Laporkan Masalah

Analisa Geospasial untuk Perlindungan Situs Cagar Budaya di Kabupaten Wonosobo

RIEZDQHY A F ALHUSNA, Dr.rer.nat. M. Anggri Setiawan, M.Si; Dr. Djati Mardiatno, M.Si

2021 | Tesis | MAGISTER ILMU LINGKUNGAN

Informasi kebencanaan merupakan hal yang krusial dalam konservasi karena bencana akan berdampak terhadap nilai, integritas dan aksesibilitas situs Cagar Budaya. Beberapa situs Cagar Budaya di wilayah penelitian berada pada kawasan rawan bencana. Penilaian bencana pada situs dilakukan dengan teknik geoinformasi agar lebih efekttif dan efisien. Hasil penilaian digunakan untuk prioritas konservasi pada tingkat kabupaten. Metode penilaian prioritas situs Cagar Budaya yaitu metode ICCROM. Manajemen Cagar Budaya dalam ICCROM terdiri dari tahap identifikasi, analisis dan prioritas serta penambahan satu tahap dalam studi ini yaitu tahap validasi. Tahap identifikasi meliputi tipologi, identifikasi distribusi spasial situs dan bencana wilayah. Tahap analisis meliputi gangguan situs (CHATI) serta tipe bahaya. Tahap prioritas yaitu pembuatan matriks prioritas untuk tiap kategori situs Cagar Budaya. Tahap validasi yaitu validasi hasil penyusunan skala prioritas berdasarkan matriks ke instansi terkait. Hasil studi menunjukkan bahwa prioritas utama untuk perlindungan situs Cagar Budaya di Kabupaten Wonosobo yaitu Alun-alun Wonosobo, Tuk Bimo Lukar, Candi Bongkotan, Kompleks Batuan pada Candi Bogang, Kompleks Makam Ketinggring dan Andha Budha Sembungan. Penilaian bahaya pada level situs dapat dilakukan dengan survei dan pemetaan bahaya. Penilaian bencana pada level kabupaten menggunakan data kebencanaan pada skala 1:150.000 dan data pendukung lainnya. Deteksi potensi gangguan pada situs Cagar Budaya secara regional menggunakan indikator nilai CHATI. Tiga area dengan nilai konsentrasi CHATI tinggi disebabkan oleh aktifitas pertambangan, pembangunan jalan di sekitar area wisata serta pertambahan lahan terbangun di area kota.

Disaster plays important role in conservation due to value, integrity and accessibility of Cultural Heritage sites. Several Cultural Heritage sites in research area are located in disaster-prone areas. Disaster assessment on is carried out using geoinformation techniques. Hazard assessment on Cultural Heritages are used for conservation at district level. Cultural Heritage sites assessment method is based on ICCROM. Cultural Heritage Management in ICCROM consists of identification, analysis and prioritization stages as well as the addition of one stage, namely validation. First stage includes typology, identification of spatial distribution and regional disasters. Second stage includes an analysis of site disturbance (CHATI) and hazard types. Prioritization stage is the creation of a priority matrix for each category of Cultural Heritage sites. The validation stage is the validation of the results of prioritization based on a matrix to the relevant agencies. Study shows that the main priorities for conservation are Wonosobo City Square, Tuk Bimo Lukar (spring), Candi Bongkotan (temple), Candi Bogang, Makam Ketinggring (tomb area) and Andha Budha Sembungan (ancient ladder). Detailed hazard assessments carried out by survey and hazard mapping. Disaster assessment at the district level uses disaster data at a scale of 1: 150,000 and other supporting data. Detection of potential disturbances at Cultural Heritage sites regionally using CHATI value. High concentration areas are found as a results of mining activities, construction in tourism area and high density of built-up area.

Kata Kunci : geoinformasi, Cagar Budaya, konservasi, bencana

  1. S2-2021-435103-abstract.pdf  
  2. S2-2021-435103-bibliography.pdf  
  3. S2-2021-435103-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2021-435103-title.pdf