Laporkan Masalah

Narasi Komunikasi Warga dan Pemerintah tentang Siaga Bencana di "Desa Tangguh Bencana"

MEITA CANDRA SEKAR S, Prof. Nunung Prajarto, M.A., Ph.D.

2020 | Tesis | MAGISTER ILMU KOMUNIKASI

Penelitian berjudul Narasi Komunikasi Warga dan Pemerintah tentang Siaga Bencana di Desa Tangguh Bencana ini mengeksplorasi narasi komunikasi yang dibangun oleh warga di Desa Tangguh Bencana tentang siaga bencana khususnya gempa dan tsunami. Desa Tangguh Bencana adalah desa yang dideklarasikan rawan terhadap bencana. Desa Tangguh Bencana merupakan program yang diinisiasi oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk mempersiapkan masyarakat yang Tangguh terhadap bencana. Penelitian ini mengeksplorasi narasi komunikasi pemerintah dalam hal ini BPBD tentang siaga bencana. Peneliti menggunakan teori komunikasi dari Niklas Luhmann yang mengatakan bahwa komunikasi adalah seleksi dari informasi (information), ungkapan (utterance), dan pemahaman (understanding). Objek penelitian ini adalah warga Desa Poncosari, Kepala Bidang Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Bantul, dan Kepala Desa Poncosari. Desa Poncosari dipilih karena desa tersebut merupakan desa tangguh bencana level utama dan desa percontohan tangguh bencana gempa dan tsunami di Kabupaten Bantul. Metode penelitian menggunakan Forum Group Discussion (FGD) yang pengumpulan datanya menggunakan FGD, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini akan mendeskripsikan tentang narasi komunikasi warga dan pemerintah tentang siaga bencana. Hasilnya warga Desa Poncosari dan Pemerintah Kabupaten Bantul memiliki narasi yang sama tentang siaga bencana baik ketika pra bencana, saat bencana, dan pasca bencana. Namun warga desa memiliki kearifan lokal tersendiri dalam siaga bencana yaitu menggunakan tradisi adat merti dusun.

The research entitled Narrative Communication between Citizens and the Government regarding Disaster Preparedness in Disaster Resilient Village explored communication narratives developed by residents in Tangguh Bencana Village regarding earthquake disasters. Disaster Resilient Village is a village declared to be prone to disasters. Disaster Resilient Village is a program initiated by the National Disaster Management Agency (BNPB) to prepare disaster-resilient communities. This research explored the narrative of government communication, in this case the BPBD about disasters. Researchers use the communication theory from Niklas Luhmann which states that communication is a selection of information (information), utterance (speech), and understanding (understanding). The object of this research is the residents of Poncosari Village, the Head of the Preparedness Division of the BPBD Bantul Regency, and the Head of the Poncosari Village. Poncosari Village was chosen because it is a disaster resilient village at the main level and a pilot village for the earthquake and tsunami disaster in Bantul Regency. The research method uses the Forum Group Discussion (FGD) which follows the data using FGD, interviews, observation, and documentation. The results of this study will describe the narrative of community and government communication about disasters. The results of the residents of Poncosari Village and the Bantul Regency Government have the same narrative about disasters during disasters, during disasters, and disasters. However, villagers have the local wisdom of the population in a disaster, namely merti dusun.

Kata Kunci : narasi komunikasi, siaga bencana, desa tangguh bencana

  1. S2-2020-434288-abstract.pdf  
  2. S2-2020-434288-bibliography.pdf  
  3. S2-2020-434288-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2020-434288-title.pdf