya untuk menilai progresivitas penyakit dengan menilai kerusakan sel endotel kornea dan jaringan trabekulum dengan asumsi berasal dari embriologi yang sama sehingga kerusakan yang terjadi sejalan. Kerusakan sel endotel kornea dinilai dengan densitas sel (ECD), ketebalan kornea (CCT), koefisien variasi (CV), dan heksagonalitas (HEX). Nilai ECD yang memiliki rerata +- SD sebesar 2479,42 +- 396,49 sel/mm2, CV 37,08 +- 7,65%, HEX 50,97 +- 10,50%, dan CCT 543,19 +- 34,46 mikron. Ketebalan CCT juga didapatkan korelasi yang bermakna dengan penipisan RNFL yaitu r=0,297 (p=0,03). Korelasi antara ECD dan RNFL dengan ECD < 2000 sel/mm2 (r=0,593 dan p=0,16) korelasi positif sedang yaitu terjadi penipisan RNFL pada sel endotel <2000 sel/mm2. Kesimpulan : Hubungan antara BMD, ketebalan kornea sentral, TIO, dan ketebalan iris dengan kerusakan endotel kornea pada GPSTp kronik tidak bermakna secara statistik. Sudut bilik mata depan (BMD) yang signifikan berpengaruhn terhadap tekanan intraokular (TIO) pada glaukoma primer sudut tertutup (GPSTp) kronik adalah sudut dengan bersar =< 15 derajat. Penelitian ini mendapatkan korelasi positif sedang (r=0,593 dan p=0,16) korelasi positif sedang yaitu penipisan RNFL pada sel endotel <2000 sel/mm2. Kata Kunci : Glaukoma sudut tertutup primer (GPSTp) kronik, endothelial cell density (ECD), retinal nerve fiber layer (RNFL)

Objective : To determine the relationship between cornela endothelial cell density (ECD) and anterior chamber angle (AC) in cases of chronic primary angle-closure glaucoma (PACG). Changes in the morphology of the anterior chamber which is a shallow angle, were found to be associated with decreased outflow and increased intraocular pressure (IOP) in chronic PACG. Methods : The study was conducted at JEC Eye Hospital. The study subjects were <75 years old, with intraocular pressure >21mmHg and anterior chamber angle grade 2 or less based on the Van Herick classification. Anterior segment optical coherence tomography (AS-OCT) was used to assess the anterior chamber angle (AC; angle). A noncontact specular microscope was used to measure corneal parameters, namely corneal endothelial cell density (ECD; cells/mm2), coefficient of variation (CV; micron/cell), cell hexagonality (HEX; %), and central corneal thickness (CCT; micron). Intraocular pressure (IOP) was measured by Goldmann applanation tonometry (GAT). Visual fields were assessed with a visual field analyzer. Research Results: There was a relationship between the angle of AC and corrected IOP (r=-0.282; p=0,05) with a weak negative correlation, statistically significant, and the correlation at the angle of BMD =< 15 with corrected IOP obtained r=0.435 and p=0.03 had a statistically significant relationship, and a significant correlation was also found between corrected IOP and RNFL depletion (r=-0.411 and p=<0.01). Researchers attempted to assess disease progression by assessing damage to corneal endothelial cells and trabecular tissue with the assumption of originating form the same embryology so that the damage that occures was correlated. Corneal endothelial cell damage was assessed by cell density (ECD), corneal thickness (CCT), coefficient of variation (CV), and hexagonality (HEX). ECD values which have a mean +- SD of 2479.42 +- 396.49 cells/mm2, CV 37.08 +- 7.65%, HEX 50.94 +- 10.50%, and CCT 543.19 +- 34.46 micron. The thickness of the CCT also found a significant correlation with the depletion of the RNFL (r-0.297, p=0.03). The correlation between ECD and RNFL with ECD<2000 cells/mm2 (r=0.593, p=0.16) was moderately positive with RNFL depletion in endothelial cells <2000 cells/mm2. Conclusion : The association between AC angle, central corneal thickness, IOP, and iris thickness with corneal endothelial damage in chronic PACG was not statistically significant. Anterior chamber angle which has a significant effect on IOP in PACG is an angle with a magnitude of <=15 degrees. This study found a moderated positive correlation (r=0.593) between RNFL thickness and endothelial density <2000 cell/mm2 in chronic PACG. Keywords : chronic primary angle closure glaucoma (PACG), endothelial cell density (ECD), retinal nerve fiber layer (RNFL)

Kata Kunci : Glaukoma sudut tertutup primer (GPSTp) kronik, endothelial cell density (ECD), retinal nerve fibre layer (RNFL)