Pola Kemitraan Antara Inkubator Bisnis Jogja Digital Valley (JDV) Dengan Pelaku Startup
LUQMAN A MAHMUDA, Ir. F. Trisakti Haryadi., M.Si., Ph.D Endang Sulastri., S.Pt., M.A., Ph.D
2021 | Tesis | MAGISTER PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PEMBANGUNANTelkom membangun JDV bertujuan untuk menciptakan masyarakat digital dengan mendukung pemberdayaan komunitas melalui edukasi tentang pemanfaatan TIK secara optimal untuk memudahkan aktivitas kehidupan masyarakat sehari-hari. Telkom dengan JDV menjalankan program Indigo (Indonesia Digital Community) bekerjasama dengan MIKTI (Masyarakat Industri Teknologi Informasi dan Komunikasi) melakukan kampanye budaya digital. Inisiatif Telkom dalam melaksanakan kampanye budaya digital tersebut cenderung mengedepankan aspek bisnis. Hal tersebut dilakukan dengan cara mendorong industri kreatif digital di Indonesia, sehingga kebutuhan aplikasi digital masyarakat Indonesia dapat dipenuhi oleh pengembang aplikasi dalam negeri. Penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif dengan teknik wawancara. Wawancara mendalam dilakukan untuk memperoleh informasi faktual yang ada di lapangan. Hal yang paling mendasar dari penelitian kualitatif adalah berangkat dari realita yang ada di lapangan, kemudian menggunakan teori yang sudah ada sebagai pendukung, serta sangat mengutamakan proses dan makna yang terdapat dalam fenomena tersebut, informan berasal dari JDV dan startup. Pola kemitraan di JDV berupa inti plasma, PT. Telkom menjadi perusahaan inti menyediakan coworking space, sarana prasarana produksi, mentoring, coaching dan pitching ke investor, serta menjual aplikasi tersebut ke IT market. Sementara para startup digital terus dipacu untuk maju dan berkembang serta menghasilkan aplikasi terbaik, sebagai partner yang membantu memenuhi tujuan Telkom sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati, dinamika yang terjadi berupa dinamika sosial yaitu gap yang terjadi antara startup dengan JDV, dinamika ekonomi berupa akses pendanaan bagi startup yang seringkali menjadi momok bagi startup, faktor pendukung kemitraan berupa; pola pikir pelaku startup yang terbuka, jumlah penduduk Indonesia yang berkembang pesat menuntut adanya ide baru untuk menyelesaikan masalah di masyarakat, variasi aplikasi startup yang melimpah buat masyarakat nyaman memilih, banyaknya pilihan investor yang mendanai startup agar dapat terus berkembang, dukungan pemerintah yang terus meningkat terhadap startup di Indonesia, jaringan pertemanan untuk akses informasi yang luas dan bekerja dengan totalitas. Adapun faktor penghambat kemitraan berupa; lemahnya founder startup dalam berjuang, ide bisnis yang tidak sesuai pasar, talenta teknologi berkompeten jumlah sedikit, image Jogja bukan kota industri berimbas sulitnya IT market, persoalan modal yang mahal dan manejemen tim yang kurang solid.
Telkom built the JDV with the aim of creating a digital society by supporting community empowerment through education about the optimal use of ICT to facilitate people's daily activities. Telkom and JDV run the Indigo (Indonesia Digital Community) program in collaboration with MIKTI (Information and Communication Technology Industry Society) to carry out a digital culture campaign. Telkom's initiative in implementing this digital culture campaign tends to prioritize business aspects. This is done by encouraging the digital creative industry in Indonesia, so that the digital application needs of the Indonesian people can be met by domestic application developers. This study used a qualitative descriptive interview technique. In-depth interviews were conducted to obtain factual information in the field. The most basic thing about qualitative research is to depart from the reality in the field, then use existing theories as support, and prioritize the processes and meanings contained in this phenomenon, informants come from JDV and startups. The partnership pattern in JDV is in the form of a plasma nucleus, PT. Telkom is the core company providing coworking space, production infrastructure, mentoring, coaching and pitching to investors, as well as selling these applications to the IT market. While digital startups continue to be encouraged to advance and develop and produce the best applications, as partners who help meet Telkom's goals according to the agreed requirements, the dynamics that occur are social dynamics, namely the gap that occurs between startups and JDV, economic dynamics in the form of access to funding for startups that are often a scourge for startups, the supporting factors for partnerships are; an open mindset of startup actors, the rapidly growing population of Indonesia demands new ideas to solve problems in society, an abundant variety of startup applications makes people comfortable choosing, the large number of choices of investors who fund startups so that they can continue to grow, increasing government support for startups in Indonesia, a network of friends to access extensive information and work with totality. The inhibiting factors for the partnership are; The weakness of startup founders in struggling, business ideas that do not fit the market, the number of competent technology talents is small, the image of Jogja is not an industrial city which has an impact on the difficulty of the IT market, the problem of expensive capital and less solid team management.
Kata Kunci : Pola Kemitraan, Jogja Digital Valley, Startup.