Laporkan Masalah

PERBEDAAN KEJADIAN PERNIKAHAN DINI PADA DUSUN DENGAN DAN TANPA PROGRAM BINA KELUARGA REMAJA DI KABUPATEN SLEMAN

KUNTI KHOIRUNNISA, dr. Tridjoko Hadianto, DTM&H., M. Kes

2020 | Tugas Akhir | D4 BIDAN PENDIDIK SV

Indonesia menempati peringkat kedelapan di dunia sebagai negara dengan presentase angka pernikahan dini yang tinggi. Kabupaten Sleman adalah kabupaten penyumbang kejadian pernikahan dini pada beberapa kurun waktu. Guna mencegah terjadinya kejadian tersebut, BKKBN membuat salah satu program yang disebut Bina Keluarga Remaja (BKR), yang dikhususkan bagi keluarga yang memiliki remaja berusia 10-24 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kejadian pernikahan dini pada dusun dengan dan tanpa program BKR. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan pengambilan sample menggunakan pendekatan total sampling pada dusun BKR dan simple random sampling pada dusun non-BKR. Jumlah subjek sebanyak 147 dusun di tiga kecamatan (Gamping, Cangkringan, dan Pakem). Data yang dipakai adalah data sekunder dan primer dengan analisis data menggunakan distribusi frekuensi dan chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas dusun di tiga kecamatan tersebut tidak memiliki BKR yaitu 119 (80,95%) dusun. Prosentase kejadian pernikahan dini di dusun BKR dan non-BKR adalah masing-masing 7,1 % dan 9,2 %. Hasil p-value dari uji statistik chi-square adalah sebesar 1,000 yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara kejadian pernikahan dini pada dusun BKR dan non-BKR. Dengan demikian, peran BKR perlu lebih dioptimalkan dalam pencegahan pernikahan dini.

Indonesia ranks the eighth in the world as a country with a high percentage of early marriage. Sleman Regency is a district that has contributed to the incidence of early marriage at several times. In order to prevent this incident, BKKBN has created a program called Youth Family Development (BKR), which is specifically for families with adolescents aged 10-24 years. This study aims to determine the differences in the incidence of early marriage in hamlets with and without the BKR program. This study used a cross sectional method with sampling using a total sampling approach in BKR hamlets and simple random sampling at non-BKR hamlets. The number of subjects was 147 hamlets in three districts (Gamping, Cangkringan, and Pakem). The data used were secondary and primary data with data analysis using frequency distribution and chi-square. The results showed that the majority of hamlets in the three sub-districts did not have BKR, namely 119 (80.95%) hamlets. The percentage of incidence of early marriage in BKR and non-BKR hamlets was 7.1% and 9.2%, respectively. The result of the p-value from the chi-square statistical test is 1,000, which means there is no significant difference between the incidence of early marriage in BKR and non-BKR hamlets. Thus, the role of BKR needs to be optimized in preventing early marriage.

Kata Kunci : pernikahan dini, Bina Keluarga Remaja (BKR) /early marriage, Adolescent Family Development (BKR)

  1. D4-2020-386712-abstract.pdf  
  2. D4-2020-386712-bibliography.pdf  
  3. D4-2020-386712-tableofcontent.pdf  
  4. D4-2020-386712-title.pdf