Laporkan Masalah

Kegagalan Aksi Nirkekerasan Sebagai Upaya Revolusi Libya Tahun 2011

WALDA IRMALA, Dr. Diah Kusumaningrum, MA

2021 | Skripsi | S1 ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

Nirkekerasan menjadi metode utama yang dipilih oleh masyarakat Timur Tengah dan Afrika Utara dalam rangka memperjuangkan demokrasi melalui gerakan yang tergabung dalam Arab Spring. Salah satu negara yang turut mengupayakan perlawanan terhadap rezim otoriter adalah Libya. Aksi tersebut diikuti oleh ribuan aktivis dari berbagai kalangan dan dilakukan dengan mengadopsi berbagai macam metode nirkekerasan. Tidak seperti Tunisia yang berhasil, aksi nirkekerasan Libya mengalami kegagalan dan berubah menjadi aksi yang sarat akan penggunaan kekerasan. Dengan menggunakan teori disiplin nirkekerasan oleh Jonathan Pinckney, penulis menemukan bahwa perubahan metode nirkekerasan menjadi kekerasan disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu perubahan tujuan gerakan dan peningkatan pola represi oposisi yang terus meningkat secara signifikan. Perubahan tujuan gerakan Libya yang semula reformis menjadi revolusioner serta peningkatan pola represi yang pemerintah mampu melemahkan disiplin nirkekerasan yang seharusnya dipertahankan oleh para aktivis gerakan. Sehingga di titik tertentu, para aktivis mengubah metodenya dengan kekerasan karena metode nirkekerasan tidak lagi dianggap mampu mencapai tujuan gerakan.

Nonviolence became the main method chosen by the people of the Middle East and North Africa in order to fight for democracy through movements called Arab Spring. One of the countries that is also working to fight against an authoritarian regime is Libya. The action was followed by activist groups from various circles and carried out using a variety of nonviolent methods. Unlike Tunisia which was successful, Libyan nonviolent action failed and turned into violence. By using the theory of nonviolent discipline by Jonathan Pinckney, the authors find that the change in nonviolent to violent methods is caused by two main factors. First, the change of movement's goals, and second, the increased pattern of repression significantly. The change of goals of the Libyan movement from reformist to revolutionary as well as the increasing pattern of repression from the government was able to weaken the nonviolent discipline maintained by movement activists. So that at a certain point, activists changed their methods into violence because nonviolent methods were no longer able to achieve the goals of the movement.

Kata Kunci : Failed, Nonviolent, Libya, Arab Spring, Methods, Nonviolence Discipline

  1. S1-2021-414883-abstract .pdf  
  2. S1-2021-414883-bibliography.pdf  
  3. S1-2021-414883-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2021-414883-title.pdf