DARI ISTANA KE RAKYAT: SENI PERTUNJUKAN LANGEN MANDRA WANARA DI YOGYAKARTA, 1918-1961
NURENDRO DANI P, Drs. Machmoed Effendie, M. Hum.
2021 | Skripsi | S1 SEJARAHPenelitian bertujuan untuk mengetahui sejarah drama tari Langen Mandra Wanara di Yogyakarta tahun 1918-1961. Permasalahan dari tema penelitian ini mengulas patronase drama tari Langen Mandra Wanara yang dilakukan oleh Adipati Danurejo VII selama menjadi Patih Yogyakarta sekaligus pengaruhnya terhadap perkembangan tari di luar istana seperti munculnya grup tari di kampung-kampung di Yogyakarta. Persebaran drama tari tersebut kemudian mulai berlanjut di Sleman dan Bantul sehingga semakin meluas. Langen Mandra Wanara merupakan salah satu Tari Klasik Gaya Yogyakarta yang memiliki sejarah yang panjang dan keunikan sendiri sehingga perlu diteliti lebih lanjut. Drama tari ini salah dramatari yang memiliki corak kerakyatan dan keistanaan berkat ide dari Adipati Danurejo VII pada tahun 1896. Sejarah Langen Mandra Wanara menarik untuk dikaji drama tari ini karena mampu menciptakan grupgrup tari di kampung-kampung yang ada di Yogyakarta serta desa-desa di Bantul dan Sleman. Adipati Danurejo VII menjadi patron utama Langen Mandra Wanara melalui Kepatihan Danurejan sebagai lembaga tari. Pelembagaan tari ini dipengaruhi oleh didirikannya Kridha Beksa Wirama pada tahun 1918. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah menggunakan sumber-sumber primer dan sekunder. Sumber-sumber primer yang banyak digunakan dalam penelitian ini adalah koran-koran sezaman yang mendokumentasikan peristiwa-peristiwa yang terkait dalam penelitian ini. Sementara sumber-sumber sekunder banyak didapat dari buku, jurnal, artikel ilmiah, dan internet yang juga membahas tema tersebut. Tambahan sumber lainnya dapat dicari melalui wawancara dengan narasumber yang mengetahui tema penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kridha Beksa Wirama memberi pengaruh besar kepada Langen Mandra Wanara dalam sistem pelembagaan tari. Drama tari ini dipusatkan pada Kepatihan Danurejan sehingga Adipati Danurejo memegang penuh kendali semua produksi pertunjukan. Ia kemudian menjadi patron utama bagi lembaga tari informal grup-grup tari di kampung-kampung Yogyakarta seperti Kampung Notoyudan, Kampung Kumendaman, Kampung Sosrowijayan, Kampung Condronegaran, dan Kampung Tegalgendu. Ketika Patih dihilangkan, Langen Mandra Wanara mulai jarang dipentaskan karena tidak ada patron utama yang mengurus drama tari tersebut. Oleh sebab itu, Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan melakukan restorasi Langen Mandra Wanara dengan mengubah hal-hal dasar pada bagian proses pertunjukan. xxii Kata Kunci : Drama tari Jawa, Langen Mandra Wanara, Yogyakarta
ABSTRACT This study aims to determine the history of the dance drama Langen Mandra Wanara in Yogyakarta 1918-1961. The problem of the theme of this research is to examine the patronage of thedance drama Langen Mandra Wanara performed by Adipati Danurejo VII during his tenure as Patih Yogyakarta as well as its influence on the development of dance outside the palace such as the emergence of dance groups in villages in Yogyakarta. The spread of the dance drama then began to continue in Sleman and Bantul so that it became more widespread. Langen Mandra Wanara is one of the classic Yogyakarta-style dances that has a long history and is unique in itself so that it needs further investigation. This dance drama is one of the dramas that has a populist and religious style thanks to the idea of Adipati Danurejo VII in 1896. The history of Langen Mandra Wanara is interesting to study this dance drama because it is able to create dance groups in villages in Yogyakarta and villages. in Bantul and Sleman. Adipati Danurejo VII became the main patron of Langen Mandra Wanara through Kepatihan Danurejan as a dance institution. The institutionalization of this dance was influenced by the establishment of Kridha Beksa Wirama in 1918. The method used in this research is historical research methods using primary and secondary sources. Primary sources that are widely used in this research are contemporary newspapers which document the events related to this research. Meanwhile, many secondary sources are obtained from books, journals, scientific articles, and the internet which also discuss this theme. Additional other sources can be sought through interviews with sources who know the theme of this research. The results of this study indicate that Kridha Beksa Wirama has a major influence on Langen Mandra Wanara in the dance institutional system. This dance drama is centered on Kepatihan Danurejan so that Adipati Danurejo is in full control of all the production of the show. He then became the main patron for informal dance groups for dance groups in Yogyakarta villages such as Notoyudan Village, Kumendaman Village, Sosrowijayan Village, Condronegaran Village, and Tegalgendu Village. When Patih was eliminated, Langen Mandra Wanara began to rarely perform because there was no main patron to take care of the dance drama. Therefore, the Minister of Basic Education and Culture carried out the restoration of Langen Mandra Wanara by changing basic things in the part of the performance process. Keywords: Javanese dance drama, Langen Mandra Wanara, Yogyakarta
Kata Kunci : Drama tari Jawa, Langen Mandra Wanara, Yogyakarta