Laporkan Masalah

Legitimasi dan suksesi :: Studi tentang dasar hubungan rakyat dan penguasa dalam sejarah politik Jawa abad XV-XVI

BERLIAN, Saudi, Dr. Susetiawan

2002 | Tesis | S2 Sosiologi

Penelitian ini dilatarbelakangi impian tentang “manusia yang lahir dalam kadaan setara”, dihadapkan dengan kenyataan relasi asimetris: penguasa dan yang dihasai. Kuncinya terletak pada legitimasi. hgitimasi merupakan hasil dan juga menghasilkan situasi sosial politik tertentu. Kepatuhan mene!rima dominasi dan membiarkan diri dalam relasi asimetris adalah fenomena sosial yang kom# pleks melibatkan aspek kognitif, sikap, clan perilaku relasional yang berkaitan dengan harapan dan kecemasan akan masa depan. Legitimasi yang efektif, memerlukan keselarasan antara definisi subyektif dengan kenyataan obyektif. Dengan tertebih dahulu memahami legitimasi dalam perhitungan sosiologi, penelitian ini menelusuri bagaimana makna, gambaran, rumusan, dan praktek legitimasi dalam sejarah kekuasaan tradisional di Jawa abad XV-XVI, serta presedennya pada masa kini. Kerajaan Jawa, adalah duplikasi jagad raya dengan raja sebagai pusat yang memperoleh klaim ketuhanan bagi kekuasaannya. Suksesi abad XV-XVL yang melibatkan dinasti Majapahit, Dd dan Pajang, ditopang legitimasi yang tersusun dari unsurcunsur kepercayaan, religi dan magi yang bersumber dari Hindu, Buddha, Islam, dan kepercayaan asli pribumi dipadu secara mjakcpala (sintesis), dirumuskan menjadi mitos dan kultus sesuai kebutuhan kontekstual. Konsepsi tentang kesinambungan genealogis dan gagasan menjelaskan kaitan genetika clan mistis dinasti atau penguasa saat itu dengan penguasa sebelumnya, yang dicirikan oleh pratanda. Pratanda diyakini menjadi pre-legitimasi yang berlanjut menjadi amanat kekuasaan. lRgitimasi dipelihara, ditegakkan dan diterapkan dengan dua cara,: (I) non-koersif, citra penguasa ditanamkan ke dalam kesadaran kognitif masyarakat luas agar menjadi reahssum di alam pikiran daw (2) koersif, apabila yang pertama menemui hambatan ataupun resistansi. Resistansi muncul dari &lam maupun luar lingkungan kekuasaan berupa penolakan, perlawanan, atau tnembatuk kekuasaan tandingan. Legitimasi ditopang unsur pokok berupa narasi acuan, simbol khusus dan keyakinan sosial seperti magi, mitos, kultus yang terkandung dalam arsitektur can& dam, arca, relief, ornamen, wayang, babad, dan serat. Inisatif dan proses pencipta- an medium acuan itu memiliki kaitan erat dengan perjalanan kekuasaan sehingga unsur yang terkandung dalam karya itu secara parsial maupun bersamasama, membangun konsep serta gambaran tentang alam dan jagad yang menopang alasan keberadaan dan pmes kekuasaan. Sebagai preseden sosial-politik, nilai legitimasi yang menopang suksesi keku-asaan Jawa tradisional, memperlihatkan jejak dan gejalanya ketika masyara- kat Ja-wa melebur dalam di lingkungan sosial politik Indonesia modern. Kalimat trahing kusuma, rembesing madu, wijining tapa, tedak andana warih wahyuning ilahi robbi’: suatu rumusan legitimatif sekalip kriteria rekrutmen penguasa Jawa rnasa lampau, secara verbal diucapkan dalam pandangan akhir suatu fraksi MPR-RI pa& waktu memberi legitimasi terhadap Megawati Soekarnoputri menjadi Presiden ke4 Republik Indonesia.

This study is based on dream about the “human born at the equal state”, encountered to the fact of asymmetric relationship: the ruler and whom being ruled. The core is lied on legitimacy. Legitimaq is a result and leads to a certain situation of social-political. The loyalty to accept domination and let itself into asymmetric are complicated social phenomena that involved a cognitive, attitude, and relati-onal behavior aspects in connection with the expectation and anxiety toward the future. An effective legitimacy needs to the compatibility between subjective definition and objective reality. Understanding for-ward on the legitim- acy in sociological account, the research observes on what the meaning of legiti- macy, imagery, formulation, and how its practice within the history of traditional Javanese power in XV-XVI centuries, as well as the current precedence. The Javanese Kingdom was believed as duplication of the universe in which a king as the center having gained divine order for his power. The succession in XV- XVI centuries involvin Majapahit, Demak, and P+ang dynasties, supported by by m@k pda (synthetical~ly), were formulated into myth and cult in accordance with the coatex-tual requirements. A conception about genealogical and ideas con- tinuity described the genetic and mystical relation to previous ruler, which is cha- racterized by signs. The signs are believed becomes pre-legitimacy that continued into power mandate. Legitimacy is maintained, hold, and applied by two ways: (I) non-coercive, the image ruler is implaneted into the extensive commdty cognitive consciousness in order be-comes Irrralm in the thought realm; (2) coercive, when the first found the inhibition or resistance. The resistance appears from insi0 de and outside power circle in a refusaI, resistance, of forms of comparison power. Legitimacy is supported the main elements in shape of narrative reference, special symbol and social belief such as magi, myth, cults which is contained in the temple architecture, grave, statue, relief, oraament, puppet, bahd and setat. An initiative and creation process of reference medium has closed with the power running that the eledments contained in the work in partially or collective, built a concept and imagery about the nature and world supporting the reason for the existence and power process. As the social&itical precedent, a legitimacy value supporting a succession of traditional power of Javanese, tracing its tract and indidcation when the Javane- se community merged into social-political of the Modem Indonesia. The phrase “trahing kusuma, rembesing madu, wijining tapa, tedak andana warih, wahyuning ilahi robbi, formulation of legitimatization as well as recruitment criteria of the Javanese ~ler in the past, stated verbally in the final consideration of an MPR-RI fraction when giving legitimacy to Megawati Soekarnoputri as the 5th President of Republic of Indonesia.

Kata Kunci : Elite Penguasa,Rakyat,Politik Jawa Abad 15,16


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.