Laporkan Masalah

Seksisme Sejak Dini: Analisis Wacana Kritis Terhadap Bias Gender dalam Lirik Lagu Anak Indonesia

ILMA KINASIH, Dr. Dian Arymami, SIP. M.Hum.

2021 | Skripsi | S1 ILMU KOMUNIKASI

Lagu merupakan salah satu media komunikasi massa yang paling efektif. Dengan kebutuhan konstan manusia akan lagu dan musik, lagu dengan liriknya yang membawa pesan kemudian menjadi elemen penting dalam kehidupan manusia. Salah satu kegunaan lagu sendiri adalah untuk menghibur dan mengedukasi anak-anak, serta mengajarkan kepada mereka perihal dunia yang baru mereka kenali. Sayangnya, tidak semua lagu anak-anak di Indonesia memiliki pesan yang edukatif, bahkan beberapa ada yang secara tidak langsung berdampak pada sifat buruk anak-anak. Salah satunya, yaitu seksisme yang telah lama berakar di masyarakat Indonesia. Dengan menggunakan metode analisis wacana kritis milik Sara Mills yang menggunakan pendekatan feminisme dan berfokus pada representasi perempuan dalam teks, peneliti menganalisis seperti apa dan bagaimana bias gender terbentuk dalam dua lagu anak-anak Indonesia, yaitu Ambilkan Bulan, Bu oleh A.T. Mahmud dan Naik Delman oleh Ibu Soed. Dengan menggunakan teori Genderlect Styles oleh Deborah Tannen yang berargumen bahwa bahasa yang digunakan dalam percakapan oleh perempuan dan laki-laki itu berbeda karena adanya perbedaan kebudayaan, peneliti menemukan adanya konstruksi bias gender yang cukup kuat dalam kedua objek lagu, yang keduanya didasari oleh budaya patriarki yang langgeng dan laten berada di masyarakat Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua lagu yang terpolarisasi pada kedua peran gender mengandung bias gender yang cukup kuat.

A song is one of the most effective mass communication media. With the constant human need for songs and music, songs with lyrics that convey messages have become an important element in human life. One of the uses of the song itself is to entertain and educate children, as well as to teach them about the world that they have just come to know. Unfortunately, not all children's songs in Indonesia contain educational messages, some even have an indirect impact upon children's bad behavior and personality. One of them is sexism, which has long been rooted in the Indonesian society. By using Sara Mills' critical discourse analysis method which uses a feminist approach and focuses on the representation of women in text, the researcher analyses what kind of and how gender bias is formed in two Indonesian children's songs, namely Ambilkan Bulan, Bu by A.T. Mahmud and Naik Delman by Ibu Soed. By using the Genderlect Styles theory by Deborah Tannen who argues that the language used in conversation by women and men are different due to cultural differences, the researcher found a fairly strong gender bias construction in the two objects, which is based on a lasting and latent patriarchal culture in Indonesian society. The results showed that the two songs were polarized on both gender roles which contained quite strong gender bias.

Kata Kunci : Analisis wacana kritis, media massa, lagu anak, bias gender, konstruksi gender/Critical discourse analysis, mass media, children�¢ï¿½&Ati