Investigasi Kejadian Luar Biasa Coronavirus Disease 2019 pada Klaster Jamaah Tabligh di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2020
ROSITA DWI JAYANTI, dr. Riris Andono Ahmad, MPH., Ph.D
2021 | Tesis | MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKATLatar Belakang: Pada tanggal 1 Mei 2020, klaster Jamaah Tabligh (JT) di Kabupaten Gunungkidul dinyatakan menjadi salah satu klaster besar Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) di Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kronologi terbentuknya dan berkembangnya klaster, karakteristik epidemiologi dan faktor risiko. Metode: Penelitian ini menggunakan data sekunder yang tersedia di Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, yaitu data hasil investigasi kasus dan kontak erat pada klaster JT yang menggunakan rapid test antibodi dan reverse transcription-polymerase chain reaction (RT-PCR). Studi deskriptif dan desain kasus kontrol dilakukan dengan rasio 1:4 sejumlah 54 kasus dan 216 kontrol. Analisis bivariat dan multivariat dilakukan untuk menentukan faktor risiko. Hasil: Kasus indeks adalah seorang warga Kabupaten Gunungkidul yang memiliki riwayat menghadiri pertemuan JT di Jakarta yang kemudian menghasilkan 6 generasi penularan lokal sebanyak 53 kasus (41 rapid test antibodi reaktif, 12 RT-PCR positif), 1 kasus di antaranya meninggal dunia, teridentifikasi pada 4 April hingga 20 Mei 2020. Sebesar 50% kasus berumur 40-59 tahun, 53,70% laki-laki, dan 87,04% tidak bergejala. Model akhir pada analisis multivariat menunjukkan bahwa peluang untuk menemukan orang yang melakukan kontak multipel pada kelompok kasus 5,05 kali lebih besar daripada kelompok kontrol (OR: 5,05; CI 95%: 1,48-17,15), dan peluang untuk menemukan orang yang melakukan kontak kegiatan keagamaan pada kelompok kasus 2,19 kali lebih besar daripada kelompok kontrol (OR:2,19; 95% CI:1,08-4,47). Kesimpulan: KLB COVID-19 menjadi klaster JT karena kasus indeks yang mengikuti kegiatan JT di Jakarta membentuk rantai penularan lokal. Faktor risiko penularan yang dominan yaitu multipel kontak. Perlunya penyeragaman isian formulir pelacakan kontak, kelengkapan rapid test antibodi, pelibatan tokoh agama dalam pelacakan kontak, mewujudkan masjid yang mempromosikan kesehatan, dan memaksimalkan tim gugus COVID-19 level desa melalui perangkat Rukun Tetangga (RT) untuk mengontrol mobilitas warga.
Background: On May 1st 2020, the Tablighi Jamaat (JT) cluster in Gunungkidul Regency was declared to be one of the major Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) clusters in the Special Region of Yogyakarta. This study aimed to determine the chronology of the emergence and development of the cluster, its epidemiological characteristics, and the risk factors. Method: This study used secondary data available at the Gunungkidul District Health Office, namely the investigation results data of cases and close contacts in the JT cluster using antibody rapid test and reverse transcription-polymerase chain reaction (RT-PCR). Descriptive study and case control design were conducted with a ratio of 1:4, namely 54 cases and 216 controls. Bivariate and multivariate analyzes were performed to determine risk factors. Results: The index case was a resident of Gunungkidul Regency who had a history of attending a JT gathering in Jakarta which resulted in 6 generations of local transmission as many as 53 cases (41 reactive antibody rapid test, 12 positive RT-PCR), 1 mortality case, identified between April 4th and May 20th, 2020. 50% of cases were of 40-59 years old, 53.70% were male, and 87.04% were asymptomatic. The final model on multivariate analysis showed that the chance to find multiple contacts in the case group was 5.05 times greater than the control group (OR:5,05; 95% CI:1.48-17.15), and the chance to find contact of religious activity in the case group was 2.19 times greater than the control group (OR:2.19; 95% CI:1.08-4.47). Conclusion: The COVID-19 outbreak became a JT cluster because an index case who attended a JT gathering in Jakarta triggered a local transmission chain. The dominant risk factor was of multiple contacts. The need for uniformity in filling out contact tracing forms, complete antibody rapid tests, involving religious leaders in contact tracing, health promoting mosque, and maximizing the effectiveness of village-level COVID-19 task force through Rukun Tetangga (RT) in controling residents' mobility.
Kata Kunci : COVID-19, Kejadian Luar Biasa, Investigasi, Jamaah Tabligh