Wacana 'Gamophobia' di Media Sosial Twitter (Analisis Wacana Kritis Gamophobia Melalui Narasi Influencer)

NURRI HADATUL AISY, Arie Setyaningrum, Dr. Phil., S.Sos., M.A.; Fina Itriyati, M.A. Ph.D; Sidiq Hari Madya, S.Sos., M.Sc.

2021 | Skripsi | S1 SOSIOLOGI

Secara ideal, pernikahan menjadi suatu norma umum yang terutama disepakati oleh mayoritas masyarakat dengan norma heteroseksual (heteronormativitas). Hal semacam itu menjadi semacam beban yang secara khusus dilekatkan pada perempuan. Penelitian ini ditujukan untuk menelisik narasi tentang ambiguitas menyikapi wacana pernikahan melalui media sosial Twitter khususnya mengenai "gamophobia" atau ekspresi ketakutan berlebihan terhadap pernikahan. Penelitian ini dilakukan dengan metode pengklasifikasian narasi mengenai gamophobia oleh para pemengaruh (influencer) di Twitter. Deskripsi yang menjelaskan fenomena ini dilakukan dengan analisis wacana yang dikerangkai melalui teori globalisasi, feminisme dan post feminisme. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wacana gamophobia diminati oleh para pengguna Twitter yang mengalami ambiguitas dalam menyikapi realitas mengenai bentuk-bentuk ketidakadilan dalam relasi gender melalui pernikahan terutama bagi kaum perempuan. Ketidakadilan itu dinarasikan oleh para influencer seperti perselingkuhan, kekerasan dalam rumah tangga, perceraian dan dampak buruknya bagi individu secara sosial maupun secara mental psikologis.

Ideally, marriage becomes a general norm that is mainly agreed upon by the majority of society with heterosexual norms (heteronormativity). This kind of thing becomes a kind of burden that is especially attached to women. This study aims to examine the narrative about ambiguity in addressing the discourse of marriage through social media Twitter, especially regarding "gamophobia" or the expression of excessive fear of marriage. This research was conducted using the method of classifying narratives about gamophobia by influencers on Twitter. The description that explains this phenomenon is carried out with discourse analysis which is framed through the theories of globalization, feminism and post-feminism. The results show that the discourse of gamophobia is in demand by Twitter users who experience ambiguity in responding to the reality of forms of injustice in gender relations through marriage, especially for women. Injustice is narrated by influencers such as infidelity, domestic violence, divorce and its negative impact on individuals socially and mentally psychologically.

Kata Kunci : Gamophobia, ambiguitas heteroseksualitas, Twitter, wacana pemengaruh, ketidakadilan dalam relasi gender, pernikahan dan dampaknya, Gamophobia, heterosexual ambiguity, Twitter, discourse of influencers, injustice in gender relations, marriage and its effec