Perencanaan Strategis Dalam Pengembangan Batik di Daerah Istimewa Yogyakarta
ARIEF BUDIMAN, Dr. Nunuk Dwi Retnandari
2021 | Tesis | MAGISTER ILMU ADMINISTRASI PUBLIKPengembangan perekonomian daerah dapat dilakukan dengan optimalisasi produk unggulan daerah melalui pemanfaatan sumber daya alam, sumber daya manusia maupun potensi lokal. Salah satu potensi lokal yang banyak berkembang di DIY adalah produk batik, sehingga batik ditetapkan sebagai produk unggulan daerah. IKM batik di DIY berjumlah 965 unit usaha dengan tenaga kerja 4.827 orang dan tersebar di seluruh DIY. Hal ini memperlihatkan batik mempunyai potensi dalam mendukung pengembangan perekonomian daerah. Walaupun demikian, melihat nilai PDRB ekonomi kreatif DIY, kontribusi dari subsektor kriya yang di dalamnya termasuk batik dirasa masih rendah. Laju pertumbuhan rata-rata setiap tahunnya hanya senilai 1,65%. Nilai tersebut paling kecil dibanding 15 subsektor lainnya. Hal ini karena masih ada kendala seperti keunikan produk yang belum dikembangkan, operasional dan manajerial pelaku usaha batik, dan terbatasnya akses pasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan, peluang, aspirasi, dan hasil, serta menyusun alternatif strategi dalam pengembangan batik di Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan SOAR (Strengths, Opportunities, Aspirations, Results). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan dalam pengembangan batik meliputi dukungan dari pemerintah daerah, alokasi dana keistimewaan, promosi yang dilakukan pemerintah daerah, perhatian pemerintah daerah terhadap hak kekayaan intelektual batik melalui co-branding, serta terobosan yang dilakukan pemerintah daerah dalam mendukung industri batik melalui online. Peluang yang muncul adalah terbukanya pangsa pasar internasional, aturan pemerintah daerah yang mewajibkan penggunaan baju batik, perkembangan sektor pariwisata, kemampuan diversifikasi produk, serta kreativitas industri batik. Aspirasi dari stakeholder meliputi batik dapat go internasional, batik menjadi salah satu produk yang sustainable, serta pemahaman konsumen terhadap batik asli. Hasil dalam pengembangan batik adalah penyerapan tenaga kerja dan peningkatan kontribusi batik terhadap PDRB ekonomi kreatif. Strategi dalam pengembangan batik di Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan analisis SOAR adalah pengembangan desain batik dan fashion untuk semua segmen, peningkatan kompetensi SDM pelaku usaha batik dan pembatik, pengoptimalan potensi dan nilai tambah industri batik, membangun konsep industri batik sebagai bagian dari green industry yang ramah lingkungan, peningkatan perluasan pasar domestik dan internasional, sinergi langsung program pengembangan batik dengan sektor pariwisata, internalisasi nilai dan tradisi batik serta pemahaman batik kepada masyarakat, optimalisasi daya dukung melalui branding dan perlindungan hukum IKM dengan pengakuan hak merek dan hak kekayaan intelektual, serta membangun konektivitas pemasaran internasional.
Local economic development can be achived with optimizing local superior products (LSP) through utilization of natural resources, human resources and local potential. One of the local potentials in DIY is batik, so batik is established as a local superior product. There are 965 units of SMEs batik with 4.827 worker and scattered in DIY. Batik has the potential to support local economy development. However, at GDRP of economic creative, contribution from craft sub-sector includes batik is still considered low. The average growth rate is 1,65% and smallest than 15 other subsectors. There are still obstacles such as undeveloped uniqueness of product, operational and managerial of SMEs batik, and limited market access. This study aims to determine strengths, opportunities, aspirations and results and develop strategies to batik development in DIY. This study used descriptive qualitative method with SOAR approach (Strengths, Opportunities, Aspirations, Results). Results of study show that strengths of batik development are supporting from local government, budget allocations, promotions by local governments, local government have attention to batik intellectual property rights through co-branding, and local government supporting batik industry through online media. Opportunities are increasing of international market, local government regulations to use batik, development of tourism sector, ability to diversify products, and creativity of batik industry. Aspirations from stakeholders are batik can go to international, batik can be a sustainable product, and consumer understanding of original batik. The result in the development of batik are increasing employment and an increase contribution batik to GDRP of economic creative. Strategies to development of batik in DIY based on SOAR analysis are developing batik and fashion designs for all segments, increasing competence of human resources, optimizing potential and added value of SMEs batik, build batik industry as a green industry, increasing domestic and international markets, synergy of batik development programs with tourism sector, internalizing values and traditions of batik, optimizing of branding and legal protection by recognizing brand and intellectual property rights, and building international market connectivity.
Kata Kunci : Produk Unggulan Daerah, Batik, Analisis SOAR, Perencanaan Strategis