Laporkan Masalah

Pembaruan dan Validasi Panduan PRIMA sebagai Panduan Komunikasi Mahasiswa Farmasi dalam Melakukan Konseling

TYAS SETIA NUGRAHA, Prof. dr. Mora Claramita, MHPE., Ph. D, Sp. KKLP; Prof. Dr. Dra. Sri Suryawati, Apt

2021 | Tesis | MAGISTER ILMU PENDIDIKAN KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

Latar belakang: Komunikasi apoteker-pasien merupakan bagian penting dalam asuhan kefarmasian. Masyarakat dengan budaya sosio-hierarkis memiliki kecenderungan komunikasi yang tidak setara termasuk pada konteks pelayanan kefarmasian. Konsep patient-centered communication dengan pendekatan budaya dapat dilakukan untuk mencapai komunikasi yang setara antara apoteker dengan pasien. Tujuan: Untuk mengembangkan panduan komunikasi apoteker-pasien yang dapat digunakan oleh mahasiswa dalam pembelajaran komunikasi. Metode: Beberapa tahap dilakukan untuk mengembangkan panduan, termasuk scoping review, validasi oleh expert, dan validasi pengguna. Validasi expert telah dilakukan oleh dosen farmasi (n=4), praktisi farmasi Asia Tenggara (n=1), dan NGT telah dilakukan dengan organisasi profesi (n=12). Validasi pengguna telah dilakukan oleh mahasiswa farmasi (n=20) dan dilanjutkan dengan 3 kelompok focus group interview. Hasil: Hasil yang diperoleh adalah Panduan PRIMA (Proficient Rapport, Information-exchanges, Advocacy) yang telah divalidasi terdiri dari dua aspek yaitu sikap dan keterampilan komunikasi. Mahasiswa sebagai pengguna panduan berpendapat bahwa panduan ini memiliki cakupan yang luas, sederhana dan fleksibel, serta bisa diimplementasikan dalam simulasi dan pelayanan kefarmasian. Kesimpulan: Panduan PRIMA dapat digunakan dalam pembelajaran komunikasi mahasiswa farmasi. Penelitian lebih jauh perlu dilakukan untuk mengembangkan assessment framework dan panduan komunikasi yang spesifik.

Background: Pharmacist-patient communication is an essential part of pharmaceutical care. Community with socio-hierarchical cultures have an unequal communication tendency including in the context of pharmacy services. The concept of patient-centered communication with a cultural approach can be done to achieve partnership communication between pharmacists and patients. Objective: To develop pharmacist-patient communication guidelines that students can use in learning communication skills. Methods: Multiple steps are performed to develop guidelines, including scoping reviews, validation by experts, and user validation. Expert validation has been conducted by pharmacy teachers (n=4), a Southeast Asian pharmacy practitioner (n=1), and NGT has been completed with the members of Indonesian Pharmacists Association (n=12). User validation has been done by pharmacy students (n=20) and continued with three groups of focus group interview. Results: PRIMA Guide (Proficient Rapport, InforMation-exchanges, Advocacy) that has been developed consists of two aspects, namely attitude, and communication skills. Students as users of the guideline stated that this guide has a wide scope, simple and flexible, and can be implemented in simulation and pharmacy services. Students also expect more examples to be included in the guideline. Conclusion: PRIMA Guide can be used in learning the communication skills of pharmacy students. Further study needs to be done to develop assessment frameworks and specific communication guidelines.

Kata Kunci : patient-centered communication, guideline development, hierarchical culture, pharmacist-patient communication

  1. S2-2021-433600-abstract.pdf  
  2. S2-2021-433600-bibliography.pdf  
  3. S2-2021-433600-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2021-433600-title.pdf