Inklusif Konservatif: Kelompok Gereja Injili di Kota Bengkulu antara Ortodoksi dan Relasi

DODI KUSMAWANTO, Dr. Izak Y.M. Lattu

2021 | Tesis | MAGISTER AGAMA DAN LINTAS BUDAYA

Stigma fundamentalisme pada Kekristenan di Indonesia seringkali mengarah kepada kelompok Injili. Kelompok Injili sebagai kelompok konservatif dianggap terlalu ekslusif dan menutup diri terhadap realitas keberagaman agama yang ada. Klaim atas ekslusivitas ini bersumber dari paradigma teologi kelompok Injili yang terwujud pada perilaku sehari-hari dalam membangun interaksi sosial dan dialog dengan agama lain yang sangat terbatas. Paradigma teologi kelompok Injili menunjukkan empat karakteristik beragama mereka yaitu conversion, activism, crucicentrism, dan biblicsm. Empat karakteristik tersebut menekankan pada aspek pemikiran yang cenderung masih berkutat pada afiliasinya sendiri. Sehingga penekanan pada aspek sikap terhadap orang-orang di luar kelompok Injili masih cenderung ekslusif. Penelitian ini memilih kelompok gereja Injili di Kota Bengkulu yang memiliki karakter berbeda karena adanya pengaruh konteks sosial dan budaya setempat. Kelompok Injili di Kota Bengkulu menunjukkan sikap inklusif dengan realitas keragaman agama yang diwujudkan melalui interaksi sosial dengan agama-agama lain, meskipun dalam paradigma teologinya masih memegang teguh keotentikan identitas Injilinya yang cenderung eksklusif. Hal ini ditelusuri dari keterlibatan kelompok Injili di Kota Bengkulu dalam kegiatan dialog antar agama dalam ruang-ruang struktural, organisasional, kehidupan sehari-hari dan simbolik. Sehingga kegiatan tersebut menunjukkan bahwa kelompok Injili di Bengkulu memiliki sikap keberagamaan yang berbeda dari stigmatisasi ekslusif dan fundamental. Dengan demikian, interaksi sosial antar agama di Bengkulu berperan penting untuk mengubah sikap kebergamaan kelompok Injili menjadi inklusif. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk menemukan aspek-aspek yang mempengaruhi inklusivitas kelompok Injili di Kota Bengkulu. Hal ini bertujuan untuk menampilkan ekspresi keagamaan kelompok Injili yang inklusif sebagai wujud pluralisme kewargaan yang sesuai dengan konteks keberagaman di Indonesia. Sehingga inklusivitas kelompok Injili di Kota Bengkulu dapat menjadi satu model untuk terciptanya inklusivitas pada semua kelompok Injili di Indonesia dalam menerima keberagaman. Dari penelitian itu ditemukan bahwa cara beragama kelompok Injili di Kota Bengkulu dapat dikategorikan kedalam inklusif konservatif, yaitu tetap teguh pada keotentikan identitasnya dan bernegosiasi dengan konteks sosial budaya setempat.

The stigma of fundamentalism in Christianity in Indonesia often leads to evangelical groups. As a conservative group, the Evangelical group is considered too exclusive and closes itself to the reality of the existing religious diversity. This exclusivity claim stems from the theological paradigm of the Evangelical group, which is manifested in minimal social interaction and daily dialogue with other religions. The theological paradigm of evangelical groups shows four characteristics: conversion, activism, crucicentrism, and biblicalism. These four things are aspects of thinking that tend to still dwell on the group's provisions. So that the emphasis on the part of attitude towards people outside the Evangelical group is still exclusive, this study selects evangelical church groups in Bengkulu City that have different characters due to the local social and cultural context. The evangelical group in Bengkulu City shows an inclusive attitude towards the reality of religious diversity, which is manifested through social interaction with followers of other religions, although in the theological paradigm, they still adhere to an evangelical identity that tends to be exclusive. Evangelical groups in Bengkulu City are involved in interfaith dialogue activities in structural, organizational, everyday life and symbolic spaces. So this activity shows that the Evangelical group in Bengkulu City has a different religious attitude from the exclusive and closed stigmatization. Thus, social interaction among religious believers in Bengkulu City plays a vital role in shaping the attitude of the Gospel group to be inclusive. This study uses a qualitative method to find aspects that affect the inclusiveness of evangelical groups in Bengkulu City. It aims to present the religious expression of inclusive evangelical groups as a form of civic pluralism in the context of diversity in Indonesia. So the inclusiveness of the Evangelical group in Bengkulu City can be an offer and a model of inclusivity for Evangelical groups in Indonesia in accepting diversity. The study results found that evangelical groups in Bengkulu City remained firm in their authentic identity and negotiated with the local socio-cultural context that expressed an inclusive religious way.

Kata Kunci : Gerakan Injili, Gereja Injili, paradigma, sikap, tipologi tripolar, merangkak