Laporkan Masalah

KHITAN PEREMPUAN SUKU MADURA DITINJAU MENURUT KONSEP PEMBEBASAN PEREMPUAN ASGHAR ALI ENGINEER

NI'MATUL FARIDA, Dr. Septiana Dwiputri Maharani

2021 | Skripsi | S1 FILSAFAT

Khitan perempuan merupakan sebuah praktik atas dasar tradisi baik budaya maupun agama yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia khususnya Suku Madura. Dasar hukum pelaksanaan khitan perempuan di Madura menurut beberapa mazhab seperti syafi�¢ï¿½ï¿½i sama dengan dasar hukum khitan pada laki-laki yang mewajibkan baik laki-laki maupun perempuan harus dikhitan. Terdapat perbedaan dari pelaksanaan khitan, laki-laki dikhitan saat mereka sudah siap atau sudah bisa mengomunikasikan terkait khitan yang akan dilaksanakan sedangkan perempuan dikhitan saat bayi berumur 3-40 hari. Dari praktek khitan pada perempuan tersebut terdapat ketimpangan kebebasan pada pelaksanaan khitan perempuan, karena pada pelaksanaan khitan perempuan sepenuhnya dari kehendak orangtua. Hal tersebut karena budaya patriarkhi yang masih menganggap bahwa perempuan merupakan makhluk kelas dua yang tidak mempunyai otonomi kebebasan atas penentuan praktek khitan perempuan. Persoalan otonomi kebebasan khitan perempuan Suku Madura tersebut akan dikaji menggunakan konsep pembebasan perempuan Asghar Ali Engineer. Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepustakaan dengan metode refleksi filosofis tentang salah satu fenomena yang merupakan masalah kontroversial normatif (khitan perempuan). Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian kualitatif tidak menggunakan statistik, tetapi melalui pengumpulan data, analisis, kemudian diinterpretasikan. Unsur-unsur metodis dalam penelitian ini adalah deskriptif, interpretasi dan holistika. Hasil penelitian yang diperoleh adalah (1) Pelaksanaan khitan perempuan yang dilakukan pada saat bayi, jelas seorang bayi perempuan belum bisa membuat keputusan apakah akan dikhitan atau tidak. Keputusan pelaksanaan dari khitan perempuan di Suku Madura tersebut sepenuhnya berada di tangan orang tua, hingga pada jenis khitan seperti apa yang akan dipilih. Hal tersebut berarti seorang perempuan tidak mempunyai kebebasan untuk menentukan praktek khitan perempuan dengan mempertimbangkan konsekuensi logis dari pelaksanaan khitan perempuan tersebut. (2) Konsep pembebasan perempuan Asghar Ali Engineer adalah merujuk pada pemikirannya mengenai teologi Pembebasan. Teologi pembebasan merupakan sebuah teologi yang berusaha mengkonstruksi teologi yang berorientasi pada kehidupan manusia untuk menyetarakan kedudukannya. Dalam hal ini Engineer menyebutkan bahwa kesetaraan kedudukan yang merupakan implikasi dari nilai-nilai keadilan antara laki-laki dan perempuan tercermin pada hal: penerimaan martabat kedua jenis kelamin dalam ukuran yang setara, keduannya memiliki hak dan kebebasan yang setara dalam bidang sosial maupun politik, kebebasan yang sama untuk mengatur hak miliknya tanpa campur tangan yang lain, keduanya juga bebas untuk memilih profesi atau cara hidup, dan keduanya juga memiliki kesetaraan dalam tanggung jawab sebagaimana memiliki kesetaraan dalam kebebasan. Kata Kunci: Khitan Perempuan Suku Madura, Konsep Pembebasan Perempuan Engineer, Otonomi Kebebasan.

Female circumcision is a practice based on both cultural and religious traditions practiced by most people in Indonesia, especially the Madurese Tribe. The legal basis for the implementation of female circumcision in Madura is the same as the legal basis for male circumcision, which requires that both men and women be circumcised. There is a difference from the implementation of circumcision, men are circumcised when they are ready or able to communicate about the circumcision that will be carried out while women are circumcised when the baby is 3-40 days old. From the practice of female circumcision, there is an imbalance of freedom in the implementation of female circumcision, because the implementation of female circumcision is entirely from the wishes of the parents. This is because the patriarchal culture still considers that women are second class beings who do not have the autonomy of freedom over determining the practice of female circumcision. The issue of autonomy for the freedom of female circumcision from the Madurese Tribe is suitable to be studied using the concept of female liberation by Asghar Ali Engineer. The research model used in this study is a literature method of philosophical reflection on one of the phenomena which is a controversial normative issue (female circumcision). The method used in this research is a qualitative method. Qualitative research does not use statistics, but through data collection, analysis, and interpretation. The methodical elements in this research are descriptive, interpretation and holistic. The results obtained are (1) When female circumcision is carried out as an infant, it is clear that a baby girl has not been able to make a decision whether to be circumcised or not. The decision on the implementation of female circumcision in the Madurese Tribe is entirely in the hands of the parents, so that the type of circumcision will be chosen. This means that a woman does not have the freedom to determine the practice of female circumcision by considering the logical consequences of the implementation of female circumcision. (2) Asghar Ali Engineer's concept of female liberation refers to his thoughts on Liberation theology. Liberation theology is a theology that seeks to construct a theology that is oriented towards human life to equalize its position. In this case the Engineer states that equality of position which is an implication of the values of justice between men and women is reflected in two things: the acceptance of the dignity of both sexes in an equal measure, both have equal rights and freedoms in the social and political fields, the same freedom to regulate their property without interference from others, both are also free to choose a profession or way of life, and both also have equal responsibilities as well as have equal freedom. Keywords: Madurese Female Circumcision, Concept of Engineer Woman Liberation, Freedom Autonomy.

Kata Kunci : Khitan Perempuan Suku Madura, Konsep Pembebasan Perempuan Engineer, Otonomi Kebebasan.

  1. S1-2013-320333-tableofcontent.pdf  
  2. S1-2021-397392-abstract.pdf  
  3. S1-2021-397392-bibliography.pdf  
  4. S1-2021-397392-title.pdf