Laporkan Masalah

Rituals of Lebaran Ketupat and Pengucapan Syukur: Building Solidarity During The Covid-19 Pandemic

MAFTUKHA, Dr. Samsul Maarif; Dr. Evi Lina Sutrisno

2021 | Tesis | MAGISTER AGAMA DAN LINTAS BUDAYA

Pandemi Covid-19 memiliki banyak dampak terhadap kehidupan masyarakat. Mereka diwajibkan untuk melakukan social distancing. Pemerintah juga mendorong masyarakat untuk tetap berada di rumah termasuk ketika mereka melakukan ibadah keagamaan. Umat beragama tidak diperbolehkan untuk melaksanakan ibadah keagamaan di tempat-tempat ibadah ataupun merayakan hari raya keagamaan. Maka dari itu, kelompok-kelompok keagamaan memodifikasi beberapa praktik ritual keagamaan dan menyesuaikannya dengan pembatasan tersebut. Selama pandemi, struktur social berubah. Solidaritas yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat juga terancam. Dalam kondisi seperti ini, umat beragama memiliki tantangan untuk membangun solidaritas di masa pandemi. Tesis ini membahas tentang dua macam ritual: Lebaran Ketupat dan Pengucapan Syukur yang mana secara tradisional melibatkan dua kelompok keagamaan: Masyarakat Muslim dan Kristen, bagaimana mereka ditantang untuk menyesuaikan perayaan ke dua ritual tersebut di masa Pandemic agar bisa menciptakan solidaritas. Tesis ini didasarkan dari hasil wawancara mendalam dengan para pelaku ritual, baik masyarakat Muslim maupun Kristen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ke dua ritual tidak hanya menciptakan solidaritas antar agama, akan tetapi modifikasi ke dua ritual di masa Pandemic juga menjadi local resilience dalam menghadapi dampak akibat pandemi Covid-19. Masyarakat Muslim merayakan Lebaran Ketupat dengan membawa makanan ke Masjid dan makan bersama akan tetapi mereka juga menahan diri untuk mengunjungi keluarga mereka untuk mencegah penyebaran Covid-19. Sementara itu, masyarakat Kristen merayakan Pengucapan Syukur dengan menggunakan hasil panen mereka sebagai persembahan yang kemudian dibagikan kepada orang-orang yang membutuhkan dari latar belakang agama yang berbeda. Meskipun waktu perayaan Pengucapan Syukur telah selesai, mereka tetap membagikan hasil panen mereka. Kemampuan mereka untuk memodifikasi perayaan ke dua ritual memungkinkan masyarakat Muslim dan Kristen untuk menciptakan solidaritas mereka sebagai "torang samua basudara" (kita semua bersaudara), baik dalam ide maupun praktik.

The Covid-19 Pandemic has many impacts on people's lives. People are required to keep social distancing in any circumstances. The governments of the world strongly encouraged people to stay at home, including especially for religious observances. Religious followers were even prohibited from observing religions in houses of worship or celebrating religious holidays. In response, religious groups modified several practices of religious rituals and adjusted them to those restrictions. During the Pandemic, social structures were shaken, social solidarity was in need but surely challenged. Religious followers were challenged to building solidarity during the Pandemic. This thesis discusses two kinds of rituals: Lebaran Ketupat and Pengucapan Syukur which traditionally involved two religious groups: Muslims and Christians, how they were challenged and adjusted to the Pandemic in order to reproduce solidarity. This thesis was based on in-depth interviews with ritual practitioners of Muslims and Christians. Findings demonstrated that the two rituals had not only produced and reproduced interreligious solidarity, but their modifications during the Pandemic had also become a local resilient mechanism in dealing with situations affected by the Covid-19 Pandemic. Muslims celebrated Lebaran Ketupat by bringing food to the mosque and eating together but refrained from visiting their families to prevent the transmission of the Covid-19. Meanwhile, the Christians celebrated Pengucapan Syukur by using their harvests as offerings to people of different religious backgrounds in need. Even though the time of Pengucapan Syukur ended, they continued to distribute their harvests. Their abilities to modify the rituals enabled Muslims and Christians to reproduce their traditional solidarity of "torang samua basudara" (we all are brothers/sisters), both in ideas and practices.

Kata Kunci : ritual, solidarity, basudara, pandemic

  1. S2-2021-449887-abstract.pdf  
  2. S2-2021-449887-bibliography.pdf  
  3. S2-2021-449887-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2021-449887-title.pdf