Laporkan Masalah

Absurditas manusia dalam perspektif pemikiran Albert Camus :: Evaluasi kritis atas pandangan antropologi filosofis

AKHKAM, Saepul, Prof.Dr. Koento Wibisono S

2002 | Tesis | S2 Ilmu Filsafat

Peradaban manusia pada pertengahan abad ke-20 telah banyak menghadirkan berbagai peristiwa yang menjatuhkan martabat manusia pada titik yang paling mengkhawatirkan, yaitu dua Perang Dunia yang berujung pada kekerasan dan holocaust. Peristiwa-peristiwa itu memaksa manusia untuk meinpertanyakan kembali apakah ia masih memiliki martabat dan apakah kehidupannya masih mempunyai makna. Di antara berbagai bentuk refleksi filosufis, barangkali eksistensialisme-lah yang berada di garis pemikiran paling depan. Albert Camus merupakan srlah seorang eksistensialis yang menyebutkan tentang kehidupan yang telsh kehilangan nilai dan maknanya. Kehidupan manusia itu absurd; sulit dipahami dan irrasional. Penelitian ini berupaya mengeksplorasi konsep absurditas dalam rangka menemukan suatu pandangan hidup yang khas dan jawaban mengenai bagaimana seharusnya menjadi manusiit. Untuk kepentingan itu, penelitian ini menggunakan metode hermeneutika J;ZosoJ;s dengan pendebtan historis yang memanfaatkan unw-unsur metodik seperti: cleskripsi, interpretasi, hermeneutik, idealisasi, dan sintesis. Absurditas manusia mempunyai dua bentuk; absurditas manusia dan dunia, serta absurditas manusia yang ada karena kematian. Bentuk pertama muncul karena rasio manusia yang terbatas dan terbelenggu oleh kehendak untuk menemukan dunia objektif yang jelas dan pasti. Bentuk kedua adalah kebebasan kehendak berhadapan dengan kematian yang membuatnya tidak mungkm mampu melestarikan kehidupan. Tuntutan itu meluas kepada tuntutan terhadap nilai montl yang dihubungkan dengan keyakinan akan eksistensi Tuhan. Absurditas tersebut telah dijawab oleh filsafat sebeiumnya dengan dua cara yang justru berakhir dan inengabsahkan kondisi absuid. Para filsuf mengambil jalan bunuh diri dan “melompat” dalam upayanya nienjawab tantangan absurditas. Camus tidak pernah menyetujui dua jawaban di atas, namun menawarkan sua tu j alan alternatic yaitu menerima sekaligus menolak absurditas. Jawaban tersebut disebutnya sebagai pemberontakan yang berangkat dari suatu penalaran absurd.

Human civilization in the middle of the twentieth century has presented some events which threw the humanity into the most alarming condition; i.e. two World Wars which caused violence and holocaust. Such conditions have forced human beings to question whether they are human and whether their life is stiIl meaningful. Among many philosophical reflections, existentialism might be the prime of the line of thought. Albert Camus is one existentialists who mentions the valued and meaning amongst loss of life. Human life is absurd, difficult to understand and irrational. This research wants to explore the concept of absurdity in order to find the specific world view and the answer of how should be human beings. The research aplies philosophical hermeneutics as it approach by applying historical approach which takes part of the methods such as description, 1 interpretation, hermeneutic, idealization, and synthetic. The human absurdity has two forms; human and world absurdity, and the existing human absurdity because of the death. The first form emerges because of the finite and repressed reason by the will to seek the objective world which is clear and absolute. The second form, the free will faces the death which causes inability to survive. The will expands to moral value which is related to the faith of God’s existence. The absurdity was answered by the former philosophy in two ways which just and justifir the absurd condition. Some philosophers have taken “suicide” and “going beyond” to answer the threat of the absurdity. Camus has never agreed the two solutions above, but he gives an alternative solution; i.e. both receiving and rejecting the absurdity. The answer is called by him as the rebellion of the absurd reasoning.

Kata Kunci : Absurditas, kematian, “bunuh diri”, “lompatan”, penalaran absurd, pemberontakan, nilai, Absurdity, death, “suicide”, “going beyond”, absurd reasoning, rebellion, value


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.