INDUSTRI GULA, PEREMPUAN, DAN EKONOMI SEKTOR INFORMAL DI SURAKARTA, 1860-AN - 1930
PRATIKA RIZKI DEWI, Prof. Dr. Bambang Purwanto
2021 | Skripsi | S1 SEJARAHSurakarta sebagai sebuah vorstenlanden yang tidak mengalami cultuurstesel, memiliki banyak industri gula yang stabil pada 1860-an. Hal tersebut tidak terlepas dari kesuburan tanah dan masuknya ekonomi liberal atau modal swasta. Industri gula di Surakarta membutuhkan tenaga kerja laki-laki dan perempuan untuk mendukung proses produksinya. Tenaga kerja atau buruh perempuan memegang peranan penting di industri gula dalam proses menanam tebu dan mengemas gula. Di luar buruh, ada pula perempuan yang menyokong industri gula, layaknya mereka yang berdagang maupun menawarkan jasa. Penelitian ini dibuat dengan metode penelitian sejarah yang meliputi (1) penentuan tema; (2) pengumpulan sumber dan data (heuristik); (3) kritik (verifikasi); (4) intepretasi; dan (5) penulisan sejarah (historiografi). Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa kehadiran industri gula di Surakarta didukung oleh adanya perempuan dalam sektor formal yang menjadi buruh dan sektor informal sebagai pedagang, serta penyedia jasa. Ada relasi timbal balik dari keberadaan industri gula dengan perkembangan ekonomi dan kehidupan masyarakat lokal. Pada 1930 ketika depresi ekonomi, banyak industri gula di Surakarta yang ambruk, termasuk di dalamnya para perempuan yang juga turut terdampak.
Surakarta as a vorstenlanden that did not experience cultuurstesel, had many stable sugar industries in the 1860s. This is not separated from the fertility of the land and the liberal economies or private capital. The sugar industry in Surakarta needs a man and women workers to support its production process. Women laborers play an important role in the sugar industry in the process of growing sugar cane and packing sugar. Outside of labour, there are also women who support the sugar industry, like those who trade and offer services. This research was made by historical research methods that include (1) the determination of themes; (2) collection of sources and data (heuristics); (3) criticism (verification); (4) intepretation; and (5) historical writing (historiography). From the research conducted, it was obtained the conclusion that the sugar industry in Surakarta is supported by the presence of women in the formal sector who become laborers and informal sectors as traders and services. There is a relationship of the existence the sugar industry with the development of the economy and the lives of local people. In 1930 during the economic depression, Surakarta’s sugar industry was collaps, including women.
Kata Kunci : industri gula, perempuan, sektor informal, ekonomi liberal, Surakarta