Ritual Perlon Unggahan Islam Aboge di Desa Pekuncen Dalam Perspektif Filsafat Kebudayaan Van Peursen
Amalia Putri, Drs. Budi Sutrisna, M.Hum
2021 | Skripsi | S1 FILSAFATPenelitian ini menelaah strategi kebudayaan kaum Bonokeling melalui ritual Perlon Unggahan di desa Pekuncen, kecamatan Jatilawang, kabupaten Banyumas Jawa Tengah dalam menghadapi tantangan dunia modern. Atau disebut penganut Islam Aboge yang tersebar di wilayah Jawa Tengah, ajaran yang di pimpin oleh Kyai Bonokeling. Kehadiran kaum ini membentuk tata nilai masyarakat setempat dan munculnya ritual Perlon Unggahan ini. Dalam penelitian ini menggunakan persepektif C. A Van Peursen untuk membedah strategi kebudayaan kaum Bonokeling. Menurut teori ini, kebudayaan bekerja di tiga tahap, yaitu tahap mistis, tahap ontologi dan tahap fungsional. Dalam hal ini metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode kualitatif dengan observasi lapangan dan mengumpulkan literasi penelitian sebelumnya. Pembahasan ini meliputi adanya ritual Perlon Unggahan dari tahap mistis, ontologi, dan fungsional mengalami problematika yang berkaitan dengan temuan peneliti. Di tahap Mistis, upacara Perlon Unggahan menciptakan situs-situs ritual yang beraneka ragam. Di tahap Ontologi, ritual ini melibatkan unsur-unsur desa dalam mengelola upacara tersebut sekaligus menjadi ruang silaturahmi keturunan Kyai Bonokeling dan kaum Bonokeling dari berbagai daerah. Dan di tahap Fungsional, upacara ini menjadi alat untuk memperkenalkan desa Pekuncen sebagai desa wisata religius dalam kebudayaan. Di samping itu problematika yang hadir adalah sekelompok fanatisme kaum yang meyakini ketika PerlonUnggahan tidak dilaksanakan secara menyeluruh, maka rohrohkekuhur marah dan menyebabkan bencana bagi masyarakat stempat. Meskipun demikian, upacara Perlon Unggahan ini mengandung nilai moral seperti gotong royong, menjaga hubungan manusia dan alam , dan nilai spritual Tuhan Yang Maha Esa.
This research examines the cultural strategy of the Bonokeling people through the Perlon Unggahan ritual in Pekuncen village, Jatilawang sub-district, Banyumas district, Central Java in facing the challenges of the modern world. Or they are called Aboge Muslims who are scattered in the Central Java region, the teachings of which are led by Kyai Bonokeling. The presence of these people forms the values of the local community and the emergence of this Perlon Unggahan ritual. In this study, using the perspective of C. A Van Peursen to dissect the cultural strategies of the Bonokeling. According to this theory, culture works in three stages, namely the mystical stage, the ontology stage and the functional stage. In this case the method used by the researcher is a qualitative method with field observations and collecting previous research literacy. This discussion includes the Perlon Unggahan ritual from the mystical, ontological, and functional stages experiencing problems related to the researcher's findings. In the Mystical stage, the Perlon Unggahan ceremony creates various ritual sites. At the Ontology stage, this ritual involves village elements in managing the ceremony as well as being a gathering space for the descendants of Kyai Bonokeling and Bonokeling people from various regions. And at the functional stage, this ceremony becomes a tool to introduce Pekuncen village as a religious tourism village in culture. In addition, the problem that is present is a group of fanaticism of the people who believe that when the Mandatory Movement is not implemented thoroughly, the ancestral spirits are angry and cause disaster for the local community. Even so, the Perlon Unggahan ceremony contains moral values such as mutual cooperation, maintaining human and natural relations, and the spiritual values of God Almighty
Kata Kunci : Perlon Unggahan Islam Aboge