Konservasi Lingkungan Berbasis Masyarakat di Geosite Gunung Api Purba Nglanggeran dan Gua Pindul Kabupaten Gunungkidul

AGUS SUYANTO, Dr. Eko Haryono, M.Si. ; Prof. Dr. M. Baiquni M.A.

2021 | Disertasi | DOKTOR ILMU LINGKUNGAN

Penelitian ini mengeksplorasi interaksi masyarakat dan lingkungan dalam konteks konservasi lingkungan dengan pendekatan manajemen konservasi geopark. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus di Geosite Gunung Api Purba Nglanggeran (GGAPN) dan Geosite Gua Pindul (GGP). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi karakterisitik lingkungan di kedua geosite, membandingkan dan menentukan faktor faktor yang mempengaruhi konservasi lingkungan di kedua geosite tersebut. Penelitian ini menggunakan metoda kombinasi antara metoda kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap lingkungan, dan metoda kualitatif digunakan untuk melakukan pendalaman terhadap aspek-aspek lingkungan yaitu abiotik, biotik dan sosial budaya. Analisis yang digunakan terutama dengan menggunakan analisis perbandingan dan analisis faktor. Sampel yang digunakan adalah masyarakat dan wisatawan di kedua geosite tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekosistem GGAPN terbentuk melalui proses vulkanik yang terbentuk dari batuan vulkanik yang sebagian besar merupakan breksi autoklastik, breksi piroklastik, dan breksi laharik, sementara itu ekosistem GGP terbentuk dipengaruhi oleh struktur geologi yaitu proses rekahan (akibat retakan dan sesar) dan pelarutan batuan gamping yang dipercepat oleh proses erosi air. Perbedaan asal pembentukan ini mendorong perbedaan keragaman flora fauna di GGAPN dan GG. Konservasi lingkungan geologi, biodiversitas dan budaya tercermin melalui etno-konservasi. Geowisata digunakan sebagai tool dalam konservasi lingkungan di kedua geosite. Daya dukung dan daya tampung (DDT) di GGAPN terlampau ketika puncak bulan-bulan liburan. Sementara itu DDT di GGP terlampau di seluruh bulan dalam tahun. Kebudayaan lokal sebagai landasan filosofis implementasi konservasi lingkungan ditentukan oleh 3 faktor yaitu harmoni lingkungan, peran masyarakat dan daya dukung di kedua geosite tersebut. Dalam penelitian ini diketemukan bahwa variabel usia dan sikap persepsi merupakan dua prediktor yang sangat kuat yang mempengaruhi kesadaran konservasi lingkungan. Ini artinya dalam merancang program konservasi lingkungan faktor usia masyarakat dan sikap persepsi sangat menentukan keberhasilan konservasi lingkungan. Penelitian ini mempunyai implikasi bahwa upaya konservasi lingkungan harus memperhatikan aspek interaksi antara masyarakat (faktor sosiodemografi) dan lingkungan dimana pola interaksi ini spesifik antar lokasi.

This study explores the interaction of a geosite community and its environment in the context of environmental conservation with a geopark conservation management approach. This research used a case study approach in the Nglanggeran Purba Volcano Geosite (NPVG) and Pindul Cave Geosite (PCG). The purpose of this study is to explore the characteristics of NPVG and PCG, to compare between NPVG and PCG, and to determine the factors influencing the environmental conservation in these two geosites. This research uses a combination method between quantitative and qualitative methods. The quantitative method is used to determine people's perceptions of the environment, and qualitative methods are used to deepen environmental aspects namely abiotic aspect, biotic aspect, and social culture aspect for both NPVG and PCG.The analysis is used mainly by using comparative analysis and factor analysis. The samples are both local community and tourists in both geosites. The results showed that NPVG ecosystem was formed through a volcanic process which was formed from volcanic rock, most of which were autoclastic breccias, pyroclastic breccias, and lava breccias, meanwhile the PCG ecosystem was mostly influenced by geological structures, namely the process of fracturing (due to crack and faults) and limestone dissolution which is accelerated by the process of water erosion. This difference of genesis create differences in the diversity of flora and fauna in GGAPN and GGP. Conservation of the geological environment, biodiversity and culture is reflected through ethno-conservation. Geotourism is used as a tool in environmental conservation in both geosites. There is a fluctuation of the carrying capacity in both geosites. The carrying capacity of NPVG has exceeded the limit during the peak season. Meanwhile, the carrying capacity at PCG has exceeded the limit during all months of the year. Local culture as a philosophical foundation for the implementation of environmental conservation is determined by 3 factors, namely environmental harmony, community participation, and the carrying capacity of both geosites. This study also found that the variables of age and perceptual attitude are two very strong predictors that affect awareness of environmental conservation. This means that in designing environmental conservation programs, the community's age and attitude perceptions will determine the success of environmental conservation. This research implies that environmental conservation efforts must pay attention to the aspects of the interaction between the community (sociodemographic factors) and the site environment characteristic where this pattern of interaction is specific between locations.

Kata Kunci : Geosite, Konservasi, Masyarakat, Nglanggeran, Pindul