ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN SAMPAH PADA PASAR BUAH (Kajian pengelolaan sampah di Pasar buah Gamping dan pasar buah Giwangan Yogyakarta)
AYU LISTRIANI, Dr. Ir Sarto, M.Sc; Dr. Iswanto, S.Pd, M.Kes
2020 | Tesis | MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKATLatar Belakang : Pasar menjadi penyumbang sampah organik terbanyak dalam kegiatan sehari-hari. Sampah pasar bersumber dari berbagai macam bahan organik seperti sayuran dan buah-buahan. Kandungan organik yang terdapat pada sampah menjadikan proses pembusukan semakin cepat, sehingga sampah mudah terurai oleh mikroorganisme. Selain itu banyaknya volume sampah di pasar dapat menimbulkan permasalahan lingkungan. Pengolahan sampah sangat diperlukan, khususnya pengolahan sampah pasar yang masih mendominasi tingginya jumlah timbulan sampah organik di Indonesia. Timbulan sampah organik yang dihasilkan dalam satu pasar di Indonesia sebesar 5-8 ton sampah per harinya Tujuan : Mengetahui perbedaan pengelolaan sampah di Pasar Buah Gamping dan Pasar Buah Giwangan Metode : Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif untuk mendeskripsikan bagaimana pengelolaan sampah di pasar buah Giwangan dan pasar buah Gamping Hasil dan Pembahasan : Kategori Pembatasan timbulan sampah: pasar buah Giwangan dan pasar buah Gamping belum terlaksana. Kategori Pendauran ulang dan pemanfaatan kembali sampah: pasar buah Giwangan sudah melakukan kegiatan pendauran ulang sampah yang dilakukan dengan mengelola sampah menjadi kompos. Pasar buah Gamping kegiatan pendauran ulang sampah telah dilakukan dengan mengola sampah menjadi kompos dan biogas. Kategori pemilahan: pasar buah Giwangan belum melakukan pemilahan sampah organik dan anorganik. Pasar buah Gamping telah melakukan pemilahan sampah. Kategori pengumpulan: pasar buah Giwangan, sampah dikumpulkan di dalam keranjang sampah. Pasar buah Gamping sampah dimasukan dikeranjang sampah dan dikumpulkan di TPS pasar. Kategori pengangkutan: pasar buah Giwangan dan pasar buah Gamping menggunakan armada truk. Kategori pengolahan dan pemrosesan akhir: pasar buah Giwangan, semua sampah akan masuk ke TPA Piyungan, sedangkan pasar buah Gamping, sampah yang tidak dapat diolah di pasar buah Gamping akan diproses akhir di TPA Kesimpulan : pengelolaan sampah di pasar buah Giwangan belum sesuai dengan peraturan Undang-undang. Inovasi pengelolaan sampah menjadi biogas di pasar buah Gamping perlu ditingkatkan serta adanya dukungan Pemerintah Kota Yogyakarta dan Pemerintah Kabupaten Sleman agar inovasi tersebut dapat berkembang lebih baik.
Background : A market is the most contributed organic waste in daily activities. The various organic material such vegetables and fruits is the source of market waste. Organic contained in waste made the spoilage process fast so that the waste is easily composed by a microorganism. Besides, a large volume of waste in the market could cause an environmental problem. Waste management had required particularly in market waste management which dominated a high organic heap waste in Indonesia. Producing organic heap waste in Indonesia market amount 5-8 tons of waste a day. Objective : To know the differences in waste management in Gamping Fruit Market and Giwangan Fruit Market. Method : The research type is qualitative research to describe the waste management in Gamping Fruit Market and Giwangan Fruit Market. Results and Discussions : Limitation category of waste: The Giwangan fruit market and Gamping fruit market have not been done yet. Recycling and reusing category of waste: The Giwangan fruit market has waste recycling which wastes maintaining to compost. Recycling activity in Gamping fruit market has maintained the waste into compost and biogas. Sorting category: Giwangan fruit market has not done a sorting process of organic waste and inorganic. The Gamping fruit market has done the sorting waste. Collecting category: Giwangan fruit market, the waste had put in the basket and have collected in waste Temporary Storage. Transporting category: Giwangan fruit market and Gamping fruit market using the truck. Processing category: Giwangan fruit market, all waste which had put in The Piyungan Temporary Storage whereas Gamping fruit market, waste which could not be processed in Gamping fruit market would be processed in Temporary Storage. Conclusions : The waste management in Giwangan Fruit Market has not appropriate with the Regulation. The innovation of waste management into biogas in Gamping Fruit Market there needs to be support from the Yogyakarta city government and the Sleman district goverment so that it can be improved better.
Kata Kunci : Waste management, Giwangan fruit market, Gamping fruit market