Laporkan Masalah

PEKERJA MIGRAN INDONESIA DAN PENDIDIKAN TINGGI Studi Cultural Intermediary pada Pekerja Migran Indonesia-Mahasiswa di Korea Selatan

MUNA YASTUTI MADRAH, Dr. Suharko; Dr. Oki Rahadian Sutopo

2021 | Disertasi | DOKTOR SOSIOLOGI

Disertasi ini mengkaji kegiatan cultural intermediary yang dilakukan oleh Pekerja Migran Indonesia (PMI)-Mahasiswa di Korea Selatan dengan fokus pada identifikasi kegiatan cultural intermediary PMI-Mahasiswa pada ranah pendidikan tinggi dan melihat kemungkinan transformasi kelas melalui kegiatan cultural intermediary. Cultural intermediary merupakan sebuah konsep yang dikenalkan oleh Bourdieu untuk melihat kemunculan fenomena borjuis kecil atau kelompok pekerja kantoran yang memasarkan budaya produsen. Perkembangannya, konsepnya, cultural intermediary diartikan kembali sebagai pekerjaan kreatif yang bersinggungan dengan bidang ekonomi dan budaya. Melalui studi etnografi dengan multi-sited fieldwork, peneliti membangun komunikasi dan berusaha menjadi insider pekerja migran Indonesia untuk mengetahui kehidupan PMI mahasiswa sebelum mereka pergi ke Korea dan untuk mengetahui situasi sosial di tanah air mereka dan melakukan kerja lapangan di Korea Selatan. Penelitian ini menemukan bahwa PMI-mahasiswa melakukan kegiatan yang dikategorikan sebagai kegiatan cultural intermediary. PMI-mahasiswa secara aktif mereproduksi nilai-nilai pendidikan tinggi bagi pekerja migran lainnya. Kegiatan tersebut dapat dikategorikan sebagai kegiatan cultural intermediary. Mereka menggunakan beberapa metode dalam melakukan kegiatan cultural intermediary. Pertama, menggunakan cara-cara konvensional secara individual melalui pertemanan dan berbicara di berbagai forum komunitas. Kedua, memanfaatkan teknologi digital di berbagai platform media sosial. Ketiga, kombinasi cara konvensional dan digital, dimana aktivitas konvensional digunakan sebagai penegasan atas konten yang telah ditampilkan melalui media sosial. Penelitian ini menunjukkan bahwa cultural intermediary yang dilakukan oleh PMI-mahasiswa berbeda dengan konsep yang sudah ada. Konsep cultural intermediary yang ada mengacu pada jenis pekerjaan yang terkait dengan kelas menengah, cultural intermediary PMI-mahasiswa menggambarkan kompleksitas perjuangan untuk identitas dan status sosial. Meski peran mereka tidak dapat diabaikan dalam pasar pendidikan tinggi khususnya bagi kelompok pekerja, namun perjuangan mereka tetap terbatas pada struktur dan habitus yang sama. Peneliti melihat bahwa cultural intermediary sebagai kegiatan atau upaya untuk menghubungkan nilai-nilai budaya kepada target khalayak tertentu dengan menawarkan konsep cultural intermediary berbasis hubungan etis, yang tidak hanya terkait dengan masalah komersial.

This dissertation look at the activities of cultural intermediaries carried out by Indonesian Migrant Workers students in South Korea. More specifically, it focuses on the identification of Indonesian Migrant worker-student cultural intermediary activities in the area of higher education and sees class transformation through cultural intermediary activities. Cultural intermediary itself is a concept introduced by Bourdieu to see the emergence of what he called as the petty bourgeoisie phenomenon or groups of white-collar workers markets a producer of culture. Later, in the development of the concept, cultural intermediary was redefined as workers who work in in the creative area intersecting between the economic and cultural fields. Through ethnographic study with multi-sited fieldwork, the researcher did not only conduct fieldwork in South Korea, however, long before the field research, but researchers had also built communication and tried to become the insider of the Indonesian migrant worker to know the PMI life's story before they go to Korea and to know the social situation in their homeland. The research found that Indonesian migrant worker-students actively reproduce the values of higher education for other migrant workers. These activities can be categorized as cultural intermediary activities. They use several methods in carrying out intermediary activities. First, using conventional methods such as speaking in various community forums, and individually through friendship. Second, by utilizing digital technology in various social media platforms. Third, a combination of conventional and digital, where conventional activities are used as affirmations for the content that has been displayed through social media. This research suggest that the Indonesian migrant worker cultural intermediary is quite different from the already existing concepts. While the existing concept of cultural intermediaries refers to a type of work related to the middle class, the Indonesian Migrant worker students' cultural intermediaries describe the complexity of the struggle for identity and social status. Although their role cannot be ignored in the higher education market especially for groups of workers, their struggles remain confined to the same structure and habitus. The researcher see cultural intermediaries as an activity or attempts to link cultural values to a certain targeted group, by offering the concept of ethical relationship-based cultural intermediaries, which are not solely linked to commercial matters.

Kata Kunci : Cultural intermediaries, Pekerja migran Indonesia, pendidikan tinggi, Korea

  1. S3-2021-405378-abstract.pdf  
  2. S3-2021-405378-bibliography.pdf  
  3. S3-2021-405378-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2021-405378-title.pdf