Laporkan Masalah

HERMENEUTIKA TAUHID AMINA WADUD TENTANG KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM FIQIH

IBRAHIM ABDUL HALIM, Dr. Hastanti Widy Nugroho; Dr. Rr. Siti Murtiningsih

2021 | Skripsi | S1 FILSAFAT

Penelitian "Hermeneutika Tauhid Amina Wadud tentang Kedudukan Perempuan dalam Fiqih" merupakan penelitian yang berisi tentang penyelidikan keadilan, gender, penafsiran dalam fiqih. Fiqih merupakan ilmu tentang hukum-hukum syariat yang bersifat amaliyah, yang diambil dari dalil-dalilnya yang terperinci yang berasal dari ijtihad ulama sebagai acuan hukum umat Islam. Penafsiran hukum agama yang bercorak maskulin kerap menimbulkan kerugian pada pihak perempuan. Mufasir yang didomimasi oleh kaum laki-laki menjadikan hasil tafsir yang bias gender dengan struktur kekuasaan budaya patriarki. Penelitian ini berusaha melacak bagaimana hukum fiqih dirumuskan serta kritik Amina Wadud terhadap penafsiran bias gender. Tujuan penelitian ini adalah: 1) menjelaskan tentang kedudukan perempuan dalam fiqih; 2) mendeskripsikan pokok pemikiran Amina Wadud terkait feminisme Islam; 3) menjelaskan fiqih perempuan dalam Islam dengan perspektif feminisme Amina Wadud sebagai kritik atas penafsiran yang bias gender. Penelitian ini merupakan penelitian berjenis kualitatif dengan model penelitian sistematis-reflektif yang berfokus pada pokok sentral dan dasariah kehidupan manusia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode hermeneutik filosofis dengan unsur metodis sebagai berikut: 1) deskripsi; 2) interpretasi; 3) holistik; dan 4) induksi. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah: Pertama, kedudukan perempuan dalam rumah tangga menurut fiqih: 1) suami sebagai pemimpin rumah tangga dan istri harus menaati perintah suami; 2) suami berhak memukul istri jika istri menunjukkan sikap tidak patuh terhadap suami; 3) hak istri dalam memberikan suara terkait perilaku poligami yang dilakukan suami tidak banyak. Kedua, penjelasan pemikiran feminisme Amina Wadud bahwa terdapat penafsiran bias gender oleh para mufasir yang didominasi oleh kaum laki-laki sehingga produk tafsir tak jarang merugikan pihak perempuan. Ketiga, penjelasan kritik terhadap produk penafsiran menggunakan rumusan pemikiran Amina Wadud menghasilkan tesis bahwa kultur yang terbangun atas tradisi patriarki ditambah justifikasi menggunakan penafsiran ayat yang bias gender membuat posisi perempuan sering dirugikan dapat diselesaikan dengan terus menerus menafsirkan ulang ayat dengan semangat keadilan dan konteks zaman melalui hermeneutika tauhid.

Research "Hermeneutika Tauhid Amina Wadud tentang Kedudukan Perempuan dalam Fiqih" is a study that contains an investigation of justice, gender, interpretation in fiqh. Fiqh is the knowledge of sharia laws that are amaliyah in nature, which are taken from detailed arguments derived from ijtihad ulama as a legal reference for Muslims. Masculine interpretations of religious law often cause harm, especially to women. Mufasir who are dominated by men make the result of a gender-biased interpretation of the power structure of a patriarchal culture. This research tries to trace how the law, especially fiqh, is formulated as well as Amina Wadud's criticism of the interpretation of gender bias. The objectives of this study are: 1) describe the position of women in fiqh; 2) describe Amina Wadud's main thoughts regarding Islamic feminism; 3) explain women's fiqh with the perspective of Amina Wadud's feminism as a criticism of gender-biased interpretations. This research is a qualitative type of research with a systematic-reflective research model that focuses on the central and basic principles of human life. The research method used is the philosophical hermeneutic method with the following methodical elements: 1) description; 2) interpretation; 3) holistic; and 4) induction. The results obtained from this study are: First, the position of women in the household according to fiqh: 1) the husband as the leader of the household and the wife must obey the husband's orders; 2) the husband has the right to beat his wife if the wife shows disobedience to her husband; 3) the rights of wives to vote related to polygamous behavior by their husbands are not many. Second, the explanation of Amina Wadud's feminist thinking is that there is a gender bias interpretation by the interpreters who is dominated by men so that the product of the interpretation often harms women. Third, the critical explanation of the product of interpretation using Amina Wadud's formulation of thought produces a thesis that the culture that is built on a patriarchal tradition plus justification using gender-biased interpretation of verses makes the position of women often disadvantaged can be resolved by continuously reinterpreting verses in the spirit of justice and the context of the times through hermeneutics. monotheism.

Kata Kunci : fiqih, gender, hermeneutika tauhid, feminisme Islam

  1. S1-2021-397371-abstract.pdf  
  2. S1-2021-397371-bibliography.pdf  
  3. S1-2021-397371-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2021-397371-title.pdf