Laporkan Masalah

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMENGARUHI LUAS PENGUASAAN LAHAN ANDIL DI PETAK 17 DAN 18 KHDTK WANAGAMA I, GUNUNGKIDUL, YOGYAKARTA

TEGAR SETYA NUSA, Dwiko Budi Permadi S.Hut., M.Sc., Ph.D.

2021 | Skripsi | S1 KEHUTANAN

KHDTK Wanagama I merupakan Hutan Pendidikan yang interaksinya dengan masyarakat sangat erat. Salah satu interaksi masyarakat dengan Wanagama yaitu dalam bentuk penguasaan lahan andil (baon) untuk pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme perolehan lahan andil yang digarap oleh masyarakat, distribusi luas aktualnya, dan faktor-faktor sosial demografi yang memengaruhi luas penguasaan lahan andil di petak 17 dan 18. Penelitian ini menggunakan metode campuran dengan model sequential exploratory, yaitu pendekatan kualitatif untuk mengetahui mekanisme perolehan lahan andil dan faktor-faktor yang memengaruhi luas penguasaannya. Jumlah inforan kunci yang diwawancarai sebanyak enam orang dan jumlah responden total yang diterlibat dalam penelitian ini sebanyak 30 orang yang berasal dari Desa Banaran dan Desa Gading. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengetahui distribusi luas aktual lahan andil dan menguji faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap luas lahan andil menggunakan analisis regresi linier berganda. Penentuan responden dipilih dengan purposive sampling sedangkan informan menggunakan snowball sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat empat mekanisme perolehan lahan andil di KHDTK Wanagama I pada dua generasi petani hutan, yaitu melalui pendaftaran, pembukaan lahan secara mandiri, skema pewarisan, dan ganti rugi. Rerata luas penguasaan lahan andil di petak 17 dan 18 adalah 0,18 ha dengan luas minimal < 0,01 ha dan maksimal 0,5 ha. Faktor-faktor yang signifikan menjelaskan variasi luas penguasaan lahan andil adalah jarak rumah, jumlah ternak ruminansia, dan luas lahan milik dan/atau sewa dengan nilai signifikan < 0,05 pada uji T.

KHDTK Wanagama I is an Educational Forest that has interactions with the community. One of the community interactions with Wanagama is tenant-operated land system (baon) for farming activities. This research aims to determine the mechanism for acquiring the baon that cultivated by the community, the distribution of the actual area of the baon, and the socio-demographic factors that affect the extent of its areas, particularly in plots 17 and 18. This research uses a mixed method with a sequential exploratory model, which is a qualitative approach to determine the mechanism of land acquisition and the factors that affect the extent of its areas. The number of key informants interviewed was six people and the total number of respondents involved in this research was 30 people from Banaran Village and Gading Village. Quantitative approach is used to determine the distribution of the actual area of the baon and to examine the factors that are thought to have an effect on the area of the baon using multiple linear regression analysis. Determination of respondents were selected by purposive sampling while informants used snowball sampling. The results showed that there were four mechanisms of land acquisition in KHDTK Wanagama I in two generations of forest farmers, acquisition through registration, independent land clearing, inheritance and compensation schemes. The average area of baon in plots 17 and 18 is 0.18 ha with minimum area is < 0,01 ha and maximum area is 0,5 ha. Significant factors that explain the variation in the area of baon are the distance of the house, the number of ruminants, and the area of land owned and/or leased with a significant value <0.05 on the T test.

Kata Kunci : Baon, Sosial demografi, Petani hutan, Banaran, Gading;Baon, Socio-demographic, Forest farmers, Banaran, Gading

  1. S1-2021-414565-abstract.pdf  
  2. S1-2021-414565-bibliography.pdf  
  3. S1-2021-414565-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2021-414565-title.pdf