Laporkan Masalah

PENGARUH MIGRASI INTERNAL TERHADAP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI TIMOR-LESTE

SRI ENDANG P, Dr. Sukamdi, M.Sc

2021 | Disertasi | DOKTOR KEPENDUDUKAN

Timor-Leste merupakan negara berdimensi kepulauan kecil dan telah meratifikasi Agenda 2030 berupa pembangunan berkelanjutan pada tahun 2015. Timor-Leste memiliki wilayah dan penduduk dengan karakteristik migrasi internal yang spesifik. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pola spasial migrasi internal tipe I, II dan III, menghasilkan nilai IPB-TL penduduk migran dan non-migran, memastikan adanya pengaruh nilai IPB-TL penduduk migrasi internal terhadap pembangunan berkelanjutan, dan perbedaan nilai IPBTL penduduk migrasi dan nonmigran, dan menghasilkan model faktor faktor pembangunan berkelanjutan yan terkonfirmasi pada penduduk migran internal di wilayah negara Timor Leste. Penelitian ini menggunakan pendekatan campuran antara pendekatan kuantatif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan sumber data SPP-TL 2015 dan SKP-TL 2014, melibatkan 3 variabel yakni sosial, ekonomi dan lingkungan, mengadopsi 7 tujuan dan 11 indikator SDGs global, mengadopsi dan mengadaptasi menjadi 14 indikator spesifik Timor-Leste. Alat analisis data yang digunakan pada pendekatan kuantitatif adalah: CSpro, Excel, SPSS, dan GIS. Sementara itu, penelitian dengan pendekatan kualitatif studi kasus tunggal terjalin, menggunakan analisis dominian penjodohan pola. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif telah menghasilkan beberapa tipe migrasi internal, antara lain: (1) pola spasial migrasi internal tipe I (melalui batas dan prosedur internasional), (2) tipe II dan III (tanpa melalui batas dan prosedur internasional). Penelitian ini menghasilkan beberapa nilai indeks komposit: IKS, IKE, IKL, IPB-TL yang terintergrasi dalam IPB-TL tanpa membedakan status migrasi, IPB-TL penduduk nonmigran dan IPB-TL penduduk migran. Pola spasial migrasi internal tipe I, yaitu migrasi internal dengan melalui batas, jalur, dan prosedur internasional antar wilayah enclave municipio Oecusse dengan dua belas municipio yang ada di bagian timur atau dengan arah arus migrasi internal sebaliknya. Pola spasial migrasi internal tipe I untuk negara Timor-Leste ini terdiri atas empat municipio yang terbesar sebagai daerah asal, di antaranya adalah Baucau (15.35%), Bobonaro (12.60%), Viqueque (11.56%), dan Ermera (9.9%). Pola spasial migrasi internal tipe I untuk negara Timor-Leste ini menghasilkan empat municipio yang terbesar sebagai daerah tujuan migrasi, di antaranya adalah Dili (75.93%), Baucau (3.65%), Aileu (3.23%), dan Liquica (2.62%). Dalam migrasi internal tipe III, municipio Oecusse sebagai daerah tujuan telah menerima 0.37%, sebagai daeah asal telah mendorong 3.73% penduduknya untuk bermigrasi internal tipe I ke luar menuju dua belas municipio lain. Pola spasial migrasi internal tipe II, yaitu migrasi internal dengan tidak melalui batas, jalur, dan prosedur internasional, hanya berlaku antar wilayah dan penduduk di dua belas municipio yang ada di daratan utama (mainland). Pada pola spasial migrasi internal tipe II ini terdapat empat municipio terbesar sebagai daerah asal. Municipio tersebut adalah Baucau (15.98%), Bobonaro (13.13%), Viqueque (12.04%), dan Ermera (10.31%). Pola 2829 spasial migrasi internal tipe II ini terdapat empat municipio terbesar sebagai daerah tujuan, di antaranya adalah Dili (76.34%), Baucau (3.62%), Aileu (3.32%), dan Liquica (2.57%). Pola spasial migrasi internal tipe III adalah migrasi internal tanpa melalui batas, jalur, dan prosedur internasional antar wilayah posto administrativo yang berada di dalam wilayah enclave municipio Oecusse saja. Pola spasial migrasi internal tipe III ini menunjukkan karakteristik migrasi dari rural menuju urban. Terdapat 75.41% penduduk yang melakukan migrasi internal tipe III masuk menuju posto administrativo Pante Makasar. Sementara itu, posto administrativo lainnya mengalami kekurangan penduduk akibat pola spasial migrasi tipe III, yaitu Nitibe (6.97%), Oesilo (16.05%), dan Passabe (14.78%). Nilai tertinggi IPB-TL tanpa membedakan status migrasi pada municipio Dili (85.64%), urban (78.10%), dan Lautem (68.77%), dan nilai terendah di bawah 61% pada enam municipio dan daerah rural diantarnya adalah: Liquica, Bobonaro, Viqueque, Ainaro, rural, Ermera (, dan Oecusse. Nilai IPB-TL tanpa membedakan status migrasi penduduk telah mengidntifikasikan bahwa 4 municipio (Oecusse, Ermera, Ainaro dan Viqueque) sebagai wilayah yang mengalami 3T (terkebelakang, termiskin, terisolasi). Nilai IPB-TL penduduk non-migran tertinggi di municipio Dili (82.93%), urban (75.81%), dan Lautem (68.27%), dan tujuh municipio dan daerah rural yang memiliki nilai IPB-TL penduduk non-migran di bawah 61% dan harus memperbaiki pencapaian pembangunan berkelanjutan, yaitu Manufahi (60.27%), Liquica (59.39%), Viqueque (59.36%), Bobonaro (59.12%), Ainaro (58.93%), rural (56.77%), Ermera (55.16%), dan Oecusse (53.23%). Nilai IPB-TL penduduk migran secara nasional (77.30%) tertinggi ditemukan pada municipio Dili (88.87%), urban (80.73%), dan Lautem (72.02%) dan terendah di municipio Ermera (60.86%). Hasil analisis Anova single faktor menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai IPB-TL penduduk non-migran dengan nilai IPB-TL penduduk migran, dan nilai IPB-TL penduduk migran lebih baik dibandingkan nilai IPB-TL penduduk non-migran. Sementara itu hasil analisis regresi sederhana telah menunjukkan bahwa proses migrasi internal berpengaruh positif dan singfikan pada pembangunan berkelanjutan penduduk migran. Besaran nilai pembangunan berkelanjutan dipengaruhi signifikan dan positif sebesar rata-rata 46.17% oleh migransi penduduk tipe I dan 46.1% pada migrasi internal tipe II dengan kemiringan (slope) sebesar 0.53 %. Penelitian dengan pendekatan kualitatif pada nilai terendah IPB-TL penduduk migran di posto administrativo Atsabe, Hatulia, dan Letefoho, municipio Ermera, secara kualitatif menghasilkan variabel terintegrasi diantarnya adalah: variabel ekonomi terintegrasi dengan variabel sosial adalah kepantasan (equitable), variabel ekonomi dan lingkungan adalah kelayakan (viable), dan variabel sosial dan lingkungan bertahan hidup (bearable) dan masing masing indikator spesifiknya. Penelitian dengan pendekatan campuran: kuantitatif dengan AKF dan penjodohan hasil pendekatan kualtatif studi kasus tunggal terjalin telah memberikan konfirmasi bahwa model pembangunan berkelanjutan di Timor Leste secara signifikan yang dipengaruhi oleh 9 indikator pada variabel sosial (IKS) dan variabel lingkungan (IKL) yang terintegrasi (bearable). Secara keseluruhan penelitian ini telah berkontribusi pada kebaruan dan klasifikasi pola migrasi internal melalui jalur, batas dan prosedur internasional, pembanngunan nilaiIPB-TL yang dapat digunakan sebagai bahan evaluasi hasil pembangunan hingga masa tahun 2015, dan dapat digunakan sebagai informasi untuk perencanaan pembangunan berkelanjutan sesuai dengan batas waktu SDGs tahun 2030, khususnya pada penduduk dan negara atau wilayah kepualuan yang berdimensi kecil. Implikasi kebijakan yang secara langsung dapat memberikan dampak lebih baik dalam pencapaian pembangunan adalah meningkatakan pembangunan infrastruktur dan sistem pendidikan dini / TK dan pendidikan dasar, meningkatkan program alfabetismo (pemberantasan buta huruf) dan eskola rekorente (sekolah persamaan bagi mereka yang putus sekolah) pada daerah daerah yang tertinggal, lembaga perbankan dapat memberikan kesempatan untuk mempebaiki rumah menjadi layak huni dengan kredit murah jangka panjang, pemerintah dapat membaiki dan menambahkan infrastruktur dasar yang berhubungan dengan akses air bersih dan sanitasi

Timor-Leste is a country with a small island dimension and has ratified the 2030 Agenda for sustainable development in 2015. Timor-Leste has a territory and population with specific internal migration characteristics. This study aims to examine the spatial patterns of internal migration types I, II and III, produce TL-SDI values for migrant and non-migrant populations, ensure the influence of the TL-SDI values of the internal migration population on sustainable development, and differences in the TL-SDI values of the migrant population and non-migrants, and produce a model of factors of sustainable development factors that are confirmed in the internal migrant population in the territory of the state of Timor-Leste. This study has used a mixed approach between a quantitative approach and a qualitative approach. This study has used data sources for SPP-TL 2015 and SSK-TL 2014, involving 3 variables namely social, economic, and environmental, adopting 7 goals and 11 SDGs global indicators, adopting, and adapting them to 14 specific indicators for Timor-Leste. The data analysis tools used in the quantitative approach are: CSpro, Excel, SPSS, and GIS. Meanwhile, research with a single case study qualitative approach is interwoven, using dominant analysis of pattern matching. Research with a quantitative approach has resulted in several types of internal migration, including: (1) spatial patterns of type I internal migration (through international boundaries and procedures), (2) types II and III (without going through international borders and procedures). This study resulted in several composite index values: SCI, ECI, ECI, TL-SDI which were integrated into TLSDI without distinguishing migration status, IPB-TL for non-migrant residents and TLSDI for migrant residents. The spatial pattern of type I internal migration, namely internal migration through boundaries, routes, and international procedures between municipality of Oecusse in enclave area and twelve municipalities in the eastern part or with the reverse direction of internal migration flows. The spatial pattern of type I internal migration for the country of Timor-Leste consists of the four largest municipalities as origin areas, among them are Baucau (15.35%), Bobonaro (12.60%), Viqueque (11.56%), and Ermera (9.9%). This spatial pattern of type I internal migration for the country of Timor-Leste resulted in the four largest municipalities as migration destination areas, including Dili (75.93%), Baucau (3.65%), Aileu (3.23%), and Liquica (2.62%). In type I internal migration, the municipal Oecusse as the destination region has received 0.37%, as the region of origin it has encouraged 3.73% of its population to migrate internally type I out to twelve other municipalities. The pattern of spatial internal migration type II, namely internal migration without crossing international borders, routes, and procedures, only applies between regions and residents of twelve municipalities on the mainland. In this type II spatial pattern of internal migration, there are four largest municipalities as regions of origin including: Baucau (15.98%), Bobonaro (13.13%), Viqueque (12.04%), and Ermera (10.31%). This spatial pattern of type II internal migration contained the four largest municipalities as destination areas, including Dili (76.34%), Baucau (3.62%), Aileu (3.32%), and Liquica (2.57%).32 The pattern of spatial internal migration type III is internal migration without borders, routes, and international procedures between administrative post areas that are within the enclave municipality of Oecusse only. This spatial pattern of type III internal migration shows the characteristics of migration from rural to urban. There are 75.41% of the population who carry out type III internal migration to the administrative post Pante Makasar. Meanwhile, other administrative post experienced population shortages due to the pattern of internal migration type III including Nitibe (6.97%), Oesilo (16.05%), and Passabe (14.78%). The highest scores for TL-SDI regardless of migration status were in the municipalities of Dili (85.64%), urban (78.10%), and Lautem (68.77%), and the lowest scores below 61% in six municipalities and rural areas among them: Liquica, Bobonaro, Viqueque, Ainaro, rural, Ermera and Oecusse. The TL-SDI values regardless of population migration status have indicated that 4 municipalities (Oecusse, Ermera, Ainaro and Viqueque) are regions experiencing 3T (underdeveloped, poorest, isolated). The TL-SDI non-migrant population highest in the municipalities of Dili (82.93%), urban (75.81%), and Lautem (68.27%), and the seven municipalities and rural areas that had TL-SDI scores of non-migrant residents below 61% and had to improve the achievement of sustainable development, namely Manufahi (60.27%), Liquica (59.39%), Viqueque (59.36%), Bobonaro (59.12%), Ainaro (58.93%), rural (56.77%), Ermera (55.16%), and Oecusse (53.23%). The highest of TL-SDI value of the migrant population nationally (77.30%) was found in the municipalities of Dili (88.87%), urban (80.73%), and Lautem (72.02%) and the lowest in municipality of Ermera (60.86%). The results of analysis of ANOVA single factor show that there is a significant difference between the value of TL-SDI of the non-migrant and value of the TL-SDI of the migrant population, and the value of TL-SDI the migrant population is better than the value of TL-SDI the non-migrant population. Meanwhile, the results of simple regression analysis have shown that the internal migration process has a positive and significant effect on the sustainable development of migrant populations. The value of sustainable development is significantly and positively influenced by an average of 46.17% by type I population migrants and 46.41% by type II internal migration with a slope of 0.53%. Research with a qualitative approach to the lowest TL-SDI value of the migrant population in administrative post of Atsabe, Hatulia, and Letefoho, municipality of Ermera, qualitatively produces integrated variables including: the integrated economic variable with social variables is equitable, the economic and environmental variables are viable, and bearable social and environmental variables and their respective specific indicators. Research with a mixed approach: quantitative with CFA and matchmaking results from a single, interwoven case study qualitative approach has confirmed that the sustainable development model in Timor-Leste is significantly influenced by 9 indicators on integrated social (SCI) and environmental (ECI) with name bearable variables. Overall, this research has contributed to the novelty and classification of internal migration patterns through international routes, borders and procedures, the building of TL-SDI values that can be used as material for evaluating development results until 2015 and can be used as information for planning sustainable development according to time limits. SDGs in 2030, especially in population and region or small island countries, The policy implications that directly have a better impact on the achievement of development are increasing infrastructure development for early education / kindergarten and basic education systems, increasing the alfabetismo program (literacy eradication) program and eskola recorente (equality schools for youth who drop out of school) especially in areas that is left behind; banking institutions can be provide opportunities for household to upgrade their houses to become livable with long-term soft credit, and the government can repair and add number of basic infrastructure related to access to clean water and sanitation

Kata Kunci : Pola spasial, Migrasi internal, Indeks Pembangunan Berkelanjutan, Timor Leste,spatial pattern, internal migration, Sustainable Development Index, TimorLeste

  1. S3-2021-408000-abstract.pdf  
  2. S3-2021-408000-bibliography.pdf  
  3. S3-2021-408000-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2021-408000-title.pdf