SUARA DI BALIK PENGALAMAN SUNAT PEREMPUAN (Studi Fenomenologi tentang Pengalaman Perempuan di Kelurahan Tembilahan Hilir, Kecamatan Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau)
KHAIRUNNISA DILTHA, Milda Longgeita Br.Pinem, S.Sos., M.A., Ph.D.
2021 | Skripsi | S1 PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAANPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman para perempuan yang mengalami sunat perempuan di Kelurahan Tembilahan Hilir, Kecamatan Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau. Sunat perempuan atau dikenal sebagai mutilasi alat kelamin perempuan, dengan istilah internasional Female Genital Mutilation (FGM), merupakan pemotongan atau penghilangan sebagian atau seluruh bagian pada bagian luar kelamin perempuan tanpa alasan medis. Praktik ini dilarang karena telah melanggar HAM dengan alasan merusak dan membahayakan organ reproduksi dan psikologi perempuan. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa praktik ini masih langgeng dijalankan oleh masyarakat. Penelitian ini berusaha mengungkap hal-hal yang sebelumnya tersimpan di dalam pengalaman perempuan terhadap praktik sunat perempuan di Kelurahan Tembilahan Hilir, Kecamatan Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau. Untuk menjawab permasalahan itu, peneliti menggunakan feminist standpoint sebagai landasan berpikir untuk mengungkap pengalaman para perempuan yang mengalami sunat perempuan. Berangkat dari teori feminist standpoint yang dikolaborasikan dengan metode feminis fenomenologi, penelitian ini berupaya untuk mengangkat perspektif dan suara informan ke dalam karya ilmiah. Pendekatan penelitian adalah fenomenologi dengan informan sebanyak 5 orang dan menggunakan sumber data primer dan sekunder. Temuan penelitian ini yaitu menemukan 5 tema terkait pengalaman sunat perempuan, yaitu pertama, pengalaman kebertubuhan (Bodily Experiences) yang membahas tentang pemaknaan tubuh dan pengalaman kebertubuhan informan melalui praktik sunat perempuan. Kedua, pengaruh ibu yang membahas terkait relasi antara ibu dan anak perempuannya. Ketiga, seksualitas yang membahas pengalaman seksualitas perempuan setelah mengalami sunat perempuan. Keempat, menjadi perempuan seutuhnya yang membahas tentang praktik sunat perempuan sebagai penguatan identitas normatif gender dan seksualitas. Kelima, hak dan kewajiban yang membahas tentang hak perempuan dilihat dari praktik sunat perempuan yang dianggap sebagai suatu kewajiban. Kesimpulan dari penelitian adalah memunculkan kesadaran perempuan melalui pengalaman mereka yang berdasarkan pada 5 tema yang dibahas.
This research aims to look at the experiences of women who undergo female genital mutilation in Tembilahan Hilir Village, Tembilahan District, Indragiri Hilir Regency, Riau Province. Sunat Perempuan, with the international term Female Genital Mutilation (FGM), is the cutting or removal of part or all of the outer part of the female genitalia, without any medical necessity nor reasons. This practice is largely prohibited because it violates human rights on the grounds that it is damaging and has the potential to harm women's organs and psychology. However, it cannot be denied that this practice is still being conducted by certain communities in society. This research seeks to reveal things that were previously stored inside women's experiences of FGM in Tembilahan Hilir Village. To answer this problem, the researcher utilize a feminist perspective as a basis of thinking, in order to reveal the experiences of women who experience FGM. Departing from a feminist point of view, while also collaborating with the feminist phenomenology method, this research seeks to elaborate the perspectives and voices of informants into scientific work. This research approach is phenomenology with 5 informants, while utilizing both primary and secondary data sources. The findings of this research are to find 5 themes related to the experience of FGM. First, the experience of the body (bodily experience), which discusses the bodily meaning and the bodily experience obtained through informations from the practice of FGM. Second, maternal influence, which discusses the relationship between mothers and daughters. Third, sexuality, which discusses the experience of female sexuality after experiencing FGM. Fourth, becoming a whole woman, which discuss the practice of female circumcision as means of strengthening gender normative identity and sexuality. Fifth, the rights and obligations of women, seen from the practice of FGM which was assumed to be an obligation. The conclusion of this research includes raising awareness of women through their experiences based on the 5 themes discussed.
Kata Kunci : feminis fenomenologi, FGM, tubuh, pengaruh ibu, seksualitas