Laporkan Masalah

Evaluasi penanganan diare pada balita: analisis data SDKI tahun 2017

RIWAYATI MALIKA, Prof.dr.Siswanto Agus Wilopo, SU, M.Sc, ScD ; Dr.dr. Prima Ratrikaningtyas,M.Biotech

2021 | Tesis | MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Latar Belakang: Indonesia masih sering mengalami wabah diare. Data survei di Indonesia menyebutkan bahwa kejadian diare meningkat dari 11% pada tahun 2012 menjadi 14% pada tahun 2017. Kasus kematian diare paling banyak terjadi pada anak usia 6-23 bulan dan prevalensi diare pada balita pada tahun 2018 sebesar 11,0%, hal ini lebih banyak dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 2,4%. Kementerian Kesehatan telah melakukan upaya penanggulangan diare dengan pengobatan standar WHO untuk balita yaitu pemberian oralit, zinc selama 10 hari, pemberian ASI dan makanan sesuai usia, antibiotik selektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penanganan diare yang telah dilakukan di Indonesia. METODE: Penelitian ini menganalisis data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 dengan desain cross sectional. Sampel penelitian adalah balita usia 0-59 bulan yang mengalami diare 2 minggu sebelum survei dari wanita usia 15-49 tahun yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis data menggunakan analisis univariat untuk melihat distribusi frekuensi masing-masing variabel. HASIL: penanganan diare dengan oralit 58,9% dan Larutan Garam Gula (LGG) 48,6%, seng 57,2% dengan cakupan tertinggi di sektor UKBM. Penggunaan ORT tertinggi terdapat pada sektor pemerintah sebesar 64,0% dan penggunaan antibiotik tertinggi terdapat pada sektor swasta sebesar 17,1%. Pemberian ASI dan tindak lanjut untuk balita dengan frekuensi tertinggi diberikan kepada balita yang berkunjung ke fasilitas kesehatan swasta. KESIMPULAN: Program penanganan diare belum sepenuhnya terlaksana, oleh karena itu diperlukan kerjasama lintas sektor terutama dalam perbaikan penanganan diare di rumah, seperti pemberian oralit, LGG, ORT serta pemberian ASI dan makanan lanjutan.

Background: Indonesia still frequently experiences diarrhea outbreaks. Survey data in Indonesia states that the incidence of diarrhea increased from 11% in 2012 to 14% in 2017. Diarrhea death cases mostly occurred in children aged 6-23 months and the prevalence of diarrhea in children under five in 2018 was 11.0%, this is more higher compared to 2013, which was 2.4%. The Ministry of Health has made efforts to tackle diarrhea with WHO standard treatment for toddlers, namely giving ORS, zinc for 10 days, breastfeeding and age-appropriate food, selective antibiotics. This study aims to evaluate the management of diarrhea that has been carried out in Indonesia. METHOD: This study analyzed the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) data with a cross sectional design. The study sample was toddlers aged 0-59 months who had diarrhea 2 weeks before the survey from women aged 15-49 years who had met the inclusion and exclusion criteria. Data were analyzed using univariate analysis to see the frequency distribution of each variable. RESULTS: handling diarrhea using ORS was 58.9% and Sugar Salt Solution (LGG) was 48.6%, zinc was 57.2% with the highest coverage in the UKBM sector. The highest use of ORT was in the government sector at 64.0% and the highest use of antibiotics was in the private sector at 17.1%. Breastfeeding and follow-up feeding to children under five with the highest number of times given to children who visit private health facilities. CONCLUSION: The diarrhea management program is not yet fully implemented, therefore cross-sector cooperation is needed, especially in improving the handling of diarrhea at home, such as giving ORS, LGG, ORT as well as breastfeeding and follow-up food.

Kata Kunci : Toddler diarrhea, health facilities,diarrhea management, IDHS

  1. S2-2021-433546-abstract.pdf  
  2. S2-2021-433546-bibliography.pdf  
  3. S2-2021-433546-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2021-433546-title.pdf