Laporkan Masalah

Analisis Rantai Nilai pada Komoditas Bawang Merah (Allium ascalonium L.) di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta

RATRI DZIKRINA W, Dr. Ir. Endy Suwondo, DEA; Moh.Wahyudin, STP, M.Sc.

2021 | Skripsi | S1 TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura yang strategis dengan jumlah produksi dan konsumsi yang fluktuatif sehingga kerap menjadi penyebab inflasi di Indonesia. Kabupaten Bantul, D.I. Yogyakarta termasuk ke dalam sepuluh besar sentra usahatani bawang merah terbesar di Indonesia. Setiap pelaku rantai nilai bawang merah melakukan aktivitas peningkatan nilai yang berbeda untuk memperoleh nilai tambah yang besarannya berbeda pula antar pelaku. Ditemukan perbedaan harga bawang merah yang cukup tinggi di tingkat petani dan konsumen yang perlu dianalisis, sehingga seluruh pelaku memperoleh besaran nilai tambah yang sesuai dan dapat dilakukan upaya perbaikan dalam meningkatkan nilai tambah. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kretek dan Kecamatan Sanden. Kabupaten Bantul. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Hayami termodifikasi. Metode sampling yang digunakan yaitu purposive sampling dan snowball sampling. Penelitian dilakukan terhadap 22 petani, 5 penebas, 5 pengepul, 5 pedagang besar, dan 5 pedagang kecil. Penelitian dilakukan untuk memetakan rantai pasok, mengidentifikasi aktivitas bisnis, dan menganalisis nilai tambah. Pelaku yang melakukan aktivitas penambahan nilai produk semakin banyak, memperoleh nilai tambah yang semakin besar. Hasil penelitian menunjukkan terdapat dua pola rantai pasok yang paling sering digunakan di Kabupaten Bantul. Pada pola I dan II, nilai tambah per kilogram bawang merah yang paling besar diperoleh oleh penebas dan pengepul yaitu sebesar Rp 11.151,29 dan Rp 18.984,27. Penebas dan pengepul melakukan aktivitas penambahan nilai yang penting dalam rantai nilai bawang merah sehingga memperoleh nilai tambah paling besar. Strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah petani dalam rantai nilai bawang merah adalah petani perlu melakukan aktivitas pasca panen secara mandiri untuk menghasilkan umbi kering protolan maupun produk akhir yang dijual ke konsumen.

Shallot (Allium ascalonicum L.) is one of the strategic horticultural comodity with fluctuative amount of production and consumption that often caused inflation in Indonesia. Bantul Regency, Special Region of Yogyakarta is one of the ten largest shallot's production center in Indonesia. Each shallot's value chain actors perform value enhancing activities to obtain various amount of added value. Preliminary research found that there were a huge price disparity between farmer and consumer level that need to be analyzed, so that each actor obtain the appropriate amount of added value and determine most suitable solution to increase the added value amount. This research was conducted in two shallot's production centers in Bantul Regency, namely Kretek Dstrict and Sanden District. The value chain analysis method used is modified of Hayami method. The sampling method used is purposive sampling and snowball sampling. This research was conducted on 22 farmers, 5 middleman, 5 collectors, 5 big traders, and 5 small traders. The purpose of the research is to obtain supply chain pattern, identify business activity, and analyze added value. The more value chain's actors perform value enhancing activity, the greater amount of added value obtained. The result showed that there were 2 supply chain pattern that frequently used in Bantul Regency. In pattern I and II, the greatest added value per kilogram of shallot is obtained by middleman and collectors was IDR 11.151,29 and IDR 18.984,27. Middleman and collectors perform important value added activity in shallot's value chain, therefore acquire the greatest amount of added value. Strategy that can be used to increase farmer's added value in shallot's value chain is that farmers need to perform post-harvest activities independently to produce dry leafless shallot or end product to be sold to end customer.

Kata Kunci : Bawang Merah, Rantai Nilai, Rantai Pasok, Nilai Tambah, Metode Hayami Termodifikasi

  1. S1-2021-395484-abstract.pdf  
  2. S1-2021-395484-bibliography.pdf  
  3. S1-2021-395484-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2021-395484-title.pdf