Laporkan Masalah

KAJIAN FAKTOR PARITAS DAN UMUR TERHADAP ESTRUS POST PARTUM (EPP) SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAERAH PEGUNUNGAN DI KULON PROGO

AVIDHATUL NURROHMAH, drh. Agung Budiyanto, M.P., Ph.D

2021 | Skripsi | S1 KEDOKTERAN HEWAN

Sapi Peranakan Ongole (PO) memiliki kemampuan adaptasi tinggi terhadap kondisi lingkungan yang berbeda, tenaga kuat, serta aktivitas reproduksi yang baik. Kebutuhan daging sapi di Indonesia belum sepenuhnya tercukupi karena masih kurangnya jumlah sapi potong lokal sebagai penghasil daging. Pegunungan memiliki sumber bahan pakan yang melimpah, namun belum dimanfaatkan secara maksimal oleh peternak dalam usaha budidaya sapi potong. Kejadian lamanya waktu tidak menunjukkan Estrus post-partum (EPP) merupakan permasalahan yang terjadi di kalangan peternak, sehingga menyebabkan terhambatnya efisiensi reproduksi sapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor umur dan paritas terhadap EPP pada sapi PO yang dipelihara di daerah pegunungan tepatnya di Kulon Progo. Data primer diambil dengan metode survei dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Pengambilan data primer dilakukan dengan mewawancarai peternak meliputi nama pemilik, alamat, umur sapi, EPP, dan paritas. Sampel penelitian menggunakan 40 ekor induk sapi yang memiliki BCS 2 sampai 5, pemberian pakan hijauan dan dipelihara secara tradisional. Data dianalisa menggunakan One-Way ANOVA untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh umur dan paritas terhadap EPP. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor umur dan paritas yang digunakan sebagai variabel terdapat adanya pengaruh terhadap EPP secara signifikan (P<0,05). Sapi dengan umur 3 – 4 tahun dan paritas 1 – 2 merupakan sapi yang ideal untuk digunakan dalam usaha budidaya sapi potong di daerah pegunungan, dikarenakan lebih cepat menunjukkan gejala EPP.

Ongole Crossbreed (PO) cattle have high adaptability to different environmental conditions, strong energy and good reproductive activity. The need for beef in Indonesia has not been fully met as there is still a shortage of local beef cattle as meat producers. The mountains have abundant fodder, but have not been optimally used by farmers in raising beef cattle. The occurrence of duration doesn’t indicate that post-partum estrus is a problem that occurs in breeders, causing inhibition of reproductive efficiency in cows. This study aims to determine the age and parity factors of postpartum estrus in PO cattle in mountainous areas, specifically in Kulon Progo. Primary data was collected by a population survey method and using a questionnaire as a data collection tool. Primary data was collected by interviewing farmers, including farmers name, address, age of cattle, post-partum estrus, and parity. The research sample used 40 cows with BCS from 2 to 5, forage and reared traditionally. Data were analyzed using one-way Anova to determine if there was an effect of age and parity on post-partum estrus. The result of this study indicate that the age and parity factors used as variables have a significant effect on postpartum estrus (P<0,05). Cows that are 3-4 years old and parity 1-2 are ideal cows for raising beef cattle in mountainous areas because they show of post-partum estrus more quickly

Kata Kunci : estrus post partum, umur, paritas

  1. S1-2021-409245-abstract.pdf  
  2. S1-2021-409245-bibliography.pdf  
  3. S1-2021-409245-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2021-409245-title.pdf